Beberapa hari berlalu, keluarga Dara masih berada di apartemen Dara. Ia juga mengajak mereka berbelanja kebutuhan yang mereka inginkan dan mereka butuhkan. Entah mengapa Dara merasa ia sudah jahat kepada kedua orang tuanya karena tidak pernah pulang ke rumah. Kini, ia merasakan bagaimana rasanya ketika bisa membahagiakan orang tuanya dengan hal sederhana.Dara belum kembali memulai dendamnya, setidaknya ia butuh waktu sekitar seminggu agar bisa pulih seutuhnya dari traumanya. Ia memang sudah terbiasa dengan ayahnya, namun, belum tentu juga ia akan terbiasa ketika melihat Rendra. Bisa jadi lebih parah.Beberapa kali mereka juga selalu mengajak Nathan untuk pergi bersama. Hal itu sempat membuat Dara risih, karena Nathan justru sangat bahagia ketika diajak, sudah seperti anak kecil yang diajak orang tuanya mencari camilan."Dara, kamu sudah terbiasa dengan ayah ya?" tanya Jaka kepada putrinya yang tengah menggandeng tangannya dengan erat ketika berjalan di mall."Iya. Aku sudah tidak tak
Ketika Dara sampai di klub malam melihatnya, ia melihat Rizal yang sedang mengelap gelas dan tersenyum melihat kedatangan Dara.“Tunggu! Kenapa Rizal jadi ganteng gitu!” kejut Dara yang melihat ketampanan Rizal, padahal sebelumnya juga biasa saja dan Dara merasa tidak ada yang special dari potongan rambut pria itu.Dara duduk di bar dan menyangga kepalanya sembari menatap Rizal dengan sanyuman.“Apa kau tertarik dengan wanita itu?” tanya Dara.Raut wajah Rizal yang tadinya sumringah langsung berubah drastis.“Eh? Tidak begitu ya?” tanya Dara yang langsung menatap Rizal.“Saya semakin kesal dengan wanita itu!” ucap Rizal sembari merasa kesal.“Kenapa? Apa dia melakukan sesuatu yang buruk kepadamu?” tanya Dara yang sudah mulai menanyakan beberapa hal. “Oh iya, berikan aku satu botol vodka. Atau, kau yang racik saja. Aku ingin melihat sejauh mana karyawanku ini bekerja,” ujar Dara.Rizal pun membuatkan racikan vodka untuk Dara, dia memang sering sekali mabuk sampai tidak sadarkan diri, d
"Duh! Bagaimana ini. Nona Dara pasti mabuk!" batin Rizal ketika sentuhan bibir Dara menjauh darinya.Terlihat Dara sempoyongan dan wajahnya juga sudah terlihat memerah akibat mabuk. Rizal merasa bersalah karena lupa jika wanita itu tidak kuat dengan kadar alkohol yang terlalu banyak."No–nona, kumohon sadarlah!" pinta Rizal yang sedikit ketakutan."Hm? Kenapa? Bukannya kamu menginginkanku, Rizal? Apa kau tidak mau mencicipi tubuhku? Dua tahun setelah berpacaran dengan Rendra, aku justru diminta untuk memuaskan banyak pria. Hal itu membuatku tidak bisa lepas dari jerat pria lain yang hampir setiap hari menyentuh tubuhku," urai Dara sembari bersandar di dada bidang milik Rizal.Rizal pun kembali serius mendengarkan pembicaraan wanita itu dan merasa geram dengan Rendra. Dia tidak terima jika Dara dirusak oleh Rendra."Apa trauma anda sudah hilang?" tanya Rizal."Trauma ya ... sepertinya aku sudah melupakan itu, aku harus memastikan bahwa Rendra akan hancur ketika bersamaku! Aku juga haru
Beberapa menit kemudian, datang seorang wanita dengan pakaian yang cukup nyentrik dan menyita perhatian. Untung saja di bar sedikit orang jika siang hari, wanita itu tersenyum ketika melihat Rizal sudah berada di meja barnya dan tersenyum sembari menatap Maya."Hai, Rizal! Kamu jaga pagi ya?" tanya wanita itu yang langsung duduk di kursi sembari menatap Rizal dengan tatapan manjanya itu."Ya, kebetulan hari ini aku jaga sampai malam, maaf ya tidak bisa ngamar bersamamu." Rizal langsung blak-blakkan ketika bicara dengan Maya."Yah ... Habis pulang kerja aja deh! Gimana?" tanya Maya."Aku nggak enak sama suami kamu, Maya." Rizal terlihat sibuk mengelap beberapa gelas yang baru saja dicuci."Tenang aja! Nggak akan ketahuan kok! Kamu percaya aja sama aku! Kenapa sih kamu sebegitu takutnya?" Maya justru makin gemas dengan pria itu, alhasil sikap seperti itu bisa dimanfaatkan oleh Rizal."Aku takut jika suamimu punya banyak relasi, kudengar ayahnya juga memiliki banyak relasi. Jika aku keta
