All Chapters of Istri Lugu Presdir Dingin: Chapter 281 - Chapter 290

480 Chapters

Bab 283

Sepanjang perjalanan pulang Asih terus saja tersenyum, dia merasa hidupnya kini sangat berarti dan penuh warna.Penyebabnya tak lain adalah Sandi yang kini sudah melingkarkan cincin di jarinya.Bahkan pria itu menerima dirinya yang sudah mengatakan bahwa dia hanya orang kampung.Terlahir dari keluarga miskin, serta dia adalah tulang punggung keluarga.Awalnya Asih mengira jika Sandi akan mundur karena tak ingin memiliki seorang istri dari kalangan bawah.Tapi tidak, karena nyatanya Sandi tidak perduli dengan itu semua."Sandi, tapi sebenarnya aku hanya orang kampung. Aku tulang punggung keluarga, aku harus menghidupi adik dan Ibu ku. Mengingat kamu sepertinya berasa dari kalangan cukup berada. Di tambah lagi orang dari kota, apa mungkin kamu mau menikah dengan gadis seperti aku?"Perasaan Asih benar-benar begitu was-was karena dia tidak tahu apakah Sandi bisa menerima semua kekurangannya.Padahal Asih sangat menyukai Sandi, siang dan malam hanya nama pria itu yang terlintas di benakny
Read more

Bab 284

Sampai di dalam kamar pun Asih masih saja senyum-senyum sendiri, dia terus saja menatap jari-jarinya tanpa henti.Hingga dia pun sejenak melihat cincin yang satunya lagi, itu adalah cincin yang di pakaikan oleh Tias saat malam itu."Tapi, kok cincin ini nggak bisa di lepas, ya? Kayaknya besok aku harus pergi ke toko perhiasan untuk melepaskan cincin ini. Atau kalau perlu cincinnya yang di potong saja."Asih pun mendadak berbicara sendiri sambil terus melihat cincin di tangannya, namun sesaat kemudian dia pun kembali melihat cincin yang di pasangkan oleh Sandi di jari manisnya."Ya, ampun. Aku nggak tahu harus gimana. Tapi, aku bahagia," Asih pun melempar tubuhnya pada ranjang, kemudian matanya melihat langit-langit kamar.Hingga suara ponselnya pun membuatnya tersadar dari lamunannya."Halo, Nilam," jawab Asih."Mbak Asih, aku udah bisa balik ke toko belum? Entar gaji aku di potong lagi," kata Nilam dari seberang sana."Udah, besok kamu masuk kerja lagi. Masalah gaji tetap aman, tenan
Read more

Bab 285

Asih langsung saja memarkirkan sepeda motornya, kemudian dia pun segera turun.Dan itu bertepatan dengan Barra yang keluar dari rumah.Dengan cepat Asih pun menghampiri pria tersebut."Barra, aku mau bicara," kata Asih.Barra pun menghentikan langkah kakinya, kemudian melihat Asih."Tapi, kita cari tempat lain saja bagaimana?" Asih pun melihat sekiranya.Dia tak mau ada yang mendengar apa yang kini mereka bicarakan, lagi pula berbicara di tempat seperti ini tentunya tidak aman.Bisa-bisa ada yang datang tiba-tiba tanpa mereka sadari.Sedangkan dia sungguh tak mau ada yang mendengar apa yang nantinya mereka bicarakan."Aku sedang sibuk," Barra pun memilih untuk pergi, dia berniat masuk ke dalam mobil.Tapi dengan cepat Asih pun berdiri di depan pintu mobil agar Barra tak bisa pergi dengan begitu saja."Barra, aku mau bicara, penting," pinta Asih.Dia sangat berharap untuk kali ini, bahkan dia tak ingin ada pertengkaran agar mempermudah semuanya.Barra pun hanya terdiam sambil menatap w
Read more

