Di jalan saat ia kembali pulang, masih sama seperti di awal, ketika semua orang melihat ke arah Dara dan mengejeknya di belakang Dara, bahkan saudaranya sendiri pun melakukan hal tersebut, yang membuat Dara sendiri juga agak risih.
Namun, ia harus kuat, Dara juga berusaha untuk cuek, ia bersikap dingin dan menunjukkan bahwa dia tidak takut. Beberapa orang juga merasa terganggu dengan kehadiran Dara. Hingga tiba-tiba seorang pria tua melempar Dara dengan batu."Awas!" teriak seorang pria yang berusaha melindungi Dara dengan memeluknya. Hingga batu itu pun terkena punggung pria tersebut.Dara hanya membelalakkan matanya dan terkejut bukan main karena ada orang yang mau melindunginya. Ia langsung melihat wajah pria itu."Pak Damar?""Kamu baik-baik saja?" tanya pria itu.Ketika Dara menganggukkan kepalanya, pria itu pun merasa Dara tidak apa-apa. Damar langsung menatap pria yang tadi melempar batu tersebut. Sorot matanya begitu tajam dan giginya bergemeretak.Di rumah, suasana menjadi cukup ramai karena kehadiran Nathan ke rumah Dara. Namun, untungnya mereka jadi bisa bekerja lebih cepat karena ada lagi satu pria yang datang ke rumah.Dara yang tadinya tidak terima dengan kehadiran Nathan, kini hanya bisa pasrah saja dan menikmati karena ia juga diuntungkan dalam hal ini. Ketika Dara sedang membersihkan pakaiannya di lemari, Dara bertanya sesuatu kepada ibunya perihal apa yang diucapkan oleh Damar."Bu, memangnya, dulu Pak Damar juga tinggal di sini?" tanya Dara."Iya, memangnya kamu tidak ingat?" tanya Dewi."Tidak. Kok aku malah nggak tahu ya?" tanya Dara yang justru terkejut karena ibunya tahu jika mereka saling mengenal."Itu sudah lama sekali, kalian memang pernah dekat, bahkan sering bermain bersama, lalu, kamu memutuskan untuk kuliah di Yogya, sedangkan dia kuliah di kota Semarang saja, nggak sampai jauh ke sana. Memangnya kenapa?" Dewi sedikit curiga dengan pembahasan putrinya itu."Aku tadi bicara dengann
Keesokan harinya, Dara dan keluarganya sudah siap untuk pindah ke kota. Mereka sudah membereskan berbagai macam perabotan rumah tangga yang akan ditinggalkan nantinya. Mereka berencana untuk pergi dari kediaman mereka sekitar satu atau dua bulan sampai masalah kepala keluarga mereka selesai.Cukup berat untuk Dewi dan Jaka meninggalkan rumah yang penuh dengan kenangan itu. Mereka sudah sangat lama tinggal di sana.Hingga pada akhirnya, mau tidak mau mereka harus pindah dari rumah itu. Dewi menutup pintu perlahan dan menatap isi rumahnya sampai ia berhasil menutup pintu sepenuhnya dan mengunci pintu tersebut.Pintu rumah pun diberikan kunci gembok agar tidak ada yang bisa masuk. Sudah pasti akan banyak keluarga yang menggunakan rumah Dara sebagai hak milik mereka, karena memang saudara Dara tidak pernah akur dan selalu mempermasalahkan perihal tanah, dan juga harta warisan.Dara yang melihat orang tuanya cukup berat meninggalkan rumah mereka, hanya bisa tersenyum kecil dan berharap mer
"Kalian berdua pacaran? Sejak kapan?" tanya Dewi yang terkejut menedengar pengakuan dari Nathan."Dia mengada-ada, Bu! Mana mungkin aku pacaran dengan pria seperti itu! Kami juga belum lama kenal kok!" ucap Dara yang berusaha untuk mengalihkan pembicaraan dan masih tidak terima dengan apa yang diucapkan oleh putrinya."Lagipula, kenapa kalian nggak pacaran aja sih? Kan siapa tahu ketemu jodoh beneran," ujar Jaka yang duduk di seat depan bersama dengan Nathan."Nggak mau, ah!" tolak Dara dengan keras tanpa memikirkan perasaan Nathan.Memang, ia pernah bersetubuh dengan pria itu, dan Nathan adalah clientnya dulu. Entah sejak kapan ia jadi begitu dekat dengan Nathan. Padahal, Dara sama sekali tak pernah memperhatikan pria itu. Nathan jadi sering datang ke kehidupan Dara sejak mereka bertemu di pernikahan Rendra."Ah, mungkin tidak seharusnya aku mendekati Nathan," batin Dara."Tidak Pak, Bu. Saya hanya membuat wanita itu menjauh dari kalian dan kita bisa segera berangkat saja, karena mel
Beberapa hari berlalu, keluarga Dara masih berada di apartemen Dara. Ia juga mengajak mereka berbelanja kebutuhan yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Entah mengapa Dara merasa ia sudah jahat kepada kedua orang tuanya karena tidak pernah pulang ke rumah. Kini, ia merasakan bagaimana rasanya ketika bisa membahagiakan orang tuanya dengan hal sederhana.Dara belum kembali memulai dendamnya, setidaknya ia butuh waktu sekitar seminggu agar bisa pulih seutuhnya dari traumanya. Ia memang sudah terbiasa dengan ayahnya, namun, belum tentu juga ia akan terbiasa ketika melihat Rendra. Bisa jadi lebih parah.Beberapa kali mereka juga selalu mengajak Nathan untuk pergi bersama. Hal itu sempat membuat Dara risih, karena Nathan justru sangat bahagia ketika diajak, sudah seperti anak kecil yang diajak orang tuanya mencari camilan."Dara, kamu sudah terbiasa dengan ayah ya?" tanya Jaka kepada putrinya yang tengah menggandeng tangannya dengan erat ketika berjalan di mall."Iya. Aku sudah tidak tak