Rizal melihat keadaan Dara yang masih berada di dalam ruangannya dan masih tertidur karena mabuk. Sepertinya ia harus meminta maaf nanti ketika Dara sudah sadar.Rizal pun menutup ruangan wanita itu dan kembali ke tempatnya. Ia menghela nafas panjang karena jantungnya masih saja berdegup dengan kencang ketika mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu, di mana Dara tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri dan memancing nafsu dari pria tersebut.Selama ini, Rizal hanya menyembunyikan perasaan sukanya saja kepada Dara. Namun, jika terus menerus begini, ia bisa benar-benar tidak bisa mengendalikan perasaannya kepada Dara juga.Bartender itu menghela nafas panjang. Namun, ketika ia tengah menghirup udara segar, seorang pria mssuk ke dalam bar sembari melihat ke kanan dan ke kiri.Rizal merasa pernah bertemu dengan pria itu, namun, entah berada di mana. Ia pun menyapa pria itu dengan ramah."Ada yang bisa dibantu?" tanya Rizal kepada pria itu."Ya, boleh buatkan aku satu minuman terbaik
Tiba saatnya di mana Rizal bertemu dengan Maya. Sebelum bertemu dengan Maya, dia menghela nafas panjang dan merasa semua ini akan menjadi cukup rumit. Namun, mau bagaimanapun juga, dia harus mengikuti rencana Dara yang sudah tersusun rapi untuk membalaskan dendamnya.Rizal masuk ke dalam restaurant bintang 5 yang cukup ramai dan banyak sekali orang berada di sana. Menikmati makanan mewah nan berkelas. Dengan ketampanannya, sudah pasti tidak akan ada yang sadar jika ia adalah seorang bartender. Ia juga menggunakan jas yang cukup mahal agar terlihat menawan di mata Maya.Sampailah di mana Maya tengah duduk di satu kursi dan terdapat lilin di atas meja tersebut. Rizal tersenyum ketika melihat Maya yang melambaikan tangannya dan mengajaknya untuk duduk di hadapannya."Kau cantik malam ini, Maya," puji Rizal sembari mencium tangan wanita itu. Padahal, hatinya sendiri sudah meronta-ronta dan menolak untuk melakukan hal menjijikkan seperti itu kepada Maya."Terima kasih, Rizal. Kau juga sang
"Gila sih, gila banget ini!" ucap Dara sembari masuk ke dalam mobil dan merasa menikmati momen pertengkaran mereka. Rizal pun ikut masuk ke dalam mobil dan hanya bisa menghela nafas panjang saja.Ia merasa tugasnya sudah selesai dan dia sudah sangat lega."Apa tugas saya sudah selesai?" tanya Rizal kepada Dara."Sudah cukup, Rizal. Kau banyak berkorban untukku. Sudah saatnya kau melepas wanita itu. Kau bebas sekarang, Rizal." Dara tersenyum ke arah pria itu.Dara mengepalkan tangannya dan mengarahkannya ke hadapan Rizal. Mengerti maksud Dara, Rizal pun menyentuh tangan Dara dengan kepalam tangannya juga. Saat itu, ia tahu jika Dara sudah baik-baik saja dan traumanya benar-benar sudah menghilang."Senang bekerja sama dengan anda. Jika butuh bantuan, jangan sungkan hubungi saya," ucap Rizal."Tentu saja! Aku akan sering meminta bantuan kepadamu!" tutur Dara dan hal itu justru membuat Rizal cukup bahagia. "Oh iya, dia masih memanggil namamu ketika berada di hadapan suaminya, bukankah it
Dara pun kembali ke apartemennya karena ia ada janji akan pergi bersama kedua orang tuanya lagi."Rizal, terima kasih banyak ya. Kabari aku jika wanita itu masih menghubungimu," ucap Dara."Tenang saja, Nona. Saya bisa menghadapi wanita murah seperti itu," ucap Rizal tanpa perasaan."Gila, sadis banget lakik ini," batin Dara."Kalau begitu, besok gajimu aku tambah, ya!""Tidak perlu repot-repot, Nona."Dara juga tidak mau karyawannya yang sangat loyal itu tidak diberi imbalan apa-apa. Namun, apakah memberikan uang adalah pilihan yang tepat untuknya? Sebelum Dara ke luar dari mobil, ia melihat raut wajah pria itu yang cukup kecewa."Ah! Bagaimana kalau kita jalan besok? Akan kutraktir kau makanan yang enak! Kau mau?" Dara mengubah tawarannya."Tentu saja! Tidak perlu menggunakan uang itu, saya lebih suka jalan bersama dengan anda!" ucap pria itu dengan senyum kecil.Dara merasa lega karena kini dirinya bisa mengerti perasaan pria itu. Dara pun pergi ke luar dari mobil Rizal dan langsun
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,