Tiba saatnya di mana Rizal bertemu dengan Maya. Sebelum bertemu dengan Maya, dia menghela nafas panjang dan merasa semua ini akan menjadi cukup rumit. Namun, mau bagaimanapun juga, dia harus mengikuti rencana Dara yang sudah tersusun rapi untuk membalaskan dendamnya.Rizal masuk ke dalam restaurant bintang 5 yang cukup ramai dan banyak sekali orang berada di sana. Menikmati makanan mewah nan berkelas. Dengan ketampanannya, sudah pasti tidak akan ada yang sadar jika ia adalah seorang bartender. Ia juga menggunakan jas yang cukup mahal agar terlihat menawan di mata Maya.Sampailah di mana Maya tengah duduk di satu kursi dan terdapat lilin di atas meja tersebut. Rizal tersenyum ketika melihat Maya yang melambaikan tangannya dan mengajaknya untuk duduk di hadapannya."Kau cantik malam ini, Maya," puji Rizal sembari mencium tangan wanita itu. Padahal, hatinya sendiri sudah meronta-ronta dan menolak untuk melakukan hal menjijikkan seperti itu kepada Maya."Terima kasih, Rizal. Kau juga sang
"Gila sih, gila banget ini!" ucap Dara sembari masuk ke dalam mobil dan merasa menikmati momen pertengkaran mereka. Rizal pun ikut masuk ke dalam mobil dan hanya bisa menghela nafas panjang saja.Ia merasa tugasnya sudah selesai dan dia sudah sangat lega."Apa tugas saya sudah selesai?" tanya Rizal kepada Dara."Sudah cukup, Rizal. Kau banyak berkorban untukku. Sudah saatnya kau melepas wanita itu. Kau bebas sekarang, Rizal." Dara tersenyum ke arah pria itu.Dara mengepalkan tangannya dan mengarahkannya ke hadapan Rizal. Mengerti maksud Dara, Rizal pun menyentuh tangan Dara dengan kepalam tangannya juga. Saat itu, ia tahu jika Dara sudah baik-baik saja dan traumanya benar-benar sudah menghilang."Senang bekerja sama dengan anda. Jika butuh bantuan, jangan sungkan hubungi saya," ucap Rizal."Tentu saja! Aku akan sering meminta bantuan kepadamu!" tutur Dara dan hal itu justru membuat Rizal cukup bahagia. "Oh iya, dia masih memanggil namamu ketika berada di hadapan suaminya, bukankah it
Dara pun kembali ke apartemennya karena ia ada janji akan pergi bersama kedua orang tuanya lagi."Rizal, terima kasih banyak ya. Kabari aku jika wanita itu masih menghubungimu," ucap Dara."Tenang saja, Nona. Saya bisa menghadapi wanita murah seperti itu," ucap Rizal tanpa perasaan."Gila, sadis banget lakik ini," batin Dara."Kalau begitu, besok gajimu aku tambah, ya!""Tidak perlu repot-repot, Nona."Dara juga tidak mau karyawannya yang sangat loyal itu tidak diberi imbalan apa-apa. Namun, apakah memberikan uang adalah pilihan yang tepat untuknya? Sebelum Dara ke luar dari mobil, ia melihat raut wajah pria itu yang cukup kecewa."Ah! Bagaimana kalau kita jalan besok? Akan kutraktir kau makanan yang enak! Kau mau?" Dara mengubah tawarannya."Tentu saja! Tidak perlu menggunakan uang itu, saya lebih suka jalan bersama dengan anda!" ucap pria itu dengan senyum kecil.Dara merasa lega karena kini dirinya bisa mengerti perasaan pria itu. Dara pun pergi ke luar dari mobil Rizal dan langsun
"Tunggu! Kamu nggak bisa terus menerus pergi begitu saja ketika kita sedang menyelesaikan sesuatu!" ucap Rendra sembari menahan Dara agar tidak pergi dari hadapan pria itu."Mana bisa aku mendengarkan fakta seperti ini, Mas? Kamu tahu seberapa hancurnya hatiku mendengar hal seperti itu?" cerca Dara kepada pria itu."Aku tahu, Dara. Maka dari itu, kita harus bicarakan baik-baik. Kita harus membicarakan hal ini sampai selesai. Agar tidak terjadi salah paham lagi!" pinta Rendra kepada wanita itu.Dara pun pada akhirnya setuju dan kembali duduk di kursinya sembari berusaha untuk menahan emosinya."Aku akan dengarkan apa yang kamu bicarakan." Dara akhirnya memutuskan seperti itu.Rendra pun mulai menceritakan apa yang terjadi dari awal dia mengkhianati Dara sampai apa yang terjadi kepada ayahnya Dara lebih lengkap lagi, dan juga perasaan Rendra kepada Dara."Aku memang dulunya dibutakan oleh kekayaan dan juga kebaikan Maya, sehingga aku sangat mudah berpaling dan
