Tiga jam berlalu, Nathan menyentuh pipi Dara dan membuat Dara membuka matanya perlahan. Ia pun mengucek matanya dulu agar sadar dari tidurnya. Ketika sudah membuka matanya, Dara melihat mereka sudah berada di dalam kampung, tetapi, belum sampai di rumah Dara."Aku nggak tahu jalannya. Ini harus ke mana? Maaf ya, bikin kamu bangun dari tidur kamu," tutur Nathan yang meminta maaf kepada wanita itu karena merasa tidak enak hati."Oh, tidak masalah. Aku yang nggak enak karena bukannya nemenin kamu malah tidur."Hari pun sudah semakin gelap, pantas saja Nathan takut jika mengikuti google map karena jalan yang kecil dan hanya bisa dilewati satu mobil."Ini lurus aja, Nathan. Nanti keluar dari sini jalannya luas kok," ucap Dara sembari menunjuk ke depan."Bener nih?" Nathan meragukan perkataan wanita itu."Iya, lurus aja.""Kamu bener-bener dari desa ya? Jalannya sempit banget!" Nathan mulai melaju ke tempat yang ditunjuk oleh Dara."Terus aja sindir!" geram Dara yang terus menerus diejek ol
"Ngadi-ngadi gimana sih? Serius, ibu pernah bertemu dengan pria itu," ucap ibunya Dara sembari mengingat kembali wajah Nathan yang terlihat tidak asing. "Di mana, coba?" Dara masih tidak percaya dengan ibunya itu, dan masih saja menentang pernyataan beliau. Namun, beliau sama sekali tidak ingat. Karena menurutnya, kejadian itu sudah sangat lama sekali. Dara pun hanya bisa tersenyum kesal sembari menatap ibunya. "Sudahlah, Bu. Nggak usah dipikirin juga, mungkin, ibu salah orang," ucap Dara sembari berlalu dan pergi meninggalkan ibunya di kamar tamu. Dara kembali ke ruang tamu dan menemui Nathan yang tengah menyandarkan tubuhnya di kursi. Ia seperti kelelahan dan tengah beristirahat. "Pokoknya, besok kamu balik loh!" usir Dara yang sudah mewanti-wanti pria itu. "Iya, Dara. Astaga. Besok aku balik kok. Ini karena udah malam aja, jalan ke rumahmu juga jelek banget!" ketus Nathan dengan mulut pedasnya. "Lama-lama kusuruh tidur di luar nih!" balas Dara yang j
Di pagi Hari, terlihat Nathan sudah rapi dengan pakaiannya dan sudah siap untuk pulang. Ibunya Dara mengeringkan pakaian Nathan agar bisa digunakan lagi.Dara keluar dari kamar dengan rambut acak-acakkan dan masih mengenakan piyama. Ia menatap pria itu dengan heran."Kamu udah mau balik?" tanya Dara yang langsung duduk di kursi."Iya. Aku ada meeting jam 10.""Ih! Kenapa nggak bilang dari awal sih! Kalau bilang kan kamu nggak perlu repot-repot antar aku pulang, dasar pria bodoh!" umpat Dara kepada Nathan sembari sedikit merasa bersalah."Tidak masalah. Mengantarmu pulang juga bukan sebuah beban, dan aku menikmati hariku di sini bersama orang tuamu, meskipun hanya sebentar," tutur Nathan.Tiba-tiba, dari arah dapur, terlihat ibunya Dara yang sudah membawakan bekal makanan untuk Nathan. Melihat hal itu, Dara langsung terkejut dan mengernyitkan keningnya."Aduh, Bu Ayu, saya jadi nggak enak!" ucap Nathan sembari terseyum ketika ibunya menyodorkan bekal untuk Nathan."Bahkan Nathan menget