Ketika Dara sampai di klub malam melihatnya, ia melihat Rizal yang sedang mengelap gelas dan tersenyum melihat kedatangan Dara.“Tunggu! Kenapa Rizal jadi ganteng gitu!” kejut Dara yang melihat ketampanan Rizal, padahal sebelumnya juga biasa saja dan Dara merasa tidak ada yang special dari potongan rambut pria itu.Dara duduk di bar dan menyangga kepalanya sembari menatap Rizal dengan sanyuman.“Apa kau tertarik dengan wanita itu?” tanya Dara.Raut wajah Rizal yang tadinya sumringah langsung berubah drastis.“Eh? Tidak begitu ya?” tanya Dara yang langsung menatap Rizal.“Saya semakin kesal dengan wanita itu!” ucap Rizal sembari merasa kesal.“Kenapa? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk kepadamu?” tanya Dara yang sudah mulai menanyakan beberapa hal. “Oh iya, berikan aku satu botol vodka. Atau, kau yang racik saja. Aku ingin melihat sejauh mana karyawanku ini bekerja,” ujar Dara.Rizal pun membuatkan racikan vodka untuk Dara, dia memang sering sekali mabuk sampai tidak sadarkan diri, d
"Duh! Bagaimana ini. Nona Dara pasti mabuk!" batin Rizal ketika sentuhan bibir Dara menjauh darinya.Terlihat Dara sempoyongan dan wajahnya juga sudah terlihat memerah akibat mabuk. Rizal merasa bersalah karena lupa jika wanita itu tidak kuat dengan kadar alkohol yang terlalu banyak."No–nona, kumohon sadarlah!" pinta Rizal yang sedikit ketakutan."Hm? Kenapa? Bukannya kamu menginginkanku, Rizal? Apa kau tidak mau mencicipi tubuhku? Dua tahun setelah berpacaran dengan Rendra, aku justru diminta untuk memuaskan banyak pria. Hal itu membuatku tidak bisa lepas dari jerat pria lain yang hampir setiap hari menyentuh tubuhku," urai Dara sembari bersandar di dada bidang milik Rizal.Rizal pun kembali serius mendengarkan pembicaraan wanita itu dan merasa geram dengan Rendra. Dia tidak terima jika Dara dirusak oleh Rendra."Apa trauma anda sudah hilang?" tanya Rizal."Trauma ya ... sepertinya aku sudah melupakan itu, aku harus memastikan bahwa Rendra akan hancur ketika bersamaku! Aku juga haru
Beberapa menit kemudian, datang seorang wanita dengan pakaian yang cukup nyentrik dan menyita perhatian. Untung saja di bar sedikit orang jika siang hari, wanita itu tersenyum ketika melihat Rizal sudah berada di meja barnya dan tersenyum sembari menatap Maya."Hai, Rizal! Kamu jaga pagi ya?" tanya wanita itu yang langsung duduk di kursi sembari menatap Rizal dengan tatapan manjanya itu."Ya, kebetulan hari ini aku jaga sampai malam, maaf ya tidak bisa ngamar bersamamu." Rizal langsung blak-blakkan ketika bicara dengan Maya."Yah ... Habis pulang kerja aja deh! Gimana?" tanya Maya."Aku nggak enak sama suami kamu, Maya." Rizal terlihat sibuk mengelap beberapa gelas yang baru saja dicuci."Tenang aja! Nggak akan ketahuan kok! Kamu percaya aja sama aku! Kenapa sih kamu sebegitu takutnya?" Maya justru makin gemas dengan pria itu, alhasil sikap seperti itu bisa dimanfaatkan oleh Rizal."Aku takut jika suamimu punya banyak relasi, kudengar ayahnya juga memiliki banyak relasi. Jika aku keta
Rizal melihat keadaan Dara yang masih berada di dalam ruangannya dan masih tertidur karena mabuk. Sepertinya ia harus meminta maaf nanti ketika Dara sudah sadar.Rizal pun menutup ruangan wanita itu dan kembali ke tempatnya. Ia menghela nafas panjang karena jantungnya masih saja berdegup dengan kencang ketika mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu, di mana Dara tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan memancing nafsu dari pria tersebut.Selama ini, Rizal hanya menyembunyikan perasaan sukanya saja kepada Dara. Namun, jika terus menerus begini, ia bisa benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaannya kepada Dara juga.Bartender itu menghela nafas panjang. Namun, ketika ia tengah menghirup udara segar, seorang pria mssuk ke dalam bar sembari melihat ke kanan dan ke kiri.Rizal merasa pernah bertemu dengan pria itu, namun, entah berada di mana. Ia pun menyapa pria itu dengan ramah."Ada yang bisa dibantu?" tanya Rizal kepada pria itu."Ya, boleh buatkan aku satu minuman terbaik