All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 251 - Chapter 260

480 Chapters

Bab 252

"Mas, itu anak-anak gimana?""Biarkan saja, dia itu sekali-kali harus diberikan pekerja. Karena, mungkin di rumah sakit dia kebanyakan nganggur," jawab Dion.Nia hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar jawaban suaminya tersebut."Ada-ada aja kamu, Mas, pasiennya, 'kan, banyak! Mama Ibu hamil lagi," kata Nia sambil menahan tawa, "Mas, Nia pengen banget bisa mengemudikan mobil. Ajarin, ya."Nia pun menunjukan wajah termanisnya, tersenyum penuh harap untuk membuat Dion menurutinya."Untuk apa? Nanti kamu kelelahan, lagian ada, Barra. Atau kalau perlu, Asih saja yang mengemudi biar kamu duduk santai.""Asih, juga nggak bisa, Mas. Ayo dong, Mas," Nia berusaha untuk membuat Dion mau mengajarinya mengemudikan mobil.Entah mengapa kini dirinya sudah merasa cukup puas dengan kehidupannya, menikmati tanpa ada beban kehidupan seperti dulunya.Rasanya itu tidak salah, dia benar-benar sedang fokus pada bisnis yang dia jalani saat ini."Nggak usah, lagian juga kamu kalau ke mana-mana sama, Mas,"
Read more

Bab 253

"Mas, ayo," Nia menagih janji yang sudah di setujui oleh Dion barusan.Dia kini bahkan sudah memakai pakaian santai agar tidak mengganggu saat belajar mengemudi.Tapi, Dion malah masih saja berbaring di atas ranjang.Suaminya itu selalu saja begitu, jika sudah mendapatkan sebuah kepuasan pasti akan mudah terlelap.Liat saja saat ini pun demikian, sulit sekali untuk membuat pria itu segera bangkit dan membersihkan tubuhnya."Ayo, sini. Kamu sekarang ini hebat, ya. Baru selesai, eh. Sudah, mau lagi," kata Dion dengan mata yang masih tertutup.Tapi Nia yang kesal di buat oleh suaminya itu, dia pun mengambil bantal dan memukul wajah Dion.Untung saja Nia istri tercintanya, jadi wanita itu bisa melakukan itu semua pada Dion.Keduanya mungkin terlihat aneh, apa lagi perbedaan usia yang begitu jauh membuat Dion harus banyak bersabar.Tapi, Dion menyukai wanita seperti Nia. Sebab, mudah di atur, hanya saja jika sekalinya menginginkan sesuatu harus di turuti, seperti saat ini contohnya.Namany
Read more

Bab 254

Akhirnya Dion pun mulai mengajarkan Nia caranya mengemudikan mobil, Nia tentunya sangatlah bahagia, karena sebentar lagi sepertinya dia akan bisa mengemudikan mobil sendiri.Mengemudikan kendaraan sendiri dan membeli dengan hasil keringat sendiri, sungguh sangat luar biasa bukan?"Mas, Nia yang mobil manual aja.""Terserah kamu saja!" jawab Dion.Nia kini sudah duduk di kursi kemudi, dia menatap ke depan dengan serius.Kedua tangannya memegang kemudi, benar-benar sedang fokus."Kamu sedang apa?" tanya Dion yang malah bingung dengan apa yang dilakukan oleh istrinya tersebut."Belajar, Mas!" jawab Nia dengan penuh percaya diri, "kamu nggak sadar, kalau kita lagi belajar?""Iya, tapi tangannya kenapa hanya di pegang itu?" Dion pun mencoba untuk bersabar, meskipun sebenarnya sangat sulit sekali.Sepertinya istrinya itu akan datang bulan, jadi agak sedikit ganas. Maka dari itu tadi dia meminta jatah, karena kalau menunggu besok bisa saja tamu bulanan Nia tiba dan perlu tujuh hari untuk men
Read more

