Semua Bab Istri Lugu Presdir Dingin: Bab 261 - Bab 270

480 Bab

Bab 262

Asih kelihatan begitu bersemangat untuk bertemu dengan Sandi, dengan cepat dia memarkirkan sepeda motornya dan bergegas masuk ke dalam toko kue."Hay, Mbak Asih," sapa seorang karyawati bernama Nilam."Hay, Nilam. Sandi, udah dari sini, belum?" tanya Asih yang begitu bersemangat."Belum, Mbak. Lagian tokonya juga baru di buka," jawab Nilam."Baiklah, semangat bekerja, ya," Asih pun segera memeriksa apakah sudah banyak kue yang tersedia, berikut juga dengan bahan-bahan untuk membuat kue di bagian belakang.Bibirnya terus saja tersenyum, dia yang sangat bahagia karena sudah membayangkan akan bertemu dengan pria idamannya."Mbak Asih, ada, Mbak Nia di depan," kata Nilam yang menyusulnya ke dapur."Nia? Serius? Perasaan tadi dia di rumah," kata Asih yang bingung.Tapi dia pun segera keluar dan melihat Nia di sana."Aku kira kamu nggak ke toko, kalau iya kenapa nggak bilang tadi?" "Aku lupa bilang, kalau di kantor, Mas Dion ada acara. Jadi, kuenya harus diantar ke sana sekarang juga. Gima
Baca selengkapnya

Bab 263

"Mbak Asih, tadi Nilam nggak salah dengarkan?" tanya Nilam yang kini berada di belakang tubuh Asih.Tubuh Asih pun gemetaran seperti ada yang memberikan sebuah goncangan yang teramat sangat dahsyatnya.Perlahan Asih pun memutar tubuhnya, ternyata Nilam begitu menunggunya untuk menjawab."Kamu bilang apa barusan?" tanya Asih dengan begitu hati-hati."Dengar, kalau, Mas Barra bilang dia itu suami, Mbak --" belum selesai Nilam mengatakan sesuatu yang dia dengar namun mulutnya sudah di bekap dengan cepat.Itu adalah Asih yang melakukannya, karena bersamaan dengan itu Nia pun muncul.Kalau sampai Nilam mengatakan itu, sudah pasti Nia mendengar dengan jelas.Sedangkan dirinya masih berharap bisa bercerai dengan Barra secepat mungkin."Kalian kenapa?" tanya Nia yang bingung."Nggak, papa. Nilam, sedang tidak enak badan," jawab Asih.Nilam pun menggelengkan kepalanya sambil berusaha untuk melepaskan diri, tapi Asih terus menutup mulutnya."Asih, kamu kenapa menutup mulut, Nilam?" Nia malah ka
Baca selengkapnya

Bab 264

"Kok, bingung gitu?""Nggak papa, ini cincin mainan aja kok."Sandi pun terdiam sambil menatap cincin tersebut dengan serius.Hingga akhirnya dia pun kembali bertanya pada Asih."Tapi, cincin ini bagus sekali.""Ya, justru itu. Makanya aku pakai, aku suka. Tapi, ini palsu," jelas Asih lagi.Dia berusaha untuk tetap tenang, karena menjawab pertanyaan tersebut sungguh membuatnya merasa tidak nyaman.Di tambah lagi kemungkinan-kemungkinan yang akan di ketahui oleh Sandi.Tidak, Sandi tak boleh tahu jika dirinya sudah menikah dengan Barra.Sial sekali, hanya menyebut nama itu saja sudah membuat mood Asih menjadi rusak seketika."Asih?""Iya."Asih pun menatap pramusaji yang sudah membawa makanan, dan dia baru menyadarinya."Ayo makan, kamu itu, kenapa jadi seperti orang bingung.""Hehe," Asih pun tersenyum dengan terpaksa, demi membuat Sandi tak lagi banyak bertanya.Setelah selesai makan keduanya pun kembali masuk ke dalam mobil.Asih akan diantar pulang oleh Sandi, dan keduanya pun samp
Baca selengkapnya

