Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Istri Muda Sang Presdir: Chapter 141 - Chapter 150

226 Chapters

Bab 141 : Lebih Sakit Melihatmu Marah

Jiwa menuju dapur, dia gulung kemejanya sampai siku. Matanya menyisir kulkas dan mencari di mana letak daun bawang dan telur. Diam-diam Ayuda ikut turun dan membuntutinya. Wanita itu tersenyum karena tiga orang pembantu termasuk Susi nampak berdiri tak jauh dari Jiwa yang kebingungan dengan mimik khawatir.“Tuan, Tuan mau membuat apa, biar saya buatkan,” ucap Susi.“Tidak! aku akan membuatnya sendiri. Di mana telur, minyak, tepung dan daun bawang?”Jiwa menoleh Susi. Pembantunya itu langsung berjalan mendekat dan dengan cekatan Susi mengambil satu persatu bahan dari tempatnya dan meletakkan di dekat kompor.“Tuan, tuan mau membuat apa?” Susi masih bertanya. Ia tak bisa membayangkan tangan mulus tuan mudanya terluka karena Jiwa sudah mengambil penggorengan dan minyak.“Sudah sana kembali ke belakang, bukankah sinetron yang kalian sukai sedang tayang,” usir Jiwa.Susi dan dua pembantu lainnya pun tak bisa membantah, mereka menuruti kemauan Jiwa dengan pergi ke tempat mereka masing-masin
last updateLast Updated : 2022-12-08
Read more

Bab 142 : Berbicara Dengan Anakku

“Tidak mau! aku tidak akan membuat anak ini dekat denganmu.” Ayuda melepaskan tangan Jiwa yang mengurungnya. Ia berjalan pergi tanpa menoleh sang suami yang hanya bisa diam. Jiwa yakin dada Ayuda berdebar-debar mendapatkan perlakuan seperti itu darinya. Hanya saja, sang istri terlalu tinggi hati untuk mau mengakui. “Aku sudah tidak menginginkan omelet, sebaiknya kamu segera mandi dan tidur. Ini sudah malam,”kata Ayuda dengan suara lantang tanpa menoleh. Jiwa malah tertawa, dia berjalan cepat mengejar Ayuda lalu menerobos masuk ke kamar milik wanita itu. Tingkahnya membuat Ayuda mengerutkan dahi. Ia tidak mau masuk ke dalam dan hanya berdiri di ambang pintu. Dengan nada galak dia meminta Jiwa keluar. “Pergi ke kamarmu sendiri, aku tidak mengizinkanmu tidur di sini!” “Biarkan aku bicara pada baby,”pinta Jiwa. “Setelah itu aku akan pergi.” Ayuda menelan ludah susah payah mendengar Jiwa memanggil calon anaknya ‘baby’. Ia tak mau menatap Jiwa yang berada di dalam kamar. Hatinya terus
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 143 : Terbongkar

“Sienna, turun kamu!”Sienna baru saja mengirim pesan ke seseorang yang sengaja dia bayar untuk membalaskan rasa kesalnya ke Amara dan teman-temanya. Namun, sepertinya masalah baru sudah datang. Sang papa tahu tentang apa yang dia lakukan bersama Raga. Gadis itu merasa kesal, karena bahkan tembok di sekitarnya pun seperti memiliki mata, mulut dan telinga. Tidak ada yang bisa dia sembunyikan dari papanya terlalu lama.Mau tak mau Sienna harus menghadapi. Ia menuruni anak tangga dan Bisma langsung melemparkan beberapa lembar foto tepat mengenai mukanya. Sementara itu, Olivia kaget karena sang suami pulang dalam keadaan marah. Ia pungut satu lembar foto dari lantai. Wajahnya yang kebingungan nampak menatap sang putri.“Sienna, apa ini?” tanya Olivia dengan bibir bergetar.“Dia memang salah pergaulan, aku pikir kamu bisa mendidik putrimu dengan baik, tapi lihat! dia pergi ke club dan masuk ke kamar bersama pria dewasa,” amuk Bisma.“Kok jadi nyalahin aku sih, Mas? Emang Sienna cuma tanggu
last updateLast Updated : 2022-12-09
Read more

