Braak. Suara pintu mobil ditutup, Dinara turun dari mobil pink yang ia kendarai sendiri. Hari ini genap seminggu Bagas berangkat dinas dan sampai saat ini pun masih belum ada kejelasan kabar. Bahkan Doni pun tidak mengetahui keberadaan Bosnya tersebut. Mereka kehilangan kontak. Bunda sampai harus pulang ke Indonesia dan menetap sementara di rumah guna mengawasi cucu dan juga ikut membantu mengurus kerajaan bisnis yang dipegang Bagas di Indonesia. Dinara ingat kala itu ia pulang dengan wajah yang cemas namun ia paksa bahagia di depan anak anak. Dengan memasang air muka yang ceria ia memasuki halaman rumahnya. Berharap anak anak tidak melihat kecemasan yang sampai kini masih menyelimuti hatinya'Assalamualaikum saya pulang". Dengan semangat ia masuk dan memberi salam. Namun tak ada yang menyahut. Dinara melihat Ratu, Raja dan Naya di ruang keluarga dia masih diam membatu memperhatikan ketiganya dengan perasaan yang campur aduk. " Kak, besok pokoknya yang sama mama cuma Ratu, kalo kaka
Setitik cahaya menyergap masuk kornea matanya. Perlahan kelopak mata terbuka, terasa berat. Sepertinya sudah lama mata itu tertutup, ia berusaha mengerjap perlahan, sungguh berat namun ia berusahaTulang belulang di tubuhnya terasa kaku, sangat berat dan tubuhnya nyeri, ia menyeringai karena merasakan perih di bagian paha dan kakinya.Kruucuuk... Suara perutnya berbunyi. Ia merasa lapar. Ia tak ingat sudah berapa lama ia belum makan. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi pada tubuhnya sehingga terasa remuk redam. Semakin berusaha mengingat kepalanya semakin pusing. Ia menyerah. Matanya memperhatikan ruangan yang kini ia tempati. Suasananya terasa hangat, ia berada di sebuah kamar, bukan rumah sakit. Sepertinya rumah hunian biasa, rumah warga sekitar.Tangan kirinya terasa nyeri ternyata ada selang infus yang menancap di punggung telapak tangannya.Plak... Plak.. Plak.. Terdengar suara sepatu mendekat, seseorang memasuki kamar yang ia tempati. "Selamat siang tuan, anda sudah siuman?
Satu minggu yang lalu" Baik Tuan Frans, Tuan Philip, Tuan Hedy terima kasih atas jamuan makan malamnya, saya sangat tersanjung. Semoga ke depan kerja sama kita berjalan dengan lancar". " Tuan Bagas Terima kasih anda sudah jauh jauh datang dari Indonesia, semoga jamuan kami tidak mengecewakan anda"" ngomong ngomong kenapa anda tidak sekalian menginap di Hotel kami? Apakah fasilitas yang kami sediakan kurang baik? "" Bukan begitu Tuan Philip, semua akomodasi sudah diurus dari perusahaan dan kebetulan ini lumayan mendadak, tau gini saya akan memilih disini, namun agar tidak mengecewakan hasil kerja keras pegawai kami, kami menuruti saja. Mohon maaf lo, lain kali saya akan kesini lagi bersama keluarga kecil saya dan akan memperkenalkan istri saya Tuan." Ha ha ah santai saja Tuan Bagas, saya akan menyambut kalian dengan sangat meriah" " Terimakasih, permisi semuanya" Bagus bersama sekretaris dan kedua pengawal meninggalkan Hotel tempat pertemuan diadakan.ke empat orang itu berjalan
Tap tap tap... Langkah kecil manusia paling menggemaskan si dalam rumah itu terdengar perlahan. Ia membuka pintu sebuah kamar yang sengaja tidak dikunci pemiliknya. Mengendap endap melanjutkan langkah mungilnya menghampiri seseorang di dalam ruangan tersebut. Lengan kanannya mengayun hendak menepuk pundak kecil di depannya namun suara dingin mengejutkannya. " Sudah kaka bilang kalau masuk kamar kakak ketuk pintu dulu dek, jangan seenaknya dong" Raja yang duduk di kurai meja belajarnya berucap dengan dingin tanpa memalingkan wajahnya. " Heeh" Ia melengos kesal. Lalau melanjutkan aksinya menepuk pundak kakaknya. Plaaak... Suara tepukannya lumayan keras terdengar diruangan yang lumayan hening itu. " Apaan sih dek, sakit tau" raja mengusap usap kasar punggungnya yang kena tabok Ratu. " Biarin, kaka gak tau kalau Ratu kesal haa" Si cewek mungil itu tiba tiba memposisikan diri tiduran di atas kasur milik Raja. " awas iih.. Nanti bau dek. Kamu terlalu girly gak suka aku. Jangan tidura
