"Angkat, Mas! Nanti dia curiga loh!" pinta Dara.Rendra pun langsung mengangkat panggilan itu.["Hallo, Sayang. Kamu di mana?"] tanya Maya kepada suaminya."Aku sedang di jalan, habis dari kantor ayahku. Kenapa?" dusta Rendra."Lihatlah kebohongan yang keluar dari mulut sang buaya ini," batin Dara.["Nanti malam senggang? Mau antar aku ke mall?"] tanya Maya.Rendra pun menatap Dara karena ia berjanji akan bermalam dengannya malam ini. Dara pun menganggukkan kepalanya dan membiarkan pria itu pergi bersama Maya agar tidak curiga."Ah! I–iya. Nanti malam aku antar, jam 8 aku jemput ya? Tapi malam ini sepertinya aku harus pergi ke suatu tempat, jadi aku tidak tidur di rumah ya?" tanya Rendra dengan meminta ijin kepada istrinya.["Mau ke mana, Sayang?"]Dara pun tidak membantu pria itu menjawab pertanyaan Maya, justru kembali menggerakkan tubuhnya dan membuat Rendra harus menahan suara kenikmatannya sendiri agar tidak terdengar oleh Maya."Te–temanku mengajakku makan malam di rumah barunya
Dara menikmati waktu kesendiriannya di dalam hotel, dia juga merasa sedikit tenang karena pekerjaannya sedikit lebih ringan. Dendamnya juga tidak harus ia selesaikan sekarang, perlahan tapi pasti, ia pasti akan bisa menyelesaikannya dengan baik.Karena bosan dan lapar, Dara pun memutuskan untuk keluar dari hotel untuk mencari makan. Ia cukup menikmati malam itu sendirian. Ketika tengah menikmati nasi goreng, wanita itu bertemu dengan seorang pria yang sepertinya dia kenal. Namun, karena sedang makan dia tidak mempedulikannya dan hanya makan saja.Ia membuka ponselnya dan melihat beberapa laporan keuangan yang masuk ke dalam ponselnya, juga penghasilan yang masuk dari hasil penjualan hari ini. Disertai dengan beberapa tagihan listrik air dan sebagainya. Dara memang sengaja menutup diri dari orang lain, dia bahkan jarang sekali keluar bersama teman untuk nongkrong atau kemanapun itu, dia lebih suka menyendiri.Beberapa menit kemudian, seseorang pun duduk di hadapan Dara dan membuat Dara
Dara tengah terpejam dan tidur dengan lelap, tiba-tiba tangan yang gagah nan besar memeluk Dara dari belakang dan memeluk Dara begitu erat. Dara yang tadinya tengah tidur, langsung membuka mata dan membalikkan tubuhnya. Ia membuka matanya sedikit dan melihat Rendra sudah ada di depannya."Aku pulang, Sayang. Kamu ngantuk banget ya?"Dara mengucek matanya dan meregangkan tubuhnya sebentar."Aduh, manisnya ketika kamu sedang tidur, bikin gemas, tahu!" Rendra menjiwit pipi Dara dan mengecup bibir lembut wanita itu."Ng ... kenapa sih, Mas?" tanya Dara yang sedikit kesal karena tidurnya terganggu."Aku harus pergi jam 6 nanti, Dara. Pekerjaanku menumpuk, kamu aku tinggal nggak apa-apa?" tanya Rendra dengan suara yang lembut."Kok gitu, Mas?" tutur Dara dengan nada bicara yang amat manja."Maaf, ya. Lain kali kita akan menginap lebih lama, aku juga tadi langsung tidur waktu lihat kamu tidur. Sekarang, terbangun karena tubuhmu yang begitu seksi itu, membuatku terbangun dan tergoda," gumam R
Dara sudah siap dengan pakaian seadanya dan menuju ke lantai 4, di mana ruang tempat makan berada di sana. Sesampainya di sana, Dara belum melihat pria itu berada di sana. Alhasil Dara harus menunggu beberapa menit sampai pria itu datang.Sembari menunggu kedatangan pria itu, Dara mengambil beberapa makanan lebih dahulu, ia mengambil roti bakar dan juga buah-buahan, lalu duduk di meja dan menikmati sarapan paginya itu.Beberapa menit kemudian, bersama dengan gerombolan pekerja kantor yang mengikuti workshop, Dara terkejut bukan main karena Damar datang bersama dengan orang di kantornya."Eh! Gila! Dia mau makan bersamaku ketika banyak orang begitu? Yang bener aja, nih!" ujar Dara dalam hati sembari menutupi diri karena malu dengan beberapa orang yang ia kenal. Dara berusaha untuk tidak menunjukkan wajahnya di hadapan semua orang agar mereka tidak mengetahui bahwa dia adalah Dara.Beberapa menit kemudian, Damar dengan santainya langsung duduk di hadapan Dara dan menunjukkan senyuman ma