"Ck! Beraninya dia melakukan ini kepadaku! Padahal dia yang salah!" umpat Dara ketika masuk ke dalam kamar. Dara langsung menelpon Rendra menggunakan nomor private, ia tidak ingin nomor barunya diketahui oleh Rendra.Hingga dering ketiga, Rendra pun mengangkat telepon Dara.["Hallo?"]"Rendra! Beraninya kamu menghancurkan pekerjaan ayahku! Kamu memang nggak punya hati!" ucap Dara dengan sangat kesal kepada Rendra.["Oh! Yang jadi sasaran ayahku itu ternyata ayahmu? Selamat ya! Itu karena kamu mengganggu pernikahanky dengan Maya kemarin! Makan tuh korupsi!"] ucap Rendra yang terlihat bahagia."Sial! Kau boleh menghancurkan aku! Tapi tolong jangan hancurkan ayahku! Kau hanya bisa merusak kehidupan beliau saja!" hardik Dara yang mengancam Rendra agar tidak lagi mengganggu ayahnya.["Bukannya kita setimpal? Kau menghancurkanku, aku menghancurkanmu. Kau juga menghancurkan karirku, aku juga bisa menghancurkan karir orang-orang terdekatmu!"] ancam Rendra kepada mantan kekasihnya itu."Keterl
Sepanjang jalan, banyak juga orang yang melihat Dara dengan tatapan sinis sembari sesekali berbisik dan mengolok-olok Dara. Bahkan beberapa tetangga yang masih merupakan saudaranya sendiri juga membicarakan Dara.Hal itu membuat Dara semakin kesal karena banyaknya pengkhianat yang tiba-tiba datang di kehidupan keluarga Dara. Mulai dari berkata jika Dara dan keluarganya makan uang haram, bahkan sampai sebuah rumor jika Dewi selingkuh dengan pria lain selain ayahnya Dara, terdengar sampai ke telinga Kana. Bahkan fitnah perihal ibunya pun menyebar kemana-mana."Apaan sih kalian! Sebegitu siriknya ya sama hidup keluargaku! Asal kalian tahu ya, ayahku itu cuma dijebak! Dia nggak mlakukan korupsi atau apapun itu yang ada di kepala kotor kalian! Ibuku juga tidak pernah berselingkuh dari ayah! Kenapa kalian tega memfitnah ibuku, sih!" teriak Dara ke arah satu rumah yang memang di sana tempat berkumpulnya ibu-ibu rumpi dan berani menjelek-jelekkan keluarga orang lain secara terang-terangan."H
Suasana di dalam rumah serasa begitu mencekam, keluarga besar Jaka sudah berkumpul di sana. Sebagai anak ke 3 dari 5 saudara, Jaka semakin merasa bersalah karena dia tidak bisa menjaga nama baik keluarga besarnya. Ruang tamu yang cukup luas, menjadi sangat engap ketika mereka datang dengan amarah, suasana langsung berubah dengan drastis."Jaka, kenapa ada kasus seperti ini di dalam rumah tangga kalian? Kamu nggak malu sama adik dan kakak kamu? Kamu mempermalukan nama keluarga kita, tahu!" geram neneknya Kana kepada Jaka."Maaf, Bu."Jaka terus menerus menundukkan kepalanya dan berusaha meminta maaf kepada semua keluarga besar di sana. Ia memang telah mencoreng nama baik keluarganya. Namun, mereka tidak akan mempercayai kebenarannya begitu saja. Menurut Jaka, percuma ia menjelaskan semuanya kepada keluarga yang sudah pasti tak mempercayainya, ia hanya bisa diam dan berusaha untuk mencari, serta membuktikannya terlebih dahulu."Iya, Kak. Kalau begitu, perusahaanku juga nanti terkena don
Setelah ayahnya Dara cukup banyak mendapat kecaman dan ancaman dari keluarganya sendiri, ia pun berdiam diri cukup lama di kamar. Hal itu membuat Dara semakin merasa bersalah dan ingin sekali segera sembuh dari traumanya. Dengan harapan, ia bisa membalaskan dendam ayahnya, dan juga dendamnya sendiri, ia masih tidak terima hidupnya dihancurkan oleh Rendra. Sekarang, ia akan menghancurkan hidup ayahnya Dara."Ck! Awas saja kau!" ujar Dara dalam hati."Dara, menurut kamu, kita harus bagaimana sekarang?" tanya Dewi kepada Dara yang sedari tadi bingung dan tidak tahu harus bagaimana menyikapi masalah ini."Bu, bagaimana kalau kita pergi ke apartemenku saja? Atau kukontrakkan rumah untuk tempat kalian tinggal. Itu akan lebih baik dari pada kalian harus menjalani hidup yang seperti ini, penuh hinaan dan juga banyak orang-orang yang hanya menggunakan topeng saja," ucap Dara yang sudah menyaksikan sendiri perihal apa yang telah terjadi di tempat ia lahir ini."Apa tidak merepotkanmu, Nak?" tan
