Home / Romansa / Istri Muda Sang Presdir / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Istri Muda Sang Presdir: Chapter 161 - Chapter 170

226 Chapters

Bab 161 : Mempersuami Raga

“Apa kita perlu menemui Raga?”Ayuda memandang Jiwa dan menunggu respon suaminya itu. Tak perlu berpikir lama, Jiwa mengangguk setuju karena dia juga sebenarnya sangat ingin bertemu dengan Raga. Mereka pun meninggalkan Linda di kamar sampai wanita itu geleng-geleng kepala. Jiwa dan Ayuda mengabaikan keberadaannya, seperti merasa dunia milik berdua.“Pelan-pelan!” pinta Ayuda penuh perhatian. Keduanya menuju kamar Raga yang tak jauh dari sana. “Jangan memandangiku seperti itu!”“Kamu sangat cantik, aku benar-benar beruntung bisa menikahimu.”Ayuda membuang muka karena malu. Hal-hal seperti ini lah yang akan membuatnya merasa berat untuk menepati janji untuk pergi.Tiba di depan kamar Raga, Ayuda dan Jiwa saling pandang karena mendengar suara dari dalam. Tak ingin larut dalam rasa penasaran tak berdasar, Ayuda membuka pintu dan mendapati Sienna ada di sana.“Sudah aku bilang, Om akan tetap tampan.”“Tidak, bagaimana bisa botak itu tampan?”Ternyata benar kata Linda, Raga tidak mau melak
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 162 : Membawa Pasien Kabur

"Sudah jangan takut. Aku tahu kamu tidak mau operasi karena takut jarum suntik."Sienna mencibir Raga. Ia tertawa sambil menikmati buah yang disediakan oleh pihak rumah sakit, tak hanya itu banyak makanan juga di sana dari orang-orang yang mencemaskan kondisi Raga. Ayuda dan Jiwa sudah pergi beberapa menit yang lalu, sehingga kini hanya tinggal Sienna berdua dengan Raga di kamar. Gadis itu penuh perhatian mengupas dan memotong buah, tapi sayang Raga tidak mau makan dengan alasan tidak lapar. "Apa kamu tidak kuliah? Kenapa kamu berkeliaran di dekatku?" "Karena aku senang melihat om Jiwa, dia tampan, baik hati tapi sayang istrinya dua." Sienna berucap sesuka hati sambil terus melahap buah di tangan. "Heh, gadis barbar. Ingat kamu sudah berjanji, bawa papamu untuk melamarku kalau aku botak nanti."Sienna mendelik, dia tak menyangka kalau Raga akan menganggap serius ucapannya. _Saat kembali ke kamar, Ayuda dan Jiwa bertemu dengan perawat dan dokter yang akan melakukan pemeriksaan. M
last updateLast Updated : 2022-12-17
Read more

Bab 163 : Kecewa Berubah Benci

“Nona tidak menjawab.”Hari memberitahu Affandy, tapi pria itu tak ingin menunggu sampai pagi hingga meminta dokter Thomas mencoba menghubungi sang putri beberapa saat lagi.‘Kamu melanggar janji, aku sudah pulang dan kamu malah pergi bersama mas Jiwa.’Ayuda hanya membaca pesan Wangi tanpa berniat untuk membalas, dia seharusnya tidak membuka pesan itu, karena berakhir membuat suasana hati yang sedang bahagia menjadi sedih.Esok, adalah hari terakhirnya bersama pria yang sedang memandanginya ini. Jadi Wangi seharusnya tak mengganggu mereka. Ayuda juga sedikit heran untuk apa dokter Thomas menghubungi, mungkinkah pria itu sudah kembali?“Kamu masuk dulu, aku ingin mengembalikan kunci mobil Sienna.” Ayuda meminta izin setibanya di depan kamar Jiwa. Ia tahu Wangi sudah ada di dalam,mengembalikan kunci Sienna hanya sebagai alasan agar dia bisa menghindar.“Oke, Jangan lama-lama!”Jiwa memandangi punggung Ayuda sampai pergi, dia membuka pintu dengan wajah yang masih terlihat bahagia, hingg
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Bab 164 : Hari Terakhir Ayuda Part 1