Bab 255

"Ya, udah. Nggak usah banyak omong. Kalau gitu!" omel Nia.Nia persis seperti wanita pada umunya yang sudah bersuami dan memiliki anak, begitu juga dengan Dion.Meskipun pria itu terlihat dingin jika di hadapan orang lain, maka sangat berbalik jika sedang bersama istrinya.Lihat saja dia bisa menjadi banyak bicara dan menjadi banyak mengalahnya."Mas, kalau langsung di masukin 3 boleh nggak, sih?""Nggak bisa, satu dulu," jawab Dion."Oh, begitu? Kenapa nggak bisa, ya. Mas?""Nggak, bisa. Mas, juga tidak tahu," Dion mencari jawaban paling aman, percuma juga berdebat dengan Nia.Apa lagi jika harus menjelaskan banyak hal, sudah pasti akan banyak lagi pertanyaan lainnya.Tidak di jelaskan pun sampai selesai sudah pasti ada ancaman yang nantinya dia dengar.Lagi pula jika pun menjelaskan istrinya itu mengerti apa?Jadi, jawab singkat dan jelas saja sudah."Itu aja nggak, tahu!" gerutu Nia.Sedangkan Dion memilih untuk tidak lagi berbicara agar semuanya bisa baik-baik saja.Hingga satu ja
Read more

Bab 256

"Dila, Miss Kiara tadi akan menjadi guru les untuk, Dila. Mami mohon bantuannya untuk tidak membuat ulah!" kata Nia memberikan sebuah peringatan."Mami, sebenarnya belajar itu untuk apa? Kita, udah punya presiden, udah punya guru, udah punya semuanya. Jadi, Dila mau jadi apa?" tanya Dila dengan polosnya."Jadi, anak yang berguna saja sudah cukup, Dila. Karena, kamu adalah anak pintar, anak perempuan Mami satu-satunya. Kamu harus bisa jadi yang terbaik!" tegas Nia.Meskipun sepertinya itu adalah ucapan yang terlalu dewasa, tapi tidak mengapa.Karena, Nia memang sangat menyayangi putri sambungnya tersebut.Tapi Dila pun hanya diam saja, dia hanya bisa mengikuti semua peraturan Nia."Asih, kamu kenapa?" tanya Nia yang malah kini penasaran pada sikap Asih yang begitu diam.Dari tadi wanita itu tampak murung, seperti sedang ada beban yang tersimpan di dalam dirinya.Membuat Nia pun bingung dengan sikap Asih saat ini."Nggak papa, memangnya kenapa?" tanya Asih kembali."Mbak Asih, lagi kale
Read more

Bab 257

"Mbak Asih!" seru Dila.Asih pun tersadar dari lamunannya, membuatnya pun menoleh pada Dila yang duduk di sampingnya."Apa?" tanya Asih bingung."Mbak Asih, Dila bilang. Tolong ambilkan ikan goreng buat, Dila. Dila, nggak bisa ngambil sendiri, kejauhan!" omel Dila yang sangat kesal pada Asih."O, iya," Asih pun tampak begitu kebingungan, tapi sesaat kemudian segera mengambil ikan yang dimaksud oleh Dila."Mbak Asih, kurang minum makanya, oon!" gerutu Dila.Asih pun hanya menatap wajah Dila saja tanpa ada perdebatan seperti biasanya.Membuat Nia semakin bingung saja dengan Asih saat ini.Ini bukan Asih, tidak biasanya meja makan sepi jika ada Asih dan Dila.Bahkan, lebih anehnya lagi. Asih, seperti tengah memikirkan sebuah beban yang cukup berat.Membuatnya kian semakin penasaran saja.Asih adalah wanita periang dan selalu berdebat dengan Dila."Asih, kamu lagi sakit?" tanya Nia.Asih pun menggelengkan kepalanya, karena saat ini pikirannya benar-benar kacau."Lalu, kenapa? Ibu kamu sak
Read more

Bab 258

"Atau jangan-jangan --" Asih pun membuka mulutnya lebar-lebar, kemudian menutupnya dengan kedua tangannya.Dia melihat Barra dengan penuh intimidasi, pikirannya benar-benar tidak bisa terkondisikan.Sedangkan Barra hanya diam saja, membiarkan untuk sejenak saja Asih dengan pikirannya."Kamu tidak berpikir untuk tidur denganku, kan?" tanya Asih.Asih pun menyilangkan kedua tangannya di dada, dia berusaha untuk melindungi dirinya sendiri.Tapi pertanyaan Asih malah membuat Barra mengangkat sebelah alis matanya, rasanya itu adalah pemikiran yang sangat konyol."Ingat, kita memang menikah tapi kita tidak seperti pasangan pada umumnya, jadi jangan pernah berharap apapun dari pernikahan ini!" papar Asih.Menggelikan sekali menyebutkan kata --Menikah-- apa lagi dengan Barra."Apa kau sudah selesai berbicara?" tanya Barra yang akhirnya bersuara juga, dirinya sendiri sudah muak mendengar tuduhan yang di lontarkan kepadanya.Sedangkan Asih menatap Barra dari ujung rambut sampai ujung kaki denga
Read more