Bab 265

Benar saja saat ini Barra sedang berada di dapur."Barra," dengan cepat Asih pun menghampirinya.Membuat Barra pun terdiam sambil melihat wanita yang memanggilnya.Sedangkan Kiara hanya berdiri di jarak yang cukup jauh, dia sepertinya tidak memiliki keberanian untuk berbicara langsung dengan Barra."Kiara, sini deh. Aku kenalin, sama dia," Asih pun menggerakkan tangannya, kemudian Kiara pun mulai berjalan dengan perlahan.Rasanya sangat tidak enak, karena jantungnya malah berdegup kencang."Barra, kenalan sama, Kiara," Asih pun meninju lengan bagian atas Barra.Karena kesal pada pria itu yang hanya diam saja tanpa melakukan apapun.Sedangkan Barra malah melihat lengannya, tanpa berbicara sama sekali."Barra!" seru Asih."Hay," sapa Kiara dengan ramahnya.Barra hanya diam saja tanpa menjawab sama sekali.Bukannya Kiara yang kesal, tetapi justru Asih yang geram dengan pria itu."Barra, senyumnya mana? Kamu itu bisa senyum nggak, sih!" gerutu Asih.Kemudian dia pun menatap Kiara dengan p
Baca selengkapnya

Bab 267

"Jangan terlalu benci, takutnya nanti jadi berbalik jadi cinta," ujar Nia yang muncul tiba-tiba.Membuat Asih pun tersadar bahwa ada orang lain selain dirinya."Kamu udah lama di sini?""Nggak juga, tapi aku lihat waktu kamu terjatuh tadi dan Barra mengulurkan tangannya untuk membantu mu. Aku, peringatkan. Benci itu awalnya, sampai akhirnya nanti kamu akan merasa kosong sehari tidak melihat dia. Di sanalah cinta pun muncul," jelas Nia dengan panjang lebar."Ogah! Amit-amit jabang bayi!" Nia pun tersenyum kemudian dia pun memilih untuk pergi dengan begitu saja."Enak aja suka sama dia, enggak banget sih? Kecuali udah nggak ada manusia di dunia ini. Itu pun masih butuh banyak pertimbangan!"Kali ini Asih benar-benar masuk ke dalam kamarnya.Namun, saat itu dia pun kembali terkejut dengan kehadiran Barra."Kamu ngapain ke kamar, aku?" Asih kembali mengancing kemejanya, dia padahal ingin melepaskan dari tubuhnya.Kemudian mandi dan berganti dengan pakaian yang cukup ringan dan membuat tu
Baca selengkapnya

Bab 268

Dia tidak menyangka akan mendengar hal demikian dari mulut Tias.Sungguh keinginan Tias sangat berbeda dengan keinginan dirinya, ingin sekali Asih menangis kencang karena tidak kuasa untuk menolak keinginan Tias.Namun, dia juga punya kehidupan yang dia impikan hanya bersama kekasihnya, bagaimana jika sudah begini?Haruskah, harapan itu sirna dengan begitu saja? Tapi, Asih merasa tidak memiliki kecocokan dengan Barra, tidak ada sesuatu hal yang bisa membuatnya tertarik dari pria itu.Jadi, bagaimana?Sangat tidak bisa di putuskan dengan mudahnya."Biar, Bunda yang membatu untuk memasangkan.""Bunda, mohon maaf. Tapi, sepertinya ini sangat berlebihan," tolak Asih secara langsung, dia tidak bisa menerima benda tersebut.Tapi, seketika itu raut wajah Tias pun berubah. Tampak jelas kekecewaan yang dia rasakan.Membuat Asih pun jadi tidak enak hati."Tapi, ini harganya pasti sangat mahal, Bunda," tambah Asih lagi."Tidak masalah, ini adalah kalung milik, Bunda. Dulu, Barra yang membelikan
Baca selengkapnya

Bab 269

Tok tok tok.Lagi-lagi terdengar suara ketukan pintu.Pintu pun terbuka, ternyata kali ini Tias yang masuk."Asih, Bunda minta maaf. Karena, sempat berpikir kamu dan Barra sudah begitu sebelum menikah. Bunda, sangat merasa bersalah. Maafin, Bunda, ya. Bunda, harap kamu tidak benci sama, Bunda."Asih pun langsung saja bangkit dari tempat tidur, dia pun segera berdiri di depan Tias yang duduk di kursi roda.Dia tahu Tias barusan bukan membencinya, mungkin hanya sedikit kecewa jika tahu anaknya melakukan hal yang begitu jauh.Tapi, nyatanya semua itu tidak benar. Pastinya perasaan Tias jauh lebih baik."Tidak apa, Bunda. Asih cuman kelelahan aja, masuk angin, karena akhir-akhir ini makan nggak teratur.""Kamu, istirahat, ya. Nak, ini obat di berikan oleh Tias tadi pada, Bunda. Dia, sudah pergi menolong tetangga yang sepertinya akan melahirkan.""Dia bidan, ya. Bunda.""Iya, sekarang kamu berbaring di ranjang. Biar Barra yang membantu mu minum obat."Tias pun merasa lebih lega karena suda
Baca selengkapnya

