Semua Bab Dendam Sang Pelakor: Bab 61 - Bab 70

90 Bab

Bab 61. Tamu Tak Diundang

"Tante? Kenapa tante di sini?" tanya Dara yang terkejut bukan main."Ikut tante."Wanita itu justru meminta mereka berdua untuk mengikuti Santi. Padahal niat mereka berdua ingin menghabiskan waktu, namun, entah mengapa tiba-tiba tantenya berkata seperti itu.Mereka berdua mengikuti Santi, dan berhenti di sebuah rumah di dekat sana."Pak Lurah, boleh tunggu di luar sebentar, ya?" pinta Santi kepada Damar.Damar hanya melipat kedua tangannya dan menganggukkan kepalanya dengan tatapan yang dingin.Santi mencengkeram lengan Dara dan memaksa Dara untuk ikut dengannya, kedatangan wanita itu juga cukup mengejutkan untuk Dara, ditambah lagi dengan hal seperti ini, membuat Dara semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi.Dara dibawa ke rumah kecil itu dan Santi mendorong tubuh Dara ke tembok, ia langsung dimaki habis-habisan."Heh! Kamu tuh ya! Kecil-kecil belagunya bukan main! Beraninya kamu pergi sama Damar ya! Sampai dia bahkan rela ke sini buat nyamperin kamu! Kamu pake pelet apa k
Baca selengkapnya

Bab 62. Dara yang Tidak Tenang

"Dara?" panggil Damar untuk yang kedua kalinya."Ah! Iya, ada apa?" tanya Dara yang justru terkejut dengan panggilan dari Damar."Kamu kenapa? Makanannya nggak enak?" tanya Damar."Eh ... bukan. Maaf ya, aku sedang memikirkan sesuatu," ucap Dara yang langsung kembali melahap steak yang ada di depannya."Kamu mikir apa, sih? Sampai makan aja nggak selahap biasanya. Mau cerita?" tanya pria itu.Dara langsung menatap mata Damar dan semakin bingung, orang yang sedang dipikirkannya sekarang tengah berada di depannya. Dara bingung harus menjelaskan bagaimana dan dari mana."Sebenarnya aku tidak ingin bicarakan hal ini sih, kita lagi jalan, harusnya aku bawa kamu seneng-seneng, bukan kepikiran," ucap Dara yang merasa bersalah."Nggak masalah, aku justru lebih senang kalau kamu menceritakan semua yang mengganjal di hati kamu," ucap pria itu dengan senyuman, seakan memang membiarkan Dara untuk menceritakan apa yang tengah terjadi.Karena sudah tidak tahan lagi, Dara pun menceritakan semuanya.
Baca selengkapnya

Bab 63. Menyikapi Masalah Baru

"Oh, wajahmu memerah," tukas Damar tanpa memikirkan perasaan Dara yang sebenernya sedari tadi jantungnya terus berdebar."Ih!" Dara langsung menghindar dari tangan besar milik Damar dan menatap Damar dengan kesal. "Tangan kamu nakal!"Ucapan yang keluar dari bibir Dara, justru membuat Damar tertawa dan cukup senang mendengar wanita itu mengeluh seperti itu. Mereka pun melanjutkan makan siang mereka dan setidaknya, perasaan gelisah yang dialami oleh Dara sudah menghilang.Ia hanya memikirkan cara agar tantenya tidak bisa mendapatkan Damar."Memangnya kenapa aku nggak boleh sama tante kamu?" tanya Damar dengan tiba-tiba, seakan membaca pikiran Dara. Jelas hal itu langsung membuat Dara terkejut."Aku lebih ke nggak suka aja sih sama dia. Karena dia itu egois banget, serakah, pokoknya semua yang jelek-jelek itu ada di dirinya! Aku sama sekali nggak ngerti sama sikapnya yang begitu kekanak-kanakkan dan mau menang sendiri," gerutu Dara yang sudah telanjur kesal."Contohnya seperti apa?" tan
Baca selengkapnya

