Home / Pernikahan / Dendam Sang Pelakor / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dendam Sang Pelakor: Chapter 31 - Chapter 40

90 Chapters

Bab 31. Pria yang Menyelamatkan Dara

"Apa-apaan kalian ini!" teriak seorang pria dari luar rumah dan masuk ke dalam kamar di mana tempat Dara berada.Semua orang langsung terdiam ketika pria itu masuk ke dalam rumah dan membentak mereka. Ketika pria itu berada di kamar, ia melihat Pak Lurah yang datang membantu Dara."Coba jelaskan pada saya, sebenarnya, apa yang terjadi di sini?" tanya Pak Lurah kepada pemilik rumah."Ini, Pak. Orang kota ini mencoba untuk menggoda saya, kalau saya nggak mau memuaskannya, dia bakal lapor saya ke istri saya. Lalu, dia juga mengancam saya bakal lapor saya ke semua orang di desa," dusta pria itu tanpa penuh penyesalan."Nggak, Pak! Dia berdusta! Saya nggak pernah sekalipun menggoda dia! Yang ada, saya terjebak oleh pria itu!" tolak Dara yang sangat geram dengan perlakuan pria itu."Kamu yang berdusta!" Bu Ranti meneriaki Dara seakan ia paling benar."Diam semua!" hardik Pak Lurah muda itu kepada semua orang yang tengah berdebat.Semua orang pun langsung terdiam dan menundukkan kepalanya ka
Read more

Bab 32. Trauma yang Sedikit Menghilang

Dara masih sedikit trauma, namun, berusaha untuk menenangkan dirinya agar lekas sembuh."Pokoknya ya, kalian berdua harus cepet pindah dari sini! Mereka sama sekali bukan orang yang baik, saudara yang baik, bahkan tetangga yang baik. Semua omongan jelek menyebar dari satu mulut ke mulut lainnya!" Dara masih ingat betul bagaimana ia dihakimi oleh warga ketika ia tidak melakukan kesalahan apa-apa, bahkan sampai difitnah."Iya, kita akan pindah kok. Sedikit lagi juga bakal selesai packingnya. Tahan sebentar ya, Dara." Ayahnya berusaha untuk menenangkan putrinya sembari mengusap punggung Dara perlahan.Lalu, Dara mulai bisa sedikit tenang dan menghembuskan nafas panjang."Kamu nggak sadar dari tadi ayah pegang kamu?" tanya Jaka kepada putrinya."EH!"Dara langsung terkejut dan beranjak dari kursinya. Namun, ia perlahan duduk kembali dan memandang ayahnya. Dara membuka jemari tangannya dan membiarkan ayahnya memegang tangan Dara.Satu menit awal masih aman, dia sudah tidak takut lagi. Namu
Read more

Bab 33. Pak Lurah yang Aneh

Di keesokan harinya, Dara pergi ke kantor kelurahan untuk menemui Damar. Sepanjang jalan ia merasa sangat gugup dan rasanya ingin kembali saja ke rumah, selain itu, ia juga merasa marah karena sepanjang ia jalan, semua orang melihatnya dengan jijik. Bahkan mungkin, rumor perihal dirinya dengan Pak Lurah juga sudah tersebar luas dan menjadi omongan para tetangga. Ia sejenak berpikir, ingin sekali menghilang dari dunia ini."Lah? Kenapa gue yang pengen hilang dari dunia? Kan bukan gue yang salah," batin Dara yang menyangkal ucapannya sendiri dan langsung membuatnya kembali percaya diri.Sampai di depan kantor kelurahan, ia menghela nafas panjang dan berusaha melawan kegugupannya sendiri. Meskipun traumanya sudah bisa mulai bekerja sama dengannya dan mulai bisa memegang ayahnya sendiri meski sebentar."Yuk, kamu harus bisa, Dara! Kamu nggak akan bisa balas dendam kalau terus menerus takut dan tidak mau melawan rasa takutmu!" gumam Dara perlahan.Ia pun langsung masuk ke dalam kantor kelu
Read more

