Home / Pernikahan / Dendam Sang Pelakor / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Dendam Sang Pelakor: Chapter 21 - Chapter 30

90 Chapters

Bab 21. Berulangkali Diselamatkan

BUAKH!Pukulan keras mendarat di wajah kedua pria itu. Sedangkan Rendra terkejut bukan main ketika kedua pria berbadan besar yang ia bawa justru tumbang di hadapan pria yang tidak dikenal oleh Rendra."Siapa kau! Beraninya kau datang ke— eh?"Rendra terkejut bukan main ketika yang datang menyelamatkan Dara adalah Nathan, temannya sendiri."Kau? Kenapa kau ada di sini!" teriak Rendra yang kebingungan ketika melihat Nathan berada di hadapannya.Nathan hanya mengernyitkan keningnya dan menarik tangan Kana dari hadapan Rendra membuat Rendra membelalakkan matanya. Namun, setelah itu, perlahan Dara melepaskan genggamannya dari tangan Nathan."Apa-apaan sikap bodohmu itu, Rendra? Kau membuang Dara setelah kau berani menjualnya?" tanya Nathan yang kesal dengan sikapnya tersebut."Itu bukan urusanmu. Orang tuaku mana mau menerima wanita bekas seperti dia!" tunjuk Rendra dengan kesal."Lalu, kau mengirim pesan begitu kepadaku untuk apa!" pekik Dara yang terbawa emosi."Agar aku bisa mendapatkan
Read more

Bab 22. Menunda Balas Dendam

"Bukan apa-apa. Sepertinya aku sudah pernah bilang kepadamu, aku tidak tega melihatmu seperti ini. Kau ingin balas dendam, tapi kamu sendiri tidak bisa menyentuh pria yang akan kau balas perbuatannya tersebut," ucap Nathan."Begitu ya?""Jadi gimana? Aku sudah bertanya ketiga kalinya nih! Sekali lagi kau membuatku mengajukan diriku untuk mengantarkan kamu pulang, kuberi piring cantik nih!" ketus Nathan dengan sorot mata tajamnya.Dara sebenarnya tidak ingin merepotkan siapapun. Ia juga masih tidak enak hati dengan masalah tadi, namun, ia juga bepikir, di bus belum tentu dia akan duduk dengan wanita, lalu, bisa saja ada pria yang jahat kepadanya. Hari juga mulai gelap."Satu ...."Nathan mulai menghitung, seakan membutuhkan jawaban Dara dengan cepat."Ih, sabar dong!" prote Dara."Dua ...."Dara semakin bingung dengan pilihan yang ia buat sendiri."Yaudah deh, yaudah! Anterin aku sampai rumah deh, aku nggak maksa kamu ya! Jangan sampai nanti
Read more

Bab 23. Berkunjung ke Rumah Dara

Tiga jam berlalu, Nathan menyentuh pipi Dara dan membuat Dara membuka matanya perlahan. Ia pun mengucek matanya dulu agar sadar dari tidurnya. Ketika sudah membuka matanya, Dara melihat mereka sudah berada di dalam kampung, tetapi, belum sampai di rumah Dara."Aku nggak tahu jalannya. Ini harus ke mana? Maaf ya, bikin kamu bangun dari tidur kamu," tutur Nathan yang meminta maaf kepada wanita itu karena merasa tidak enak hati."Oh, tidak masalah. Aku yang nggak enak karena bukannya nemenin kamu malah tidur."Hari pun sudah semakin gelap, pantas saja Nathan takut jika mengikuti google map karena jalan yang kecil dan hanya bisa dilewati satu mobil."Ini lurus aja, Nathan. Nanti keluar dari sini jalannya luas kok," ucap Dara sembari menunjuk ke depan."Bener nih?" Nathan meragukan perkataan wanita itu."Iya, lurus aja.""Kamu bener-bener dari desa ya? Jalannya sempit banget!" Nathan mulai melaju ke tempat yang ditunjuk oleh Dara."Terus aja sindir!" geram Dara yang terus menerus diejek ol
Read more