Bab 64. Bersenang-senang

"Eh? Apa aku salah bicara, ya? Ekspresinya kok ga ngenakin gitu?" batin Dara.Pria itu pun menghela nafas panjang dan mengusap kepala Dara."Itu boleh buat kamu. Aku tidak terima penolakan, kalau nolak, aku ngambek!" ancam pria itu kepada Dara.Dara yang akhirnya tidak mengerti apa maksud dari Damar pun langsung mengiyakan apa yang dikatakan oleh pria itu. Selepas pergi berjalan-jalan mereka berdua pun kembali melakukan aktivitas yang membuat mereka bisa menikmati hari-hari dengan bahagia. Darah mengajak Damar untuk pergi ke tempat mainan di mana beberapa mainan Timezone tersedia di sana.Ketika sampai di Timezone wanita itu mengajak Damar untuk bermain di sana. Terlihat raut wajah Damar yang tidak menyukai rencana Dara untuk pergi ke Timezone, namun darah berusaha memaksa Damar untuk memainkan permainan yang ada di sana karena Dara tahu jika Damar tidak pernah menikmati kesenangan seperti itu."Kamu kenap sih, nggak mau main?" tanya Dara."Malu lah! Udah gede gini mainnya ke timezone
Baca selengkapnya

Bab 65. Hati yang Busuk

Selepas bertemu dengan Damar, Dara memutuskan untuk mulai fokus dengan dendamnya.Pagi hari, ia melihat pesan dari Pak Jaya dan meminta Dara untuk datang ke kantornya hari ini juga. Hal itu membuat Dara harus pergi ke kantor NA yang dipegang oleh Pak Jaya.Dara juga menyembunyikan hal ini dari kedua orang tuanya, karena tidak ingin mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Apalagi, masalah ini jelas belum selesai, dan entah kapan selesainya. Dara tengah mengusahakan yang terbaik untuk ayahnya.Sampai di gedung pencakar langit tersebut, Dara langsung menghela nafas panjang dan melangkah masuk ke dalam kantor itu. Tanpa ragu dan takut, Dara berjalan menghampiri ruangan milik Jaya dan mengetuk pintu ruangannya seperti tamu pada umumnya.Dara memasukki ruangan pria itu, dan terlihat suasana di sana sudah cukup berat. Membuat Dara sedikit gugup. Namun, ia tak boleh gugup, karena mau bagaimanapun, di sini dia tidak salah, bahkan, dia adalah korban dari semuanya, dia dan keluarganya justru har
Baca selengkapnya

Bab 66. Gossip Kecil

"Dara?!" kejut pria yang menabrak Dara dan langsung membantu Dara untuk bangun."Loh? Nathan? Kamu ngapain di sini?" tanya Dara sembari menunjuk pria yang menabraknya. Dara meraih tangan pria itu.Namun, yang membuat Dara cukup heran adalah, pakaian pria itu sangat rapi, dengan menggunakan jas hitam dan juga rambutnya rapi, tidak seperti biasanya. Ada apa ini?"Kamu yang ngapain di sini? Lamar kerjaan?" tanya Nathan yang memang tidak mengetahui tujuan Dara datang."Nggak lah! Ngapain! Kalau bicara suka ngadi-ngadi ih!" ketus Dara.Tiba-tiba satu pengawal yang berada di belakang Nathan langsung hampir mendekati Dara dan seperti akan menghajarnya. Namun, Nathan menghadang pria itu."Tenanglah, dia berkata begitu hanya bercanda saja. Aku sudah biasa bercanda seperti ini dengan Dara," ucap Nathan yang menghalangi bodyguardnya."Wow! Kamu cukup dilindungi juga, ya. Aku kagum padamu!" ucap Dara dengan berkacak pinggang dan cukup terkejut."Nada bicaramu terdengar seperti meledekku. Meski ak
Baca selengkapnya

Bab 67. Menahan Perasaan

Sampai di depan kamar, Rendra langsung menarik tangan Dara cukup keras dan sampai masuk ke dalam kamar hingga pintu tertutup rapat. Rendra langsung menempelkan tubuh Dara ke dinding dan menghimpit Dara. Seketika, Dara merasakan sesuatu yang keras di balik celana Rendra dan terasa sampai permukaan perut Dara.Hal itu membuat Dara langsung tersenyum kecil dan memegang kedua pipi pria itu."Kamu pingin?" tanya Dara."Jelaslah. Aku nahan seminggu, nggak betah. Dulu kita hampir setiap hari seperti ini, bukan?" tanya Rendra yang mulai menggoda Dara."Lalu, kau mau melakukannya kepadaku, sekarang? Bukankah masih ada Maya di rumah? Kamu nggak mungkin kalau sampai nggak ngelakuin itu sama dia," tutur Dara dengan senyumnya yang masih begitu hangat."Maya tidak bisa melakukan hal sepertimu, Dara. Dia sama sekali tidak bisa membuatku begairah. Dia menikmatiku sendirian, namun, aku sama sekali tak merasakan kenikmatan darinya," ucap Rendra sembari mengecup leher Dara dengan penuh nafsu, seperti sa
Baca selengkapnya

Bab 68. Apa Ini Karma?

