Dering ponsel nya berbunyi, Dinara yang tertidur disamping Ratu menggeliat, ia mencari keberadaan ponselnya dan berusaha untuk mematikannya agar Ratu tidak terbangun. Tangan nya menggapai ponsel yang berada di atas nakas. " Siapa?" BatinnyaDokter Bayu calling.... " Ah dokter, sebentar" Ia bergumam sendiri. Dinara duduk diatas dipan. Ia menjawab panggilan dari dokter. " Iya dok, selamat siang"" Dinara, maaf menggangu. Apakah kamu bisa datang sore nanti ke Rumah Sakit, ada hal penting yang harus kamu ketahui dan harus hari ini, soalnya besok saya akan dinas ke luar kota"." Bentar dok, nanti sore ya? sepertinya saya bisa. Jam berapa saya harus sampai di Rumah sakit dok?". " jam 6 sampai 8 malam yaa saya tunggu" Jawab dokter Bayu.Setelah meletakkan ponselnya di nakas Dilinara perlahan turun dari kasur ia melangkah perlahan dan sangat hati hati takut membangunkan Ratu yang tertidur pulas. Tidak lupa ia meletakkan beberapa bantal dan guling di sisi kanan kiri atas bawah mengelilingi
" Trus apa yang terjadi setelah kamu tahu aku tertidur disini? ayoo Raa lanjutin" Bagas merengek tidak sabar. Dinara menguap. ia sangat mengantuk. hari ini begitu melelahkan baginya. " Besok saja ya mas, aku ngantuk banget. besok harus bangun pagi dan gak boleh telat kerja. Bos aku lumayan galak loo. nanti kalo aku di pecat bisa gawat mas" Dinara dengan cueknya mulai menata bantal di belakang punggungnya. ia menepuk nepuk agar bantal lebih empuk dan nyaman di kepalanya. Bagas cengo. " Apa Ra? kamu bilang aku galak? " Ia tidak terima" Bos ku yang galak mas, aku kan gak bilang kamu.. ayoo kita tidur".Bagas masih tidak terima, cerita yang ia dengar tadi masih berbelit belit dan hampir sampai di puncak cerita malah berhenti di tengah jalan. Jelas ia protes" Baiklah kalau kamu tidak menurut berarti harus terima hukuman malam ini" Ia menaik turunkan alis sambil menatap dua buah gundukan yang ada didepannya. Reflek Dinara menutup dadanya dengan kedua telapak tangan. " Ih mesum" teri
Semilir angin yang berhembus lembut memporak porandakan anak rambut miliknya, Ia melihat sekeliling hamparan luas ladang bunga terlihat begitu indah. Ia heran kenapa bisa berada disini, ia terus mencari keberadaan seseorang. Sepertinya ia sangat merindukan sosok ituSebentar lagi matahari akan berada tepat diatas kepalanya namun cuacanya sangat sejuk tidak berasa panas sama sekali. Lelaki itu sampai heran ia berulang kali mecoba membuat sadar dirinya sendiri dengan mencubit kecil pipinya." Dimana aku sekarang, tempat apakah ini? " Kedua bola mata itu terus memindai pemandangan di depannya, ia tak menemukan siapapun, kemudian ia mencoba berjalan, perlahan melangkah sampai sedikit berlari kecil. " Haloo dimana ini? Ada orang kah?" Ia spontan berteriak siapa tau ada yang mendengar dan menghampirinya.Hingga beberapa saat kemudian pudak kirinya terasa disentuh. Ia menoleh dan seketika tersenyum." Diana sayang, ternyata kamu" Ia membalik tubuhnya dan segera memeluk sosok itu lama.Diana
Ratu masih menangis dalam pelukan Dinara sangat lama. Ia melampiaskan segala emosi yang selama ini ia pendam. Rasa sesak di dalam dadanya perlahan mulai berkurang. Dinara membiarkan Ratu mengeluarkan seluruh emosinya. Ia terus mengusap lembut rambut dan punggung belakang Ratu."Maa... " ratu berusaha bicara. " iya sayang, ada apa? Cerita sama mama yaa... Biar adek lebih lega"" Ma... Ratu sudah tidak tahan.... " Ia berusaha mengungkapkan unek uneknya. " Di sekolah teman teman ratu yang punya mama papa lengkap mereka sering cerita kalau tiap malam tidur di kelonin sama orang tuanya, jelas Ratu iri, karena selama ini hanya papa yang bisa ngelonin Ratu. Hikss.... Ratu juga pingin dikelonin sama Mama.... Ratu sudah tidak tahan ma..."Dinara yang mendengar penjelasan Ratu langsung terhenyak. Dadanya seakan dihantam batu besar. Sakit, tapi tidak berdarah. Ia berusaha tenang, menarik napas pelan untuk menenangkan dirinya. " Maaf ya dek, gara gara mama pergi kalian jadi tidak bisa merasa
