Dinara menoleh perlahan ke sumber suara yang makin mendekati belakang tubuhnya. Ia merinding, ini di tempat pribadi tepat di dalam kamar mereka, Dinara sudah tidak bisa lagi menghindar. Ia tetap berusaha tenang. Wajah Bagas semakin mendekat, ketua tangan kekarnya menyentuh lengan Dinara. Kini keduanya saling berhadapan. "Mas Bagas" Senyuman lembut tercetak indah di wajah Dinara. " Duduklah di sini" Bagas menuntun istrinya untuk duduk diatas kasur big size mereka". Dinara menurut. " Kamu tahu, sejak kembali dari Bali kemaren aku sudah tidak sabar untuk bicara berdua namun kamu selalu menghindar"" Maaf mas, aku gak bermaksud begitu" Dinara berusaha memberi penjelasan. " Kamu bilang kita akan memulai dari awal bersama sama, namun sejak kembali ke kantor, kamu selalu menghindar lagi. Apa masalah yang membuatmu cemas? Apakah aku tidak berhak membantu meringankannya? " " Gunakan aku Ra, aku ini suamimu, ceritalah... " Bagas semakin mengeratkan pegangannya membuat Dinara sedikit merin
Baca selengkapnya