Home / Fantasi / GGAP 3 : THE LAST / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of GGAP 3 : THE LAST: Chapter 111 - Chapter 120

639 Chapters

BAB 111

Gundala adalah spirit perang, sehigga ia memiliki kemampuan bertahan yang lebih lemah dibandingkan menyerangnya. Jika para penyerang ini berniat untuk menambah intensitas serangannya, maka ia khawatir tidak bisa lagi untuk menahannya.Bagaimanapun, delapan orang yang sedang berusaha menyerangnya saat ini adalah para petarung elit dan pengawal khusus Samba. Kemampuan mereka hampir sama tingginya dengan para tetua bangsa harimau. Level kekuatan mereka sudah mencapai level grandmaster, tidak mustahil bagi mereka bisa menembus pertahanan Gundala saat ini."Hehehe sepertinya cara itu berhasil. Kalau kita serang bersama-sama, mungkin kita akan dapat menghancurkan perisai pertahannya. Bersiaplah! Kali ini, kita serang bersamaan!"Gundala tidak bisa menutupi kekhawatirannya. Dia menjadi dilema, antara menyerang atau bertahan.Ia bisa saja menyerang mereka dan paling tidak itu dapat melukai sebagian dari mereka. Tapi resikonya, dua orang wanita yang ditugaskan oleh tuannya untuk menjaga mereka
Read more

BAB 112

Beralih ke tempat Awan yang sedang bertarung dengan Samba.Keduanya tidak lagi berada di depan halaman rumah Awan dan sekarang sedang bertarung serius di puncak bukit larangan.Sebelumnya Awan sengaja mengiring Samba ke puncak bukit larangan, untuk mengindari korban yang tidak diinginkan, mengingat daya hancur dari pertukaran serangan mereka yang luar biasa.Sepanjang hutan yang mereka lewati, banyak pohon besar yang telah menjadi korban karena jejak pertarungan mereka.Baik Awan, maupun Samba sudah berubah menjadi sosok harimau besar dengan belang hitam dan warna bulu keemasan. Satu yang menandakan bahwa mereka berbeda dari harimau pada umumnya adalah ukuran tubuh mereka yang berukuran dua kali lebih besar dari ukuran batas fisik harimau normal. Selain itu, sinar mata mereka juga berwarna terang keemasan dan memiliki aura mengintimidasi yang sangat kuat.Jangankan manusia, harimau biasa saja ketika melihat mata mereka, bisa mati berdiri seketika itu juga.Keduanya bergerak sangat pel
Read more

BAB 113

"Saatnya pertarungan yang sebenarnya." Ucap Awan datar.Mendengar itu, Samba hampir muntah darah dibuatnya. Bagaimana tidak? Ia sudah bertarung habis-habisan dan mengeluarkan semua kartu andalan yang dimilikinya, namun kata-kata Awan barusan menyiratkan kalau ia masih belum mengeluarkan semua kemampuannya.Apa ia menganggap kalau pertarungan mereka sebelumnya cuma sebagai pemanasan?Samba hampir tersedak ketika memikirkannya.Namun, ketika Samba melihat banyak luka yang terdapat di tubuh Awan, ia menduga jika ucapan Awan barusan hanyalah gertakan sambal semata, untuk mengacaukan kepercayaan dirinya yang nyata-nyata telah unggul.Oleh karena itu, Samba tertawa sinis, "Dengan luka sebanyak itu, kamu ternyata masih bisa membual, bocah! Hari ini, aku akan membuatmu menyadari seberapa besar perbedaan antara kita yang sebenarnya. Selamanya, bangsa manusia tidak akan pernah mengungguli bangsa kami, camkan itu!"Awan tahu jika Samba akan berkomentar seperti itu. Karena itu, ia sengaja unjuk k
Read more