Dara terbangun kala ia merasakan dingin di tubuhnya. Ketika tersadar, ia masih berada di pelukan Rendra dan terlihat Rendra sama sekali tidak melepaskan pelukannya dari tubuh Dara sama sekali.Dara memperhatikan wajah pria itu dan merasa sudah lama sekali dia tidak melihat Rendra dengan wajah seperti itu. Begitu manis dan lemah lembut. Terasa kehangatan yang dikeluarkan dari tubuh pria itu. Dara juga bisa merasakan kasih sayang darinya.Reflek, tangan Dara memegang kedua pipi pria itu dengan lembut dan mengusapnya perlahan. Namun, betapa tekejutnya Dara karena Rendra tiba-tiba membuka matanya perlahan dan menatap Dara dengan senyuman."Kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Rendra."Kamu capek, ya? Tidurmu nyenyak sekali," ucap Dara dengan senyuman manisnya itu."Iya, seharian kemarin rasanya lelah sekali. Apa kau tidak bisa tidur?" tanya Rendra."Bukan begitu, aku tidak terbiasa tidur lama, Mas." Dara kembali menarik selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya."Kamu mau dengar ceritaku, Say
Baca selengkapnya

Bab 69. Hanya Dara yang Mengerti

"Bukankah seharusnya aku yang bertanya kepadamu, Mas?" Mata Dara menunjukkan keseriusan dan membuat Rendra membulatkan matanya karena menganggap pertanyaan Dara adalah benar adanya.Seketika, Rendra hanya bisa terdiam sembari menatap Dara dengan tatapan yang lembut, memang benar adanya, bahwa dialah yang harusnya meyakinkan dirinya sendiri untuk menikahi Dara atau tidak, mau bagaimanapun semua ini adalah salahnya karena sudah mengkhianati wanita yang selama ini mencintainya dan bahkan tak pernah sekalipun berpaling dari Rendra."Maaf ya," ucap Rendra dengan senyuman dan menahan rasa sakitnya."Sudah kuduga, kamu pasti tidak—""Maaf karena aku telah menyakitimu. Aku sangat mencintaimu, Dara. Aku ingin memperbaiki semuanya."DEG!Bak hati yang tersambar petir, perasaan Dara justru semakin campur aduk mendengar ucapan Rendra. Selama ini, dia tak pernah sekalipun mendengarkan permintaan maaf dari mulut Rendra sendiri. Selalu Dara yang mengalah dan meminta maaf. Namun, sekarang semuanya se
Baca selengkapnya

Bab 70. Menahan Amarah Rendra

["Kau di mana sekarang?"] tanya pria itu dengan nada terdengar emosi."Ada apa, Yah? Ada yang perlu kubantu?" tanya Rendra.["Kau di mana dasar anak nggak tahu diri!"] bentak pria itu.Mendengar ayahnya berucap begitu, Rendra sudah mengerti betul arah pembicaraan mereka yang terlihat cukup keras."Bukan urusan ayah. Aku tahu ayah hanya akan menjelek-jelekanku saja," tutur Rendra.[“Apa kau tidak bisa sekali ini saja membuat nama baik keluargamu jadi lebih baik, hah!”] hardik pria itu di telepon.Namun, Rendra hanya diam saja dan tidak menjawab apa yang dikatakan oleh ayahnya. Ada sedikit rasa takut, namun, di satu sisi lain, hatinya juga memberontak dan ingin sekali mencaci maki ayahnya, ia sudah cukup lama memendam perasaan kesal kepada ayahnya sendiri.“Mengapa ayah juga tidak pernah menghargai apa yang kulakukan? Semuanya selalu salah di mata kalian,” bela Rendra kepada dirinya sendiri.[“Jelas saja jika ayah marah kepadamu! Bagaimana mungkin kamu bisa semalaman nggak pulang ke rum
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status