Ting.. Sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari HPnya. Dinara mengambilnya dari saku rok yang ia kenakan saat ini. Sedang berada di kantin perusahaan, semua tugasnya baru saja ia selesaikan. Ia melihat beberapa koki dan asisten sudah mulai membereskan makanan yang tersisa. Kali ini tidak banyak tersisa. Mereka senang kerja keras dari pagi terbayar dengan baik." Bagas akan pulang" Pesan yang singkat namun bisa membuat hati Dinara bergemuruh hebat.. Dadanya terasa panas. Merambat ke kedua bola mata indah warisan dari Diana yang kini melekat bersatu dengan tubuhnya. Setitik air mata menggumpal jatuh melewati pipinya.Tak bisa berkata kata ia segera berlari menuju toilet untuk menenangkan diri. Dan sembunyi dari rekan kerjanya. " Hah hah hah, Tenang Ra tarik nafas dan hembuskan perlahan" Ia bergumam sendiri di depan kaca wastafel. Menoleh kanan kiri memastikan bahwa ia hanya sendiri tak ada orang lain di dalam toilet yang bisa mendengar ia menangis. " Benar kan, Bagas pasti baik b
Bagas turun dari kursi roda dipapah pengawal. Ia berusaha sangat keras untuk hanya sekedar berjalan duduk disofa ruang tamunya. Si mbok mengintip dari balik tirai penghubung ruangan. Ada Bunda yang menyambut kedatangan Bagas. si kembar belum pulang dari sekolah begitupun Dinara. Ia masih di kantin kantor membantu menyajikan makan siang untuk para karyawan. Dari pagi hatinya gelisah. Ia sudah tahu mengenai kabar kepulangan Bagas.Tapi ia sengaja tetap masuk kerja untuk menghilangkan rasa gugup, gelisah yang dari pagi ia rasakankembali ke Bagas. Mata Elang itu menyusuri seluruh sudut ruangan. Raut wajah heran dan bertanya tanya sedang tercetak jelas di wajahnya. " Minum, ambilkan minum. Bunda" Seketika tenggorokan nya terasa keringBunda menoleh ke belakang. Mbok Sum langsung dengan cekatan datang menghampiri bunda sebelum beliau mengeluarkan kata dari mulutnya. Konyol sekali. Terlihat jelas sekali mbok Sum dari tadi menguping. Padahal tidak perlu. Mereka semua baik asisten rumah tan
Suara kran air di nyalakan.. krucuk krucuk Ia menggosok tangannya yang tadi kotor terciprat kuah sayur ketika membantu rekan kerjanya di kantin ketika jam makan siang. Sejak pagi ia kurang fokus. Sebelum ia berangkat tadi bunda sudah memberitahu kalau Bagas akan landing hari ini. Bunda menyarankan agar Dinara libur dan menunggu dirumah untuk menyambut kepulangan Bagas. Namun Ia tidak mau. Perusahaan belum mengetahui posisi nya sehingga ia tidak ingin berbuat seenaknya. Apalagi beberapa hari yang lalu ia berselisih dengan bagian personalia. Jika ia seenaknya libur tentu akan memberburuk citranya di kantor. Lagipula ada sesuatu hal yang membuatnya ingin pergi ke kantor. Sesuatu yang penting. Ia mencurigai seseorang di perusahaan yang telah sengaja mencelakai Bagas ketika ia sedang dinas di luar.Deg deg deg deg... Suara detak jantung nya sampai dapat ia dengarkan sendiri. Dari tadi ia tak berani melihat ponselnya. Jadi sengaja ia matikan. Dok dok dok...Suara ketukan di pintu ruang
"Bagas kangen Diana bun, sudah lama walau gak ketemu seminggu ini kok rasanya seperti setahun yaa" Ia tersipu malu mengungkapkan perasaannya.Bunda yang tepat duduk disebelah Bagas sedikit kaget, beliau membelalakkan matanya ke arah pintu masuk ruang tamu dimana Dinara sudah berdiri bersama si kembar. Mereka semua melongo mendengar ucapan Bagas barusan. Bunda yang cepat tanggap langsung mencairkan suasana dengan memanggil kedua cucu nya"Eh cucu kesayangan princess sudah pulang, sini nak papa sudah balik dalam keadaan sehat. Sini mendekat nak, papa kangen katanya" bagas di sebelah pun ikut menoleh.Aura sumringah langsung terpancar ketika melihat kedua buah hatinya. Ratu yang pertama berhambur ke pelukan Bagas. Sedikit membuat Bagas terpentel ke punggung sofa, ia tertawa. "Pelan pelan dek, papa sampai terpental ini loo". Ratu masih membenamkan wajahnya di dada bidang Bagas, ia menangis tanpa suara."Papa, hik hiks.. Papa baik baik saja kan? Mana yang sakit? " ratu yang sudah menegak