Satu hari setelah Dara menjadi kekasih gelap Rendra, wanita itu terus berusaha untuk mendekati Rendra, bahkan meminta ayahnya Rendra untuk meminta maaf kepada ayahnya karena telah berbuat hal yang tidak-tidak dan mencemarkan nama baik ayahnya Dara. Ia hanya menginginkan momen itu saja untuk memperbaiki nama baik ayahnya saja. Selain itu, Dara tidak membutuhkan pria itu lagi.Dara juga sering sekali diajak pergi ke hotel bersama Rendra, namun, Dara juga menolak dengan alasan berbagai macam. Mulai dari pekerjaannya, sampai ke hal masuk akal agar bisa menghindari ajakan pria itu. Hari ini, dia akan pergi menemui ayahnya Rendra untuk bicara dengannya. Dara dibantu oleh Rendra dan Rendra akan menyusul ke sana setelah pekerjaannya selesai."Sayang, kamu bakal datang juga?" tanya Dara ketika menelpon Rendra dengan nada yang manja sebelum keluar dari taxinya.["Iya, Sayang. Aku akan ke sana nanti, kamu tunggu dulu ya. Pokoknya aku bakal bantu kamu buat memperbaiki nama baik ayahmu itu,"] tutu
Mata Jaya membulat sempurna ketika ia melihat pria yang merupakan putranya sendiri, justru membela Dara yang merupakan mantan kekasih putranya sendiri. Rendra menahan tangan Jaya agar pria itu tidak menampar Dara."Perdebatan kalian terlalu keras, hingga membuat kalian tidak sadar jika aku sudah masuk ke dalam ruangan ini," pungkas pria itu sembari tersenyum kecil.Jaya menarik tangannya dan membelalakkan matanya ke arah Rendra."Kenapa kau bela wanita sialan ini? Kau tidak tahu apa yang telah ia lakukan kepada keluarga kita, huh! Apa kau buta akan cinta sampai kau tidak sadar bahwa kau telah dipermalukan oleh wanita ini, hah!" hardik Jaya yang langsung naik pitam ketika melihat anaknya membela Dara."Akuilah apa yang telah ayah perbuat. Ayah harus membersihkan nama ayahnya Dara. Ayah tidak bisa berbuat begitu kepada mereka, karma itu ada, Yah!" protes Rendra kepada ayahnya."Jangan kau berani menceramahi orang tuamu sendiri! Kau tidak pantas membela wanita sial ini! Kau juga sudah pu
"Angkat, Mas! Nanti dia curiga loh!" pinta Dara.Rendra pun langsung mengangkat panggilan itu.["Hallo, Sayang. Kamu di mana?"] tanya Maya kepada suaminya."Aku sedang di jalan, habis dari kantor ayahku. Kenapa?" dusta Rendra."Lihatlah kebohongan yang keluar dari mulut sang buaya ini," batin Dara.["Nanti malam senggang? Mau antar aku ke mall?"] tanya Maya.Rendra pun menatap Dara karena ia berjanji akan bermalam dengannya malam ini. Dara pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan pria itu pergi bersama Maya agar tidak curiga."Ah! I–iya. Nanti malam aku antar, jam 8 aku jemput ya? Tapi malam ini sepertinya aku harus pergi ke suatu tempat, jadi aku tidak tidur di rumah ya?" tanya Rendra dengan meminta ijin kepada istrinya.["Mau ke mana, Sayang?"]Dara pun tidak membantu pria itu menjawab pertanyaan Maya, justru kembali menggerakkan tubuhnya dan membuat Rendra harus menahan suara kenikmatannya sendiri agar tidak terdengar oleh Maya."Te–temanku mengajakku makan malam di rumah barunya
Dara menikmati waktu kesendiriannya di dalam hotel, dia juga merasa sedikit tenang karena pekerjaannya sedikit lebih ringan. Dendamnya juga tidak harus ia selesaikan sekarang, perlahan tapi pasti, ia pasti akan bisa menyelesaikannya dengan baik.Karena bosan dan lapar, Dara pun memutuskan untuk keluar dari hotel untuk mencari makan. Ia cukup menikmati malam itu sendirian. Ketika tengah menikmati nasi goreng, wanita itu bertemu dengan seorang pria yang sepertinya dia kenal. Namun, karena sedang makan dia tidak mempedulikannya dan hanya makan saja.Ia membuka ponselnya dan melihat beberapa laporan keuangan yang masuk ke dalam ponselnya, juga penghasilan yang masuk dari hasil penjualan hari ini. Disertai dengan beberapa tagihan listrik air dan sebagainya. Dara memang sengaja menutup diri dari orang lain, dia bahkan jarang sekali keluar bersama teman untuk nongkrong atau kemanapun itu, dia lebih suka menyendiri.Beberapa menit kemudian, seseorang pun duduk di hadapan Dara dan membuat Dara