Bab 24. Salah Paham dengan Ayah Dara

"Ngadi-ngadi gimana sih? Serius, ibu pernah bertemu dengan pria itu," ucap ibunya Dara sembari mengingat kembali wajah Nathan yang terlihat tidak asing. "Di mana, coba?" Dara masih tidak percaya dengan ibunya itu, dan masih saja menentang pernyataan beliau. Namun, beliau sama sekali tidak ingat. Karena menurutnya, kejadian itu sudah sangat lama sekali. Dara pun hanya bisa tersenyum kesal sembari menatap ibunya. "Sudahlah, Bu. Nggak usah dipikirin juga, mungkin, ibu salah orang," ucap Dara sembari berlalu dan pergi meninggalkan ibunya di kamar tamu. Dara kembali ke ruang tamu dan menemui Nathan yang tengah menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia seperti kelelahan dan tengah beristirahat. "Pokoknya, besok kamu balik loh!" usir Dara yang sudah mewanti-wanti pria itu. "Iya, Dara. Astaga. Besok aku balik kok. Ini karena udah malam aja, jalan ke rumahmu juga jelek banget!" ketus Nathan dengan mulut pedasnya. "Lama-lama kusuruh tidur di luar nih!" balas Dara yang j
Read more

Bab 25. Membersihkan Tuduhan

Di pagi Hari, terlihat Nathan sudah rapi dengan pakaiannya dan sudah siap untuk pulang. Ibunya Dara mengeringkan pakaian Nathan agar bisa digunakan lagi.Dara keluar dari kamar dengan rambut acak-acakkan dan masih mengenakan piyama. Ia menatap pria itu dengan heran."Kamu udah mau balik?" tanya Dara yang langsung duduk di kursi."Iya. Aku ada meeting jam 10.""Ih! Kenapa nggak bilang dari awal sih! Kalau bilang kan kamu nggak perlu repot-repot antar aku pulang, dasar pria bodoh!" umpat Dara kepada Nathan sembari sedikit merasa bersalah."Tidak masalah. Mengantarmu pulang juga bukan sebuah beban, dan aku menikmati hariku di sini bersama orang tuamu, meskipun hanya sebentar," tutur Nathan.Tiba-tiba, dari arah dapur, terlihat ibunya Dara yang sudah membawakan bekal makanan untuk Nathan. Melihat hal itu, Dara langsung terkejut dan mengernyitkan keningnya."Aduh, Bu Ayu, saya jadi nggak enak!" ucap Nathan sembari terseyum ketika ibunya menyodorkan bekal untuk Nathan."Bahkan Nathan menget
Read more

Bab 26. Jadi Perbincangan Banyak Orang

"Ck! Beraninya dia melakukan ini kepadaku! Padahal dia yang salah!" umpat Dara ketika masuk ke dalam kamar. Dara langsung menelpon Rendra menggunakan nomor private, ia tidak ingin nomor barunya diketahui oleh Rendra.Hingga dering ketiga, Rendra pun mengangkat telepon Dara.["Hallo?"]"Rendra! Beraninya kamu menghancurkan pekerjaan ayahku! Kamu memang nggak punya hati!" ucap Dara dengan sangat kesal kepada Rendra.["Oh! Yang jadi sasaran ayahku itu ternyata ayahmu? Selamat ya! Itu karena kamu mengganggu pernikahanky dengan Maya kemarin! Makan tuh korupsi!"] ucap Rendra yang terlihat bahagia."Sial! Kau boleh menghancurkan aku! Tapi tolong jangan hancurkan ayahku! Kau hanya bisa merusak kehidupan beliau saja!" hardik Dara yang mengancam Rendra agar tidak lagi mengganggu ayahnya.["Bukannya kita setimpal? Kau menghancurkanku, aku menghancurkanmu. Kau juga menghancurkan karirku, aku juga bisa menghancurkan karir orang-orang terdekatmu!"] ancam Rendra kepada mantan kekasihnya itu."Keterl
Read more

Bab 27. Dibela Pak Lurah

Sepanjang jalan, banyak juga orang yang melihat Dara dengan tatapan sinis sembari sesekali berbisik dan mengolok-olok Dara. Bahkan beberapa tetangga yang masih merupakan saudaranya sendiri juga membicarakan Dara.Hal itu membuat Dara semakin kesal karena banyaknya pengkhianat yang tiba-tiba datang di kehidupan keluarga Dara. Mulai dari berkata jika Dara dan keluarganya makan uang haram, bahkan sampai sebuah rumor jika Dewi selingkuh dengan pria lain selain ayahnya Dara, terdengar sampai ke telinga Kana. Bahkan fitnah perihal ibunya pun menyebar kemana-mana."Apaan sih kalian! Sebegitu siriknya ya sama hidup keluargaku! Asal kalian tahu ya, ayahku itu cuma dijebak! Dia nggak mlakukan korupsi atau apapun itu yang ada di kepala kotor kalian! Ibuku juga tidak pernah berselingkuh dari ayah! Kenapa kalian tega memfitnah ibuku, sih!" teriak Dara ke arah satu rumah yang memang di sana tempat berkumpulnya ibu-ibu rumpi dan berani menjelek-jelekkan keluarga orang lain secara terang-terangan."H
Read more