Bab 259

Huuuufff!Asih pun kini bernapas lega karena Nia sudah benar-benar pergi.Kemudian dia pun melihat Barra yang berada di sebelahnya."Barra, aku nggak mau ada ikatan pernikahan sama kamu. Berhubung kita cuman --"Asih pun berhenti berbicara saat ponsel Barra berdering."Ya, Bunda," jawab Barra tanpa perduli pada Asih yang sedang berada di sana..Membuat Asih pun menggerutu kesal sambil melihat wajah Barra."Bunda, ingin bicara," Barra pun memberikan ponselnya pada Asih.Asih terdiam sejenak sambil melihat ponsel yang di arahkan kepadanya."Ambil!"Dengan perlahan Asih pun menerima ponsel tersebut dan meletakkan pada daun telinganya."Halo," jawab Asih dengan suara yang sedikit pelan dan ragu."Apa kamu baik-baik saja?" tanya Tias dari seberang sana.Dia tampak begitu bersemangat saat berbicara dengan Asih.Bahkan belum juga Asih menjawab pertanyaan tersebut, kembali lagi mendapatkan pertanyaan dari Tias."Bunda, harap kalian tidak bertengkar. Dan, Bunda minta kamu untuk melengkapi berk
Read more

Bab 260

"Nasib, malang apa ini?"Asih pun segera mengunci pintu kamar, dia tidak mau jika saja Barra kembali masuk ke dalam kamar kemudian benar-benar melakukan apa yang dikatakannya barusan.Sedetik kemudian tubuh Asih pun terasa lebih berat, lututnya bergetar dan terasa lemas.Seketika itu langsung terduduk di lantai, rasanya untuk menopang tubuhnya pun sudah tidak mampu.Tidak mungkin ini terjadi.Tapi, memang begitu adanya.Lantas bagaimana lagi?Asih pun kembali menatap layar ponselnya, kemudian tanpa sengaja membuka akun sosial media.Tampak wajah Sandi di sana, ada banyak komentar yang memenuhi.Asih pun ikut menuliskan sebuah komentar dengan maksud melampiaskan kekesalannya.--Sok keren!--Dalam beberapa detik kemudian Asih pun mendapatkan pesan dari Sandi.Tampaknya pria itu memilih untuk membalas ucapan Asih secara pribadi, dari pada harus saling berbalas di halaman komentar media sosial milik Sandi sendiri.[Tidak masalah, asalkan tidak suka selingkuh!] Sandi."Dia bilang, aku seli
Read more

Bab 261

"Bu, di luar ada Nona Kiara, katanya dia mau ketemu sama Ibu," kata seorang Art yang memberitahu kehadiran seseorang."Kiara, guru les, Dila?""Iya, Bu.""Suruh saja langsung ke sini.""Baik, Bu.""Mami, kok belajarnya pagi-pagi. Lagian, sekarang masih libur sekolah!" protes Dila."Sayang, kamu harus belajar. Supaya besarnya jadi orang pinter," jawab Nia."Dila, nggak mau jadi orang pinter!" "Kenapa?" tanya Nia yang menatap Dila dengan serius."Kan, nanti banyak yang datang." jawab Dila sambil menerima suapan demi suapan dari Asih."Datang, gimana?" Nia malah makin bingung dibuat oleh anaknya tersebut.Entah apa yang dimaksud oleh anak itu, sehingga berbicara dengan demikian."Kan, orang pintar itu banyak kedatangan orang-orang jahat. Orang pintar, juga bisa nyantet, katanya temen, Dila di sekolah, Mami," jelas Dila dengan polosnya."Ya, ampun," Nia malah memijat kepalanya mendengar apa yang dikatakan oleh Dila.Rasanya anak itu memang sedikit aneh, tapi ada juga lucunya."Ahahahhaha
Read more
PREV
1
...
2425262728
...
48
DMCA.com Protection Status