Setelah memutuskan untuk membawa kedua orang tuanya untuk pergi dari rumah dan menginap di kota saja, Dara membantu mereka membersihkan rumah agar tidak kotor ketika mereka tinggal.Dara pun membantu membersihkan rumah mereka dan saat itu, ia diminta untuk pergi membeli pembersih kamar mandi yang sudah habis. Dara ingin sekali menolak permintaan ibunya itu, namun, ia jelas tidak bisa melakukannya. Pada akhirnya, ia pun pergi dengan berusaha menahan rasa kesal karena tatapan mata yang sedari tadi melihat Dara dengan tatapan jijik.Dara memutar bola matanya dan merasa kesal ketika ia diperlakukan seperti itu. Namun, ia berusaha untuk tidak mempedulikan hal seperti itu. Ia menganggap bahwa ia tidak mendengar apa yang diucapkan oleh orang-orang di desa.Hingga ketika ia akan pergi dari warung, seorang pria tua berumur 40 tahun, datang menghampirinya dan meminta tolong kepada Dara secara terang-terangan."Nak! Boleh minta tolong?" tanya pria itu yang kedatangannya saja sudah membuat Dara t
Semenjak hubungan Dara dan Nathan berubah menjadi resmi pacaran, Dara pun mulai menjalani dendamnya seperti yang sudah dia rencanakan. Mengingat, dia sudah menjadi milik Nathan, maka, dia tidak boleh membuat Nathan sakit hati lebih dari ini, yang Dara lakukan sudah cukup membuat Nathan sakit hati dan tentunya menunggu cukup lama.Sembari menunggu Rendra sembuh total, mereka berdua terus menerus menemui Rendra dan mempererat hubungan mereka agar bisa makin menuju ke jenjang lebih serius. Nathan ingin bicarakan kepada Rendra, namun, jika dia bicarakan sekarang, rencana Dara akan gagal total dan pasti akan membuat Dara bersedih bahkan tidak senang mendengarnya."Menurutmu, ayahnya Rendra perlu mendapatkan pelajaran?" tanya Dara ketika mereka tengah menuju ke rumah sakit."Tentu saja. Aku hanya belum bertindak saja. Sejujurnya, dia bekerja di perusahaanku, jadi, mudah saja memecatnya kapanpun aku mau." Nathan menyetir mobil dan fokus ke jalanan."Ngeri juga ya," tutur Dara sembari ngeri k
Hubungan mereka pun sudah mulai berlaku di hari itu juga. Artinya, Nathan menang dalam taruhan mereka dan dia bisa mendapatkan Dara sepenuhnya. Namun, Dara juga harus bisa melepaskan Rendra jika dia akan memulai kehidupan yang baru."Nathan, boleh kita ke apartemenku setelah ini? Aku ingin memberikan kabar bahagia ini kepada mereka berdua," ucap Dara dengan senyuman. Dia mulai bisa terbiasa dengan situasi seperti ini. Meskipun awalnya dia sangat canggung karena status mereka berdua berubah secara tiba-tiba."Tentu saja, dengan senang hati aku akan melakukannya," ucap Nathan yang terlihat cukup bahagia dan seperti tak bisa berhenti mengeluarkan senyuman manisnya itu.Dara pun semakin tidak kuat melihat pria itu yang nampak semakin tampan di mata Dara, padahal sebelumnya pria itu biasa saja dan sedingin kulkas. Mengapa tiba-tiba dia melihat Nathan menjadi seperti itu, ya?"Nathan, sebelumnya, aku harus bilang ini kepadamu. Karena ini semua adalah rencanaku dan kamu harus tahu. Aku tidak