Bab 144 : Rencana Berjalan

Jiwa dibuat memegang kepala siang itu, dia baru saja mendapat kabar bahwa warga di sekitar lahan yang akan dibangun apartemen perusahaan papanya melakukan demo. Ia heran dan bahkan ingin menyalahkan bawahannya.“Bagaimana bisa? bukankah mereka semua sudah setuju dan bahkan menandatangani berita acara saat sosialisasi rencana pembangunan apartemen ini?”“Benar Pak, tapi mereka beralasan kita menipu dan tidak sesuai kesepakatan?” jawab bawahan Jiwa yang mengabarkan hal itu.“Menipu? Tidak sesuai kesepakatan?” Jiwa tergelak ironi, dia marasa alasan ini mengada-ngada, karena awalnya warga sekitar sudah setuju.“Mereka takut air tanah habis dan sumur mereka kering, mereka juga bilang tidak ingin ada bangunan tinggi yang membuat perkampungan menjadi gelap.”“Terlalu tak masuk akal alasan mereka, semua ketakutan mereka itu sudah kita jelaskan dan bahas, bahkan kita juga sudah memberikan kompensasi yang seharusnya tidak perlu kita berikan.” Jiwa diam sejenak dan berpikir, setelah itu dia meny
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 145 : Bukan Ini Yang Diinginkan

Siang itu, Wangi sedang melakukan pemotretan. Ia menunjukkan pose terbaiknya sambil mengingat hinaan Linda kepadanya. Wangi tergelak di dalam hati, dia memang bukan siapa-siapa sebelum Jiwa menjadikannya kekasih.Lahir dari keluarga biasa, Wangi memang memiliki bakat di dunia hiburan sejak kecil. Sayangnya, kurang adanya biaya dari orangtua membuat Wangi harus banting tulang sendiri. Ia bekerja paruh waktu bahkan saat masih duduk di bangku SMP. Casting menjadi cameo sudah banyak dia ikuti. Hingga memang Jiwa lah yang membuat karirnya melejit. Meski masih SMA tapi dukungan dan koneksi orang tua, membuat Jiwa bisa membantu Wangi. Pria itu benar-benar terjebak pesona dan kebaikhatiannya. Padahal, awalnya Wangi mendekati Jiwa karena hanya ingin memanfaatkan.Sedikit akting dan trik darinya membuat Jiwa terjerat, hingga lama kelamaan dari hanya ingin memanfaatkan, Wangi benar-benar mencintai Jiwa. Perasaan wanita itu ke sang suami sangat dalam saat ini. Hingga meski Linda berkata jahat, di
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 146 : Korban Jiwa

“Mas Jiwa, mas di mana?”Wangi menghubungi sang suami di sela jeda waktu pemotretannya. Beruntung, Jiwa mengangkat panggilannya, dan langsung menjawab bahwa dia sedang dalam perjalanan ke lokasi demo warga.“Mas, apa tidak apa-apa Mas ke sana? bagaimana kalau ….”“Jangan khawatir, aku bersama beberapa orang dari perusahaan. Aku juga sudah meminta bantuan pihak kepolisian,” jawab Jiwa.Wangi membuang napas kasar, dia tak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa meminta Jiwa untuk berhati-hati, meski perasaannya tiba-tiba saja menjadi tidak enak.Di waktu yang sama, Ayuda yang mendengar demo itu berjalan sesuai keinginannya merasa sangat senang. Ia berdiri dari kursi kerjanya dan meminta Aldi mengantar ke kantor Affandi. Ayuda ingin bertemu dengan sang papa, sebelum pria itu kembali lagi ke Singapura lusa.Ayuda ingin menyampaikan bahwa Dira akan kembali dan mereka mungkin akan tinggal bersama dalam waktu dekat.Namun, saat sampai di depan ruangan Affandi, Ayuda tak menemukan keberadaan Ha
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 147 : Tawar Menawar Dua Istri

Ayuda duduk sendirian di depan UGD dengan tangan berlumuran darah. Aldi yang menyusul terlihat ikut sedih melihat nonanya itu, dia melepas jas lalu menutup bagian depan tubuh Ayuda. Meski menundukkan pandangan tapi Ayuda tahu pria di depannya adalah Aldi dari bau parfum yang dia cium. Aldi memilih diam dan tak banyak bicara, dia duduk di sebelah Ayuda menunggu dokter yang sedang menangani Jiwa dan Raga. Rumah sakit itu bahkan terlihat sangat sibuk, bunyi ambulans yang silih berganti datang dan pergi, membuat orang yang melihat tahu bahwa ada hal yang buruk sedang terjadi. “Nona, pergilah ke kamar mandi untuk mencuci tangan.” Aldi bicara dengan nada suara lembut dan penuh perhatian, dia takut Ayuda merasa terganggu dan malah emosi. Namun, tak Aldi duga Ayuda berdiri dan menyerahkan jasnya kembali. Tanpa banyak bicara Ayuda berjalan mencari letak kamar mandi. Dia berdiri di depan wastafel dan membuka keran air, warna merah di tangannya perlahan pudar. Pundak Ayuda bergetar, dia kemba
last updateLast Updated : 2022-12-10
Read more