Bab 270

"Barra."Barra hanya diam saja, dia tidak perduli sama sekali saat Asih terus saja memanggilnya.Karena, dia sedang tidak ingin berdebat. Itu yang biasanya terjadi jika sudah bersama dengan wanita tersebut."Barra, aku manggil kamu, lho!" Asih yang kesal pun menaikan nada bicaranya, agar Barra bisa menoleh padanya.Tapi justru Barra melihat ke arah jendela, melihat ke arah luar sana dengan begitu serius.Sedetik kemudian Barra pun melihat kamarnya.Seakan pria itu tengah memperhatikan sesuatu dan itu membuat Asih bingung."Kamu ngeliat apaan sih, kok sampai segitunya?" Lagi-lagi Barra tidak menjawab sama sekali, yang ada justru dia pun bergegas keluar dari kamar."Dia kenapa, ya? Aku kok, penasaran? Udah kayak, di kejar setan aja, dasar aneh."Asih pun melihat ke arah jendela, mengikuti apa yang barusan di lihat oleh Barra. Sehingga pria itu menjadi sangat aneh sekali.Kemudian dia melihat Tias yang tengah membakar banyak benda di sana.Tak lama kemudian Asih pun ikut menyusul Barra
Baca selengkapnya

Bab 271

Kemudian Asih pun memilih untuk segera masuk ke dalam kamar mandi.Dia pun memilih untuk membersihkan tubuhnya yang sangat tidak nyaman.Benar saja, setelah selesai mandi tubuh pun menjadi lebih segar.Dress milik Tias tampak pas di tubuhnya, apa lagi berat bada mereka hampir sama.Hanya saja Tias menyanggul rambutnya dan Asih membiarkan tergerai dengan begitu saja.Rambutnya yang hitam dan bergelombang itu memang tampak sangat indah sekali.Dia pun mengambil ponselnya, ternyata ada banyak panggilan di sana."Sandi?" Asih pun menghubungi Sandi kembali, tapi tidak satupun panggilannya yang mendapatkan jawaban.Kemudian Asih pun memutuskan untuk mengirimkan sebuah pesan.Belum juga ada balasan, bahkan di baca juga belum."Apa dia marah padaku? Tapi, semalam aku sakit."Kemudian Asih pun menghubungi Nilam, dia mengatakan pada Nilam untuk hari ini tidak bekerja saja.Karena Asih tidak ingin Nia curiga akan dirinya, dan kemana dia pergi, sedangkan Nilam sudah tahu jika dirinya yang sudah
Baca selengkapnya

Bab 272

"Kalau kalian romantis begini hati, Bunda rasanya sangat bahagia. Tidak ada lagi rasa khawatir akan hubungan kalian berdua. Baiklah, Bunda yang pergi. Kalian, lanjutkan saja. Bunda, juga dulu pernah muda."Tias pun berpindah duduk di atas kursi rodanya, kemudian pergi dari sana.Bibirnya terus saja tersenyum karena membayangkan bagaimana Barra dan Asih yang ternyata sangat romantis sekali.Lagi pula keduanya pernah mengatakan tak pernah ada hubungan sebelum menikah, jadi rasanya berpacaran setelah menikah adalah sebuah keharusan untuk lebih saling mengenal satu sama lainnya.Sedangkan Asih pun kembali bergerak, hingga akhirnya terlepas dari pelukan Barra.Barra sendiri masih berusaha untuk menyadarkan dirinya sendiri, rasanya sulit di percaya.Karena, dia pikir orang yang dia peluk adalah Bundanya.Tapi apa?Justru Asih yang dia peluk.Ini sangat tidak mungkin."Kamu apaansih, Barra. Kok, main peluk-peluk aja?" kesal Asih sambil menjauhkan dirinya agar berjarak dengan Barra.Sedangkan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
48
DMCA.com Protection Status