Bab 28. Dihakimi Keluarga Besar

Suasana di dalam rumah serasa begitu mencekam, keluarga besar Jaka sudah berkumpul di sana. Sebagai anak ke 3 dari 5 saudara, Jaka semakin merasa bersalah karena dia tidak bisa menjaga nama baik keluarga besarnya. Ruang tamu yang cukup luas, menjadi sangat engap ketika mereka datang dengan amarah, suasana langsung berubah dengan drastis."Jaka, kenapa ada kasus seperti ini di dalam rumah tangga kalian? Kamu nggak malu sama adik dan kakak kamu? Kamu mempermalukan nama keluarga kita, tahu!" geram neneknya Kana kepada Jaka."Maaf, Bu."Jaka terus menerus menundukkan kepalanya dan berusaha meminta maaf kepada semua keluarga besar di sana. Ia memang telah mencoreng nama baik keluarganya. Namun, mereka tidak akan mempercayai kebenarannya begitu saja. Menurut Jaka, percuma ia menjelaskan semuanya kepada keluarga yang sudah pasti tak mempercayainya, ia hanya bisa diam dan berusaha untuk mencari, serta membuktikannya terlebih dahulu."Iya, Kak. Kalau begitu, perusahaanku juga nanti terkena don
Read more

Bab 29. Mengalah untuk Bahagia

Setelah ayahnya Dara cukup banyak mendapat kecaman dan ancaman dari keluarganya sendiri, ia pun berdiam diri cukup lama di kamar. Hal itu membuat Dara semakin merasa bersalah dan ingin sekali segera sembuh dari traumanya. Dengan harapan, ia bisa membalaskan dendam ayahnya, dan juga dendamnya sendiri, ia masih tidak terima hidupnya dihancurkan oleh Rendra. Sekarang, ia akan menghancurkan hidup ayahnya Dara."Ck! Awas saja kau!" ujar Dara dalam hati."Dara, menurut kamu, kita harus bagaimana sekarang?" tanya Dewi kepada Dara yang sedari tadi bingung dan tidak tahu harus bagaimana menyikapi masalah ini."Bu, bagaimana kalau kita pergi ke apartemenku saja? Atau kukontrakkan rumah untuk tempat kalian tinggal. Itu akan lebih baik dari pada kalian harus menjalani hidup yang seperti ini, penuh hinaan dan juga banyak orang-orang yang hanya menggunakan topeng saja," ucap Dara yang sudah menyaksikan sendiri perihal apa yang telah terjadi di tempat ia lahir ini."Apa tidak merepotkanmu, Nak?" tan
Read more

Bab 30. Fitnah Kejam Warga Desa

Setelah memutuskan untuk membawa kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah dan menginap di kota saja, Dara membantu mereka membersihkan rumah agar tidak kotor ketika mereka tinggal.Dara pun membantu membersihkan rumah mereka dan saat itu, ia diminta untuk pergi membeli pembersih kamar mandi yang sudah habis. Dara ingin sekali menolak permintaan ibunya itu, namun, ia jelas tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya, ia pun pergi dengan berusaha menahan rasa kesal karena tatapan mata yang sedari tadi melihat Dara dengan tatapan jijik.Dara memutar bola matanya dan merasa kesal ketika ia diperlakukan seperti itu. Namun, ia berusaha untuk tidak mempedulikan hal seperti itu. Ia menganggap bahwa ia tidak mendengar apa yang diucapkan oleh orang-orang di desa.Hingga ketika ia akan pergi dari warung, seorang pria tua berumur 40 tahun, datang menghampirinya dan meminta tolong kepada Dara secara terang-terangan."Nak! Boleh minta tolong?" tanya pria itu yang kedatangannya saja sudah membuat Dara t
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status