"Akhir-akhir ini aku perhatikan, kamu rajin menulis surat, Han. Buat siapa?" tanya Farhan.Aku yang sedang serius menuliskan bait demi bait puisi untuk Sofia, berhenti seketika. Segera kuselipkan kertas itu di belakangku. "Buat umi tentunya," jawabku seraya berusaha menetralisir jantung yang semakin kuat berpacu. Mata Farhan memincing. Sepertinya dia tidak mudah dikelabui. "Han, ada telpon loh. Kenapa harus surat? Aku jadi curiga, itu bukan untuk umi."Aku menggeleng tegas. "Kamu salah. Memang ini untuk umi."Farhan mengendikkan bahu. "Baiklah kalau kamu belum mau mengaku."Aku memilih diam. Farhan sepertinya mulai curiga. Bagaimana tidak, dalam satu minggu, aku terus mengirimkan surat meskipun balasan tak kunjung kuterima. Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Sofia. Tidak mungkin Rayyan menahan surat itu. Aku sangat yakin, surat itu sampai padanya. "Kalau memang untuk pujaan hati, aku tidak akan membocorkan itu pada ustaz. Tenang saja. Rahasiamu pasti aman. Kamu sudah kenal aku
Last Updated : 2022-12-02 Read more