Bab 286

Sudah 30 menit berlalu, tapi Asih masih menunggu kedatangan Barra.Dia sudah mengirimkan pesan sebelumnya, kemudian menentukan waktu dan tempat untuk mereka bertemu.Dia tidak tahu apakah Barra akan datang atau tidak, tapi dia sangat berharap dengan kedatangan pria itu.Semuanya harus di selesaikan dengan cepat, jika dirinya terus memikirkan Tias lantas bagaimana dengan perasaannya?Asih juga punya perasaan dan ingin masa depan yang bahagia bersama orang yang di cintainya.Dan kini dia dan kekasihnya sudah siap untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius yaitu, pernikahan, Asih tak bisa untuk pergi begitu saja.Karena, dia sangat mencintai Sandi, entah sudah berapa kali kata cinta itu keluar dari mulutnya.Tapi memang begitu adanya, hingga akhirnya Asih pun memutuskan untuk menghubungi Barra kembali.Tapi, tidak satupun panggilannya terjawab. Membuatnya hanya bisa menarik napas dengan begitu berat.1 jam berlalu, Asih pun mulai jenuh. Tapi dia juga belum menyerah.Hingga akhirnya mat
Read more

Bab 287

"Istri?" tanya Sandi.Sandi tak mengerti mengapa bisa Barra berkata demikian, ini sungguh sangat menimbulkan tanya."Iya, dia adalah istri ku!" papar Barra.Asih pun menundukkan kepalanya, dia tak tahu apa yang akan terjadi pada hidupnya setelah ini.Terutama pada hubungannya dengan Sandi seorang yang sangat dia cintai."Kau, jangan gila!" Kata Sandi membalas ucapan Barra, dia benar-benar tidak percaya akan apa yang dikatakan oleh Barra barusan."Mungkin, dia sedang sakit jiwa!" tambah Fera.Barra pun mengangkat bahunya seakan dia tak perduli dengan apapun yang dikatakan oleh dua orang itu."Tanyakan padanya," Barra pun menatap Asih.Asih yang menunduk pun menjadi pusat perhatian ketiganya, hingga dia pun mengangkat kepalanya dan melihat tiga pasang bola mata yang menatap ke arahnya.Jika Barra tampak datar saja, maka lain halnya dengan Fera dan Sandi yang seakan butuh penjelasan."Barra, kamu punya dendam apa sama aku!" kesal Asih.Menurutnya saat ini Barra sangat keterlaluan, karena
Read more

Bab 288

"Cepat!" Asih pun mendorong dada Barra, dia benar-benar tidak ingin lagi melihat wajah pria tersebut.Pria yang menjengkelkan dan menghancurkan hubungannya dengan Sandi.Sesaat kemudian Asih pun melepaskan kancing kemejanya, hingga menampakan tubuh bagian depannya.Dua dadanya yang tertutup dengan bra pun tampak begitu terlihat di mata Barra.Meskipun kemeja wanita itu belum terlepas dari tubuhnya.Asih pun menarik kerah kemeja Barra, dia tidak tahu lagi harus bagaimana.Menurutnya hidupnya sudah sangat berada di titik kehancuran paling dasar.Apa lagi gunanya dia hidup, menikah dengan seseorang yang tidak dia inginkan. Kemudian, di tinggalkan oleh kekasih yang teramat dia cintai itu."Ayo, apa lagi? Aku sudah memberikan ijin, aku sudah menyetujui apa yang kau inginkan!" kata Asih.Kedua tangan Asih terus saja mencengkram erat kerah kemeja, Barra.Kedua kakinya berjinjit agar mengimbangi wajah Barra, bahkan tatapan keduanya pun saling bertemu.Barra terus saja menatap tatapan mata Asi
Read more

Bab 289

"Kenapa?" tanya Barra saat melihat wajah Asih yang begitu ketakutan, dia benar-benar ketakutan untuk saat ini.Dimana Asih yang keras kepala, kasar dan sangat suka memakai seorang Barra?Tampaknya kini hanya ada Asih yang lemah dan merasa terancam dengan keadaan yang dia buat sendiri.Apakah nantinya yang akan terjadi pada dirinya? Asih tak ingin setelah kehilangan kesucian, malah harus mengandung anak Barra.Jika sudah demikian maka tak akan pernah bisa lepas dari pria itu.Pernikahan yang dia rahasiakan akan di ketahui banyak orang.Dia akan hidup dalam sebuah tekanan, keterpaksaan dan juga kesedihan.Karena, bagaimana pun Barra tak akan mungkin bisa membuat dirinya sebagai bagian dari hidupnya.Begitu pun juga dengan Asih yang tak mungkin bisa menempatkan Barra dengan posisi yang baik di hatinya.Rumah tangga macam apa yang akan mereka jalani nantinya?Tidak-tidak!Bahkan dalam hatinya berdoa semoga saja ada yang bisa menolong dirinya saat ini entah siapapun itu."Barra, aku--" As
Read more