Bab 34. Dibenci Warga Desa

Di jalan saat ia kembali pulang, masih sama seperti di awal, ketika semua orang melihat ke arah Dara dan mengejeknya di belakang Dara, bahkan saudaranya sendiri pun melakukan hal tersebut, yang membuat Dara sendiri juga agak risih.Namun, ia harus kuat, Dara juga berusaha untuk cuek, ia bersikap dingin dan menunjukkan bahwa dia tidak takut. Beberapa orang juga merasa terganggu dengan kehadiran Dara. Hingga tiba-tiba seorang pria tua melempar Dara dengan batu."Awas!" teriak seorang pria yang berusaha melindungi Dara dengan memeluknya. Hingga batu itu pun terkena punggung pria tersebut.Dara hanya membelalakkan matanya dan terkejut bukan main karena ada orang yang mau melindunginya. Ia langsung melihat wajah pria itu."Pak Damar?""Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu.Ketika Dara menganggukkan kepalanya, pria itu pun merasa Dara tidak apa-apa. Damar langsung menatap pria yang tadi melempar batu tersebut. Sorot matanya begitu tajam dan giginya bergemeretak.
Read more

Bab 35. Waktu Bersama Ayah

Di rumah, suasana menjadi cukup ramai karena kehadiran Nathan ke rumah Dara. Namun, untungnya mereka jadi bisa bekerja lebih cepat karena ada lagi satu pria yang datang ke rumah.Dara yang tadinya tidak terima dengan kehadiran Nathan, kini hanya bisa pasrah saja dan menikmati karena ia juga diuntungkan dalam hal ini. Ketika Dara sedang membersihkan pakaiannya di lemari, Dara bertanya sesuatu kepada ibunya perihal apa yang diucapkan oleh Damar."Bu, memangnya, dulu Pak Damar juga tinggal di sini?" tanya Dara."Iya, memangnya kamu tidak ingat?" tanya Dewi."Tidak. Kok aku malah nggak tahu ya?" tanya Dara yang justru terkejut karena ibunya tahu jika mereka saling mengenal."Itu sudah lama sekali, kalian memang pernah dekat, bahkan sering bermain bersama, lalu, kamu memutuskan untuk kuliah di Yogya, sedangkan dia kuliah di kota Semarang saja, nggak sampai jauh ke sana. Memangnya kenapa?" Dewi sedikit curiga dengan pembahasan putrinya itu."Aku tadi bicara dengann
Read more

Bab 36. Perebutan Hak Rumah

Keesokan harinya, Dara dan keluarganya sudah siap untuk pindah ke kota. Mereka sudah membereskan berbagai macam perabotan rumah tangga yang akan ditinggalkan nantinya. Mereka berencana untuk pergi dari kediaman mereka sekitar satu atau dua bulan sampai masalah kepala keluarga mereka selesai.Cukup berat untuk Dewi dan Jaka meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan itu. Mereka sudah sangat lama tinggal di sana.Hingga pada akhirnya, mau tidak mau mereka harus pindah dari rumah itu. Dewi menutup pintu perlahan dan menatap isi rumahnya sampai ia berhasil menutup pintu sepenuhnya dan mengunci pintu tersebut.Pintu rumah pun diberikan kunci gembok agar tidak ada yang bisa masuk. Sudah pasti akan banyak keluarga yang menggunakan rumah Dara sebagai hak milik mereka, karena memang saudara Dara tidak pernah akur dan selalu mempermasalahkan perihal tanah, dan juga harta warisan.Dara yang melihat orang tuanya cukup berat meninggalkan rumah mereka, hanya bisa tersenyum kecil dan berharap mer
Read more

Bab 37. Pergi ke Kota

"Kalian berdua pacaran? Sejak kapan?" tanya Dewi yang terkejut menedengar pengakuan dari Nathan."Dia mengada-ada, Bu! Mana mungkin aku pacaran dengan pria seperti itu! Kami juga belum lama kenal kok!" ucap Dara yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan masih tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh putrinya."Lagipula, kenapa kalian nggak pacaran aja sih? Kan siapa tahu ketemu jodoh beneran," ujar Jaka yang duduk di seat depan bersama dengan Nathan."Nggak mau, ah!" tolak Dara dengan keras tanpa memikirkan perasaan Nathan.Memang, ia pernah bersetubuh dengan pria itu, dan Nathan adalah clientnya dulu. Entah sejak kapan ia jadi begitu dekat dengan Nathan. Padahal, Dara sama sekali tak pernah memperhatikan pria itu. Nathan jadi sering datang ke kehidupan Dara sejak mereka bertemu di pernikahan Rendra."Ah, mungkin tidak seharusnya aku mendekati Nathan," batin Dara."Tidak Pak, Bu. Saya hanya membuat wanita itu menjauh dari kalian dan kita bisa segera berangkat saja, karena mel
Read more