Bab 148 : Keputusan Wangi

Sienna pulang dengan kondisi kacau, dia bahkan membawa mobil Raga karena mobilnya masih berada di perusahaan pria itu. Sienna bingung, dia sejak tadi mondar-mandir di depan teras setelah mandi, hingga Bisma datang dan heran dengan tingkah sang putri. “Mobil siapa itu?” Bisma bertanya karena asing dengan mobil yang terparkir di halaman. Sienna yang ditanya seperti itu lantas mendekat dan meraih tangan papanya. Ia yakin Bisma pasti sudah tahu kejadian robohnya rangka apartemen milik perusahaan Ramahadi. “Itu mobil Raga Ramahadi, Pa!” “Sienna, apa kamu nyolong? Bukankah dia menjadi korban lalu bagaimana bisa mobilnya kamu bawa?” bentak Bisma dengan suara lantang. Sienna tentu saja geram, fitnah keji apa ini. Mana mungkin seorang Sienna melakukan tindak kriminal pencurian. “Bukan, Pa. Aku bersamanya saat kejadian itu. Aku bahkan melihatnya saat dievakuasi petugas,” ujar Sienna. Ia menceritakan kejadian ini dengan raut muka cemas karena sampai sekarang belum mendengar bagaimana kondi
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 149 : Penyesalan Yang Amat Dalam

Ayuda masuk terakhir ke ruang ICU setelah Wangi. Wajah lelahnya terlihat sangat jelas karena dia bahkan tak tidur dengan layak semalam. Ayuda melupakan semua rasa lelah karena kepedihan yang menguasai hatinya. “Kamu sudah tidur lebih dari dua belas jam, apa kamu tidak ingin bangun?” Ayuda berbicara dengan nada lembut seolah memarahi Jiwa. Ia memindai tubuh suaminya dari kepala sampai ujung kaki yang tertutup selimut. Ayuda duduk di kursi samping Jiwa dan meraih telapak tangan pria itu. Dadanya terasa nyeri, dia bahkan sudah tak memiliki rasa benci ke Jiwa. ‘Silahkan rawat mas Jiwa, hanya sampai di sembuh seperti apa yang kamu minta, tapi kita harus membuat batasan yang jelas, sembuh yang kamu maksud dan yang aku maksud tidak boleh abu-abu.’ Ayuda mengingat ucapan Wangi di luar tadi. Ia terus menunduk, mengusap memar di punggung tangan Jiwa setelah itu menyentuhkan pipinya. ‘Hanya sampai dia keluar dari rumah sakit, bukankah orang yang sudah diperbolehkan pulang artinya sudah sembu
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more

Bab 150 : Dia Bukan Manusia Keji

Ayuda baru saja selesai mandi, dia meminta perawat melepas selang infus di tangannya dan berkata tidak perlu mendapatkan cairan itu lagi. Bik Nini yang datang hanya bisa diam melihat apa yang dilakukan Ayuda. Baru kali ini dia melihat pasien membantah perawat dan malah bersikap galak.“Nona makan dulu,” bujuk bik Nini. Ia sengaja membawa masakan dari rumah karena sudah menduga Ayuda tidak akan mau makan masakan rumah sakit.“Kenapa bibi ke sini?”“Saya diperintah tuan Ramahadi.”Ayuda tak bisa lagi banyak bicara, dia malah heran karena mertuanya susah-susah meminta bantuan pembantu senior di rumah untuk menjaganya.“Terima kasih sudah membawakan aku baju ganti.”Ayuda hendak pergi keluar. Namun, Aldi lebih dulu menghadang. Kondisi Ayuda masih lemah, wania itu tidak boleh sampai mengesampingkan kesehatan hanya untuk menunggui sang suami.“Dokter meminta Anda istirahat, jadi lebih baik Nona berada di sini. Tuan Jiwa belum sadarkan diri, jika sudah saya pasti akan mengabari,” ucap Aldi y
last updateLast Updated : 2022-12-11
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
23
DMCA.com Protection Status