"Pria ini benar-benar tidak baik untuk jantungku!" batin Dara.Dara memalingkan wajahnya dari hadapan pria itu dan wajahnya juga terlihat memerah. Ia malu karena Damar berucap seperti itu."Aku hanya bercanda. Kamu anggap itu serius?"Dara yang tadinya jelas menganggap itu hal yang serius, langsung memukul lengan besar pria itu dengan keras dan merasa kesal dengannya."Ih! Kamu jalan sendiri saja, ya?" ketus Dara yang mulai kesal dengan pria itu."Eh jangan dong, kamu kok jahat gitu sama aku?" tutur pria itu sembari memanyunkan bibirnya.Hal itu membuat Dara semakin geli karena melihat sikap yang tak terduga dari pria itu. Dara terkekeh geli melihat tingkah pria itu.Setelah cukup lama mereka menunggu lift, mereka pun masuk ke dalam ketika lift itu datang. Mereka sengaja pergi untuk mencari oleh-oleh di kota untuk orang tua Damar. Dara mengajak pria itu ke toko oleh-oleh dan setelah itu pergi ke mall."Mau nonton bioskop?" ajak Damar."Yakin? Aku sih nggak masalah kalau kamu juga seng
"Kau bisa pulang sendiri, bukan?" tanya Damar kepada wanita itu."Tentu saja, kenapa kau menganggapku seperti anak kecil begitu!" ketus Dara."Kupikir kamu masih menginap di hotel itu, ternyata tidak." Damar tidak tahu jika Dara sudah check out."Tidak, ada yang harus kuurus lebih dulu di tempat kerjaku." Dara tersenyum kecil kepada pria itu."Kalau begitu, hati-hati, ya. Biar kuantarkan kau sampai dapat taxi," tutur Damar kepada wanita itu."Terima kasih banyak."Mereka pun pergi ke tempat biasa banyak taxi mangkal, jadi tak perlu repot menginstal online."Lain kali, kalau aku datang lagi, mau menemani aku pergi jalan-jalan lagi?" tanya pria itu.Dara langsung menatap ke arah pria itu dan tersenyum kecil."Boleh, langsung whatsapp aja," tutur Dara.Damar jelas menyukai sikap Dara itu. Seakan dia jadi memiliki celah untuk memiliki wanita itu. Mereka berjalan ke arah pemberhentian taxi dan Damar tiba-tiba memegang pergelangan tangan Dara.Dara langsung melihat ke arah pria itu dan hera
Karena tidak ada pilihan lain, Dara pun pada akhirnya masuk ke dalam apartemen Nathan dengan sedikit keberatan. Ia tak punya pilihan lain selain menuruti pria itu saat ini. Ayah dan ibunya Dara juga baru saja keluar beberapa menit yang lalu, pasti mereka naik lift ketika Dara naik tangga.Benar-benar kebetulan yang menjengkelkan hingga harus membuatnya terjebak di situasi seperti ini sekarang.Dara masuk ke dalam apartemen yang cukup besar dan hanya ditinggali oleh Nathan sendiri. Ia melihat apartemen itu begitu rapi, dan sama sekali tidak terlihat berantakan. Bahkan, Dara sangat kagum karena dalam apartemen seorang pria, terlihat sangat rapi.Dara dipersilakan duduk di ruang tamu dan diminta untuk menunggu di sana. Namun, Nathan pergi ke dapur dan terdengar ia tengah membuatkan minuman untuk Dara."Kau tidak perlu repot-repot, Nathan. Aku hanya sebentar saja di sini," ucap Dara yang merasa sedikit tidak enak hati."Tidak masalah. Kau jarang pergi ke apartemenku. Orang tuamu juga sang
Beberapa hari kemudian, Dara terlihat semakin dekat dengan Rendra. Lebih tepatnya, Dara sengaja mendekatkan dirinya kepada Rendra agar dirinya bisa kembali membuat hubungan Maya dengan Rendra menjadi renggang. Ia hanya ingin dendamnya terbalaskan dengan merasakan apa yang dirasakan oleh Dara selama ini.Dengan rambut yang masih berantakan dan piyama berwarna merah muda, Dara tengah merekap pendapatannya di dalam kamar, tiba-tiba, ibunya masuk ke dalam kamar sembari membawakan makanan dan juga susu hangat untuk sarapan pagi."Makan dulu, Sayang. Kamu selalu saja begini," tutur Dewi yang mengeluh perihal putrinya. "Terima kasih, Bu. Seharusnya ibu panggil Dara saja, nanti aku bakal keluar kok," tutur Dara sembari menggeser laptopnya agar makanan dan minumannya bisa diletakkan di meja juga."Nggakpapa, Sayang. Ibu sekalian mau ngobrol sama kamu deh," ucap Dewi yang langsung duduk sembari memeluk nampan kosong yang tadi berisi makanan milik Dara.Dara yang mendengar ibunya berkata sepert
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,