Keesokan hari pun tiba, di mana Dara sudah mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Nathan. Setelah semalaman dia memikirkan apa yang harus dia putuskan. Entah mengapa hatinya lebih mengarah ke Nathan daripada Rendra. Lagipula, kedua orang tua Dara jelas sudah tidak setuju dengan kehadiran pria itu dalam hidupnya. Beda dengan Nathan yang datang ke hidup Dara dan disambut baik oleh mereka semua.Menjelang jam pertemuan, Dara sangat gugup. Dia bahkan sejak tadi pagi tidak keluar dari kamarnya karena lebih memilih harus memutuskan yang mana dan tidak ingin salah pilih seperti dulu. Dia ingin memantapkan diri untuk memilih Nathan meskipun ia masih memiliki sedikit rasa kepada Rendra.Tiba-tiba, ibunya Dara masuk ke dalam kamar Dara dan menyapa putrinya yang tengah galau dan tengah dilanda kebingungan itu.“Dara, kamu baik-baik saja?” tanya ibunya Dara sembar membawakan sarapan pagi.“Aku baik-baik saja, Bu. Ada apa, Bu?” tanya Dara yang berusaha tersenyum.“Syukurlah jika kamu baik-baik sa
Dara menceritakan perihal apa yang terjadi kepada Dara barusan. Karena tidak ingin salah langkah, ia pun menceritakannya kepada kedua orang tuanya. Sudah cukup juga usia Dara untuk menikah. Jika dia serius, dia pasti bisa menuju ke jenjang yang lebih serius.“Begitulah, Nathan tiba-tiba bilang begitu kepadaku. Aku sama sekali tidak menyangka jika pria itu akan mengucap hal seperti itu kepadaku,” ucap Dara kepada kedua orang tuanya.“Sebenarnya, ayah sudah mengetahui ini sejak awal. Ayah juga merasa bahwa Nathan itu sudah lama menyukai kamu, Dara.” Jaka menjawab begitu dan memang sudah sedari awal mengetahui semuanya.“Ayah sudah sadar sejak lama? Lalu menurut ayah gimana?” tanya Dara yang langsung menatap ke arah ayahnya itu. Ayahnya terlihat sangat santai dan masih bisa tersenyum di depan putri dan juga istrinya.“Kalau kamu tanya menurut ayah, sebagai laki-laki, ayah jelas bisa melihat sikap dan sifat Nathan selama ini. Dia pria yang baik, bahkan dia sangat menyayangi kita, dan suda
Dara jelas semakin terkejut dengan ucapan Nathan barusan. Dia bahkan tak pernah berpikir sejauh itu, apalagi sampai ada statement bahwa Nathan menyukai Dara, hal itu bahkan tak pernah sedikitpun ada di kepala Dara.“Jangan bercanda, Nathan. Nggak lucu ih!” ucap Dara yang berusaha menahan rasa canggungnya.“Aku serius, Dara.” Nathan berusaha menatap manik mata wanita yang sedari tadi memalingkan pandangannya dari Nathan.Dara pun hanya bisa diam saja sembari menatap ke luar jendela yang berada di hadapannya itu. Mengapa di saat seperti ini, pria itu justru mengutarakan apa yang ia rasakan. Mengapa ia mengutarakannya di saat yang tidak tepat? Mengapa saat Dara susah sekali berpaling dari Rendra.“Kamu berkata begitu biar aku bisa jauh dari Rendra, bukan?” tanya Dara.Dara pun masih berusaha untuk berpikir positif akan ucapan Nathan. Ia masih saja berpikir jika Nathan tidak serius dan hanya main-main saja. Selama ini, dia memang penasaran terhadap Nathan, namun, dia tidak menyangka jika
Selepas kepindahan Rendra, beberapa hari setelah Rendra pindah, Dara pun baru sempat menemui Rendra, karena pekerjaannya cukup banyak dan membuat Dara tak punya waktu untuk pergi kemanapun selain mengurus pekerjaannya itu.Dara pergi ke rumah sakit di mana Rendra dirawat, ia pergi dengan menggunakan taxi karena Nathan juga tengah sibuk mengurus meeting di kantor. Dara tidak masalah dengan itu, di dalam taksi, dia berulang kali melihat ke jam yang ada di tangannya dan merasa jika supir taksinya mengendarai cukup lama hingga membuat Dara cukup gemas.Hingga sampailah dia ke rumah sakit yang cukup besar dan juga megah. Dara bahkan sempat tertegun kala melihat mewahnya bangunan di sana. Ia masuk dan langsung pergi ke lantai 4 di mana Rendra dirawat dan identitasnya juga disembunyikan, mengingat Rendra saat ini sedang berada dalam bahaya jika tidak disembunyikan. Ayahnya Maya sudah pasti akan geram jika Rendra tidak mati dalam insiden kecelakaan itu.Sampai di lantai 4, Dara masuk ke ruang