BAB 114

Mata Awan menyipit tajam ketika menatap Samba. Ia tidak memiliki sedikitpun rasa kasihan terhadap Samba.Awan dengan dingin menendang Samba, hingga beberapa kali. Sampai Samba meringkuk di bawah kakinya."Apa kamu masih menganggap manusia itu lemah?" Tanya Awan ketus.Empat cakar di kakinya mengeluarkan api hitam. Lalu, dengan dingin Awan menginjak pundak Samba."Arghhkk.."Samba mengerang kesakitan. Pijakan Awan tidak hanya melukai pundaknya, tapi api hitam di kakinya membuat tulang pundak Samba langsung hancur dalam satu hentakannya.Samba mengaum keras, karena rasa sakit yang luar biasa.Awan hanya mendesis dingin, itu masih belum cukup untuk melampiaskan amarahnya.Cess,Krak!Kembali terdengar bunyi daging yang terbakar dan suara tulang patah, Samba kembali mengaum keras karena kesakitan. Tubuhnya yang sudah lemah, bergetar hebat karena tidak kuasa menahan rasa sakit yang di alaminya. Awan dengan kejam menyiksanya tanpa bebelas kasihan sedikitpun pada Samba.Dua kaki depan Samba
Read more

BAB 115

"Andini?"Awan terkejut begitu mendapati sesosok wanita cantik berada begitu dekat dengannya. Awan mengingatnya, karena wanita inilah yang telah membantu dirinya dalam menghadapi Juna sebelumnya. Hanya saja, saat Awan tersadar, ia belum sempat berterima kasih langsung padanya. Karena sudah harus keburu kembali ke alamnya untuk menyelamatkan Annisa dan yang lainnya.Andini tersenyum dan menatap Awan lembut, "Anda sangat luar biasa, tuanku! Anda telah berhasil mengalahkan Samba tanpa bantuan siapapun."Andini mengungkapkan pikirannya dengan sangat jujur.Ketika Datuk Taring Putih memerintahkan para tetua dan semua penduduk bangsa harimau untuk membantu penduduk Kampung Tuo dan menyerang pasukan Samba. Andini sengaja memisahkan diri dari yang lainnya dan mengikuti Awan dari kejauhan.Andini khawatir dengan keselamatan Awan.Bagaimanapun Awan sudah diakui oleh bangsa harimau sebagai raja mereka. Sehingga Andini berkewajiban untuk melindunginya.Semula, ia sudah sangat khawatir ketika meli
Read more

BAB 116

"Sejak saat itu, aku bertanya pada guru, 'apa aku memang ditakdirkan untuk berjodoh dengan raja Gumara?' Namun, guru hanya menjawab, orang tersebut ditakdirkan menjadi raja bangsa kami, tapi bukan berasal dari bangsa kami. Saat itu, aku masih belum mengerti maksud ramalan guru.""Sampai ketika aku melihatmu malam itu dan juga kekuatan raja yang ada di dalam dirimu. Aku jadi yakin jika raja yang dimaksud dalam ramalan guru adalah kamu.""Sekarang terbukti, ramalan itu menjadi kenyataan." Lanjut Andini dengan senang.Deg.Awan tercengang. Dalam hatinya berkata, 'Ramalam macam apa itu? Kenapa aku terkesan ditakdirkan memiliki banyak pasangan, ya?'Awan merasa tidak berdaya. Masih hangat rasanya, kenangan tentang mendiang kekasihnya, Renata, lalu ada Angel setelahnya.Sekarang, harus ditambah dengan Andini yang jelas berbeda alam dengannya.Jika Awan masih manusia murni, mungkin dia akan tegas menolak Andini, karena mereka berasal dari alam yang berbeda, Namun sekarang, dengan Awan memili
Read more

BAB 117

"Datuk, aku ingat, dulu kakekku pernah membuat pagar ghoib di sepanjang perbatasan kampung ini. Setelah beliau tiada, pagar tersebut menghilang. Bisakah Datuk mengajariku bagaimana cara membuat pagar ghoib tersebut?" Tanya Awan tulus pada Datuk Taring Putih untuk meminta petunjuknya.Penyerangan Samba kali ini, seakan memberi peringatan bahaya pada Awan. Tanpa adanya pagar ghoib di perbatasan kampungnya, Awan sama sekali tidak dapat mendeteksi kedatangan Samba atau pun orang lain, jika seandainya nanti mereka bermaksud berbuat jahat di kampungnya.Datuk Taring Putih mendapat pertanyaan seperti itu, merasa tersanjung dan kagum dengan kepribadian Awan yang rendah hati. Jika itu adalah Gumara, maka pantang baginya untuk meminta petunjuk pada mereka yang statusnya berada di bawahnya.Namun, berbeda halnya dengan Awan. Pemuda ini, bahkan tidak segan untuk bertanya tentang hal sederhana seperti ini padanya.Datuk Taring Putih berkata, "Maaf, tuanku. Jujur saya tidak terlalu tahu cara membua
Read more