Tangan berperawakan kecil, jari yang lentik dengan luwes memasukkan tepung ke dalam adonan butter yang sudah di mixer lembut, sedikit demi sedikit ia mengaduk dengan spatula agar adonan tercampur rata dan tidak ambles. Kemudian giliran adonan putih telur yang sudah dikocok sampai mengembang dan putih lembut yang dimasukkan dan dicampur dengan adonan utama. Dengan telaten ia membuat hiasan bentuk yang acak namun berkesan seperti pola marmer, kali ini ia membuat marmer cake untuk hidangan penutup. Permintaan spesial dari pemilik perusahaan ini. Dinara sempat terkejut menerima daftar menu pagi ini yang dikirim lewat email di laptopnya. Namun kemudian ia tersenyum, sekarang hampir semua menu sudah ia pelajari baik di tempat ia kuliah maupun di rumah, ia sering mempraktekkan berbagai resep dan menu menu baru. Anugrah daei kakaknya berupa penglihatan ia manfaatkan dengan sangat baik. Ia berubah menjadi pribadi yang lebih kuat.Masakan hasil ia berkreasi selalu ia bagikan kepada bibi pemili
Di ruangan personalia tampak beberapa pegawai yang sibuk dengan pekerjaannya. Mayang, pegawai senior di bagian personalia tampak mengutak atik HP miliknya. Ia tersenyum sinis. " Bakal ada berita besar dan meledak" Ia bergumam. Tak lama beberapa pegawai lainnya mulai melihat gawainya masing masing. Mereka tampak terkejut, ada yang senang, ada yang menunjukkan raut benci dan ke tidak suka an.Ting, suara pintu lift di lantai bagian personalia terbuka, Dinara yang tidak mengetahui apa apa tampak santai melangkah menghampiri kepala bagian personalia.Semua mata tertuju padanya." Permisi, selamat siang? Bisa saya bertemu bagian personalia? Ada yang ingin saya sampaikan" Ia berbicara dengan satu orang di depannya. Ia mengira mungkin ia kepala bagian personalia atau bawahannya. Ia hanya ingin mengajukan ijin cuti sehari dimana ia sudah berjanji akan menemani Raja dan Ratu bersama dengan Bagas untuk kegiatan bersama keluarga di sekolahan mereka. Pegawai itu menanggapi dengan sedikit cuek.
Braak. Suara pintu mobil ditutup, Dinara turun dari mobil pink yang ia kendarai sendiri. Hari ini genap seminggu Bagas berangkat dinas dan sampai saat ini pun masih belum ada kejelasan kabar. Bahkan Doni pun tidak mengetahui keberadaan Bosnya tersebut. Mereka kehilangan kontak. Bunda sampai harus pulang ke Indonesia dan menetap sementara di rumah guna mengawasi cucu dan juga ikut membantu mengurus kerajaan bisnis yang dipegang Bagas di Indonesia. Dinara ingat kala itu ia pulang dengan wajah yang cemas namun ia paksa bahagia di depan anak anak. Dengan memasang air muka yang ceria ia memasuki halaman rumahnya. Berharap anak anak tidak melihat kecemasan yang sampai kini masih menyelimuti hatinya'Assalamualaikum saya pulang". Dengan semangat ia masuk dan memberi salam. Namun tak ada yang menyahut. Dinara melihat Ratu, Raja dan Naya di ruang keluarga dia masih diam membatu memperhatikan ketiganya dengan perasaan yang campur aduk. " Kak, besok pokoknya yang sama mama cuma Ratu, kalo kaka
Setitik cahaya menyergap masuk kornea matanya. Perlahan kelopak mata terbuka, terasa berat. Sepertinya sudah lama mata itu tertutup, ia berusaha mengerjap perlahan, sungguh berat namun ia berusahaTulang belulang di tubuhnya terasa kaku, sangat berat dan tubuhnya nyeri, ia menyeringai karena merasakan perih di bagian paha dan kakinya.Kruucuuk... Suara perutnya berbunyi. Ia merasa lapar. Ia tak ingat sudah berapa lama ia belum makan. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga terasa remuk redam. Semakin berusaha mengingat kepalanya semakin pusing. Ia menyerah. Matanya memperhatikan ruangan yang kini ia tempati. Suasananya terasa hangat, ia berada di sebuah kamar, bukan rumah sakit. Sepertinya rumah hunian biasa, rumah warga sekitar.Tangan kirinya terasa nyeri ternyata ada selang infus yang menancap di punggung telapak tangannya.Plak... Plak.. Plak.. Terdengar suara sepatu mendekat, seseorang memasuki kamar yang ia tempati. "Selamat siang tuan, anda sudah siuman?