Beberapa hari pun berlalu, Dara hanya tinggal menunggu Rendra sembuh dari rumah sakit saja. Ketika Rendra sudah bisa ditemui, polisi berulang kali datang untuk melihat kondisi Rendra dan menanyakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Rendra. Lalu, kebenarannya tentang narkoba yang dikonsumsi oleh pria itu. Saat dituduh seperti itu, Maya bahkan hanya bisa diam dan tidak membela suaminya sama sekali, bahkan, dia berniat untuk meninggalkan suaminya atas tuduhan yang tidak benar itu.“Benar kamu mengkonsumsi narkoba?” tanya Maya di depan para polisi.“Nggak! Serius! Aku sama sekali nggak pernah konsumsi narkoba, mabuk, dan lain sebagainya itu nggak pernah!” tutur Rendra yang berusaha untuk membela dirinya sendiri.“Terus kenapa ada narkoba di minuman kamu kalau bukan kamu yang konsumsi?” tanya Maya.“Setelah aku pulang dari pertemuan keluarga kita kemarin, aku diberi kopi oleh pelayan yang bekerja di sana. Setelah itu aku langsung nggak sadarkan diri dan nggak bisa kendalikan mobilku, aku
Dara langsung mengenakan pakaiannya tanpa memperhatikan Nathan yang sudah semakin mendekat ke arahnya. Hingga Nathan pun memeluk Dara dari belakang dan kepalanya berada dekat dengan kepala Dara.“A–apaan sih! Kamu ngapain? Ada ayah sama ibuku di luar loh!” ucap Dara yang sedikit panik kala pria itu berlaku seperti itu.“Dulu kamu melakukan ini kepadaku biasa saja, kenapa sekarang kamu jadi gugup ketika berada di dekatku?” tanya Nathan dengan blak-blakkan.“I–itu karena dulu aku bekerja untuk hal seperti itu, sekarang kan sudah tidak lagi!” ucap Dara yang semakin panik ketika Nathan terlihat semakin erat mendekap Dara.Pria itu perlahan mengusap perut Dara dan naik ke dadanya, hingga Nathan berhasil mendapatkan kedua gundukkan yang cukup besar, dan karena Dara sudah lama sekali tidak melakukan hal seperti itu, ia langsung memiliki hasrat yang besar untuk melakukannya dengan Nathan. Namun, ia masih berusaha menahannya karena tidak ingin ia melakukan itu kepada Nathan.“Nathan, kumohon a
[“Apa yang kamu perbuat kepada putraku?”] tanya pria itu dengan nada yang terdengar kesal.“Apa maksud anda?” Dara jelas bingung dengan apa yang dikatakan oleh pria itu, mengingat ia sama sekali tak pernah menyentuh Rendra belakangan ini. Apakah ada pembicaraan lain atau hal lain yang tidak diketahui oleh Dara.[“Mengapa sampai Rendra bisa kembali mencintaimu? Kamu pellet dia, ya!”] tuduh pria itu.“Oh, Jika dia menyukai saya bukankah itu haknya? Dia juga terlihat frustasi menjadi suami Maya. Jadi, bukankah kehadiran saya dalam kehidupan Rendra membuatnya jauh lebih baik?” tanya Dara sembari tersenyum puas mendengar perkataan seperti itu.[“Kau hanya akan menghancurkan apa yang sudah anakku dan aku lakukan saat ini! Apa kau tidak memikirkan bagaimana hancurnya kami berdua ketika nanti pria itu mengetahui kelakuan menantunya!”] bentak Jaya kepada Dara.“Bukankah saya sudah pernah bilang? Jika anda membersihkan nama baik ayah saya, maka saya akan langsung menjauh dari putra anda. Namun,