Bab 38. Tinggal di Kota

Beberapa hari berlalu, keluarga Dara masih berada di apartemen Dara. Ia juga mengajak mereka berbelanja kebutuhan yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Entah mengapa Dara merasa ia sudah jahat kepada kedua orang tuanya karena tidak pernah pulang ke rumah. Kini, ia merasakan bagaimana rasanya ketika bisa membahagiakan orang tuanya dengan hal sederhana.Dara belum kembali memulai dendamnya, setidaknya ia butuh waktu sekitar seminggu agar bisa pulih seutuhnya dari traumanya. Ia memang sudah terbiasa dengan ayahnya, namun, belum tentu juga ia akan terbiasa ketika melihat Rendra. Bisa jadi lebih parah.Beberapa kali mereka juga selalu mengajak Nathan untuk pergi bersama. Hal itu sempat membuat Dara risih, karena Nathan justru sangat bahagia ketika diajak, sudah seperti anak kecil yang diajak orang tuanya mencari camilan."Dara, kamu sudah terbiasa dengan ayah ya?" tanya Jaka kepada putrinya yang tengah menggandeng tangannya dengan erat ketika berjalan di mall."Iya. Aku sudah tidak tak
Read more

Bab 39. Bertukar Informasi

Ketika Dara sampai di klub malam melihatnya, ia melihat Rizal yang sedang mengelap gelas dan tersenyum melihat kedatangan Dara.“Tunggu! Kenapa Rizal jadi ganteng gitu!” kejut Dara yang melihat ketampanan Rizal, padahal sebelumnya juga biasa saja dan Dara merasa tidak ada yang special dari potongan rambut pria itu.Dara duduk di bar dan menyangga kepalanya sembari menatap Rizal dengan sanyuman.“Apa kau tertarik dengan wanita itu?” tanya Dara.Raut wajah Rizal yang tadinya sumringah langsung berubah drastis.“Eh? Tidak begitu ya?” tanya Dara yang langsung menatap Rizal.“Saya semakin kesal dengan wanita itu!” ucap Rizal sembari merasa kesal.“Kenapa? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk kepadamu?” tanya Dara yang sudah mulai menanyakan beberapa hal. “Oh iya, berikan aku satu botol vodka. Atau, kau yang racik saja. Aku ingin melihat sejauh mana karyawanku ini bekerja,” ujar Dara.Rizal pun membuatkan racikan vodka untuk Dara, dia memang sering sekali mabuk sampai tidak sadarkan diri, d
Read more

Bab 40. Dara Mabuk

"Duh! Bagaimana ini. Nona Dara pasti mabuk!" batin Rizal ketika sentuhan bibir Dara menjauh darinya.Terlihat Dara sempoyongan dan wajahnya juga sudah terlihat memerah akibat mabuk. Rizal merasa bersalah karena lupa jika wanita itu tidak kuat dengan kadar alkohol yang terlalu banyak."No–nona, kumohon sadarlah!" pinta Rizal yang sedikit ketakutan."Hm? Kenapa? Bukannya kamu menginginkanku, Rizal? Apa kau tidak mau mencicipi tubuhku? Dua tahun setelah berpacaran dengan Rendra, aku justru diminta untuk memuaskan banyak pria. Hal itu membuatku tidak bisa lepas dari jerat pria lain yang hampir setiap hari menyentuh tubuhku," urai Dara sembari bersandar di dada bidang milik Rizal.Rizal pun kembali serius mendengarkan pembicaraan wanita itu dan merasa geram dengan Rendra. Dia tidak terima jika Dara dirusak oleh Rendra."Apa trauma anda sudah hilang?" tanya Rizal."Trauma ya ... sepertinya aku sudah melupakan itu, aku harus memastikan bahwa Rendra akan hancur ketika bersamaku! Aku juga haru
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status