BAB 118

Aldo sampai melihat pada Andini, ia belum mengenal siapa wanita ini. Tapi, melihat dia yang sedari tadi terus berada di sisi Awan, Aldo merasa jika Andini pasti memiliki kedekatan khusus dengan Awan."Nona, tolong katakan pada Awan untuk berhenti! Keselamatannya bisa terancam jika terus memaksa melakukannya." Ucap Aldo memohon.Andini juga merasa gelisah dan tidak tahu harus melakukan apa saat ini. Tentu saja, ia tidak ingin Awan sampai kenapa-kenapa. Andini segera memegang lengan Awan dari samping, "Tuanku, kumohon berhentilah!" Mohon Andini mulai menangis karena kekhawatirannya terhadap keselamatan Awan.Saat tangan mereka bersentuhan, Andini merasakan energi murninya tanpa sengaja terhisap ke dalam tubuh Awan. Berdasarkan persepsinya saat ini, energi murninya ikut melebur ke dalam diri Awan untuk kemudian disalurkan menjadi energi alam yang di keluarkan Awan untuk menyembuhkan penduduk kampung.Selanjutnya, tanpa ragu, Andini menjatuhkan dirinya ke dalam pelukan Awan. Selama itu, d
Read more

BAB 119

Saat Awan terbangun, waktu sudah menunjukkan lewat pertengahan malam. Awan saat itu hanya ditemani oleh Chiya dan Andini di dekatnya. Awan mengerjapkan mata beberapa kali dan mengenali kamar tempat ia terbangun saat ini adalah kamarnya Aldo, sahabatnya.Awan tidak asing dengan suasana dan juga furnitur yang ada di dalam ruangan tersebut, karena di masa lalu ia sering menginap di sini bersama dengan Fadhil. Mereka adalah tiga orang sahabat yang tidak terpisahkan. Melihat Awan membuka matanya, Chiya dan Andini tersenyum senang."Awan-san, anda sudah bangun?""Tuanku!" Sapa Andini singkat.Andini sempat merasa sangat canggung setelah sebelumnya, Annisa dengan terang-terangan meminta dirinya untuk menemani Awan sampai ia sadarkan diri, karena Annisa harus pergi untuk melihat kondisi orang tuanya.Apa Annisa telah menyerah? Tentu saja tidak. Justru itulah yang membuat Andini menjadi sungkan pada Annisa sekarang. Wanita ketika mempercayakan pria yang dicintainya untuk dijaga oleh wanita la
Read more

BAB 120

Tangis Annisa yang sedari tadi coba ditahannya, akhirnya pecah begitu melihat Adik laki-laki dan juga ayahnya meninggal. Keadaan mereka sudah sangat kritis dengan tubuh penuh luka akibat tebasan senjata tajam. Mereka berdua tewas, saat beberapa anak buah Samba coba melecehkan kehormatan bu Atik, ibunya Annisa. Mereka bertarung dengan sangat gagah melawan para penjahat ini.Annisa tidak kuasa menahan tangisnya, dua orang lelaki yang sangat disayanginya itu telah pergi untuk selamanya. Beberapa sahabat dekat Annisa, tetangga dan juga kerabatnya, coba menenangkannya. Mereka semua telah mengalami malam yang buruk hari ini, tidak sedikit dari warga Kampung Tuo yang menjadi korban dari aksi penyerangan Samba dan pasukannya. Total, ada empat puluh sembilan orang yang meninggal, termasuk dengan meninggalnya ayah dan juga saudara laki-lakinya Annisa barusan."Sa, kamu yang sabar, ya!""Yang sabar, nak! Ini ujian dari yang kuasa. Kamu harus tabah menjalaninya."Hibur mereka coba menguatkan An
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
64
DMCA.com Protection Status