Bab 290

"Apa lagi maunya wanita ini," Sandi merasa kesal setelah membaca pesan-pesan yang dikirimkan oleh Asih.Semenjak kejadian tadi dia merasa sangat terhina dengan apa yang dilakukan oleh seorang wanita padanya, bahkan ternyata wanita itu adalah istri dari seorang pria yang sangat dia benci.Hanya tidak menyangka bahwa dirinya yang begitu lihai dalam menipu, malah kali ini bisa tertipu.Sialan memang."Kamu masih memikirkan wanita itu?" tanya Fera yang kini duduk berhadapan dengan putranya."Iya, Bu. Bagaimana tidak kesal. Wanita sialan ini ternyata membohongi, Sandi habis-habisan. Menjengkelkan," umpat Sandi.Dia begitu kesal jika mengingat wajah Asih, sungguh sesuatu yang tak pernah dia pikirkan sebelumnya jika hari ini dia di tipu oleh seorang wanita seperti Asih.Sedangkan Fera hanya tersenyum mendengar keluhan anaknya itu.Tentu saja Sandi kesal, bahkan siapapun akan merasakan hal yang sama."Tapi, Sandi kamu harus mendapatkan istri. Karena, itu adalah syarat yang di berikan oleh, Ay
Read more

Bab 291

"Halo," Sandi pun menjawab panggilan telepon untuk kali ini.Mungkin itu adalah panggilan yang ke 100 kalinya, Asih mencoba untuk menghubungi Sandi dan berharap bisa berbicara langsung dengan pria tersebut.Cinta sedang begitu besarnya, rasanya badai dan gelombang tak kan ada yang mampu untuk memisahkan antara keduanya.Salah satu cara adalah perjuangan, itulah yang kini sedang dilakukan oleh seorang Asih.Wanita yang berharap bisa kembali pada Sandi dan tak ingin terpisahkan lagi.Begitu pun dengan saat ini, perasaannya sangat lega ketika Sandi menjawab panggilan tersebut."Sandi, aku nggak bohong. Aku udah jelasin semuanya sama kamu, aku mohon mengerti dengan keadaan ini. Aku juga bakalan cerai sama, Barra," kata Asih dengan begitu cepat.Berharap Sandi mendengarkan apa yang dia katakan sebelum akhirnya kembali memutuskan panggilan tersebut.Meskipun sebenarnya dirinya juga tidak tahu apakah bisa bercerai dari Barra.Tapi Sandi hanya diam saja di sebrang sana, tak ada suara yang ter
Read more

Bab 292

"Asih!"Asih pun tidak mendengar saat namanya di panggil.Membuat Nia pun memilih untuk berjalan ke arah Asih dan menepuk pundak wanita tersebut."Asih!" lagi-lagi Nia pun memanggil wanita itu.Akhirnya dia pun tersadar dari lamunannya, membuatnya tersentak seketika itu juga."Nia, kamu bikin aku kaget aja," kata Asih sambil mengusap dadanya."Kaget? Aku udah manggil-manggil kamu, dari tadi. Kamu kenapa? Lagi mikirin apa?" tanya Nia yang malah penasaran pada Asih."Nggak papa, cuman kurang enak badan aja," jawab Asih.Kepalanya memang sedikit pusing, mungkin karena apa yang dia alami hari ini cukup membuatnya shock."Begitu, padahal kita mau kumpul-kumpul di taman belakang, soalnya Dila ulang tahun besok," jelas Asih."Waw, ternyata si cantik itu sudah besar," ujar Asih dengan sangat antusias."Ya. Dan, dia mau kita ngumpul sambil barbeque di belakang. Mas Dion, juga setuju. Soalnya selama ini kata, Mas Dion. Dila, selama ini merayakan ulang tahunnya di rumah sakit," tambah Nia lagi.
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
48
DMCA.com Protection Status