“Mas benar tidak mau cerita ke mana Mas tadi pergi bersama Ayuda.” Wangi seperti tak ingin membiarkan Jiwa istirahat jika belum menjawab pertanyaan dan memuaskan rasa penasarannya. Jiwa padahal sudah memejamkan mata, tapi memang belum terlelap, dia sengaja untuk menghindari obrolan dengan sang istri. “Aku hanya ingin makan burger, jadi kami membeli burger,” jawab Jiwa pada akhirnya. “Hanya itu? benarkah? kenapa tidak memakai layanan pesan antar saja kalau hanya menginginkan burger, kenapa harus sampai pergi dari rumah sakit?” Wangi seolah tak puas mengorek apa yang baru saja dilakukan sang suami. Ia cemburu, merasa tak sabar jika harus menunggu lusa di mana Jiwa tidak akan pernah lagi bisa bertemu dengan Ayuda. “Lalu apa kamu ingin aku menjawab jujur? Kami berkencan di taman melihat bintang lalu diakhiri dengan sebuah ciuman.” “Hah … “ Wangi tergelak, dia menggeleng dan setelah itu tak lagi bertanya ke Jiwa. Lagi pula kehadirannya di sana juga tak ada guna. Dia datang di malam ha
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Bab 165 : Nyaris Celaka

“Terserah apa yang mau kalian lakukan, aku juga harus pergi.”Wangi akhirnya memilih untuk menghindari pertikaian, jangan sampai Ayuda buka mulut soal perjanjian mereka. Ini jelas hanya akan merugikan dirinya sendiri.Bagai pria pengecut, Jiwa juga tidak bisa melakukan apa-apa. Ia sebenarnya bingung dalam menentukan sikap. Poligami memang bukan keinginannya sejak awal, terjebak dalam hubungan rumit seperti ini juga bukan yang dia inginkan. Melihat Wangi pergi jujur saja ada rasa bersalah yang amat besar membumbung di dadanya, hingga Jiwa mengambil keputusan bulat, dia ingin mengakhiri hubungan dengan istri pertamanya itu.Wangi pergi dengan rasa kesal. Namun, dia berpikir semua ini pun akan terbayar saat Ayuda pergi nanti. Ia akan membuat Jiwa kembali mencintainya sepenuh hati. Oleh karena itu, Wangi sudah membayar seseorang untuk mengikuti Ayuda mulai hari ini, memastikan madunya itu benar-benar pergi dan membuat bayi Ayuda tak pernah terlahir ke dunia.“Tugasmu mulai dari saat dia d
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Bab 166 : Berapa Wangi Membayarmu?

Ayuda kembali menemui Jiwa seolah tak terjadi apa-apa, meski begitu suaminya sempat mendengar ribut-ribut tapi tak menyadari bahwa itu melibatkan Ayuda.“Matahari sudah terik, saatnya makan siang juga,” ucap Ayuda. Ia membereskan bekal pikniknya dan melarang Jiwa untuk ikut membantu.“Biar aku bantu bawa!”“Jangan tanganmu sakit!”Jiwa bersikeras, dia menarik tas piknik di tangan Ayuda dan berjalan mendahului. Sikapnya yang seperti itu membuat Ayuda merasa diistimewakan.Lima belas menit kemudian keduanya sampai di restoran yang sudah Ayuda reservasi. Mereka menikmati makan siang dengan sesekali membicarakn hal-hal random tentang apa yang pernah mereka lalui.“Ah .. aku penasaran apa benar kamu bertemu dengan Raga di club malam dan menawarkan itu padanya?”Ayuda yang sedang menggigit daging dibuat tertawa dengan pertanyaan Jiwa. Ia mengangguk dan berkata,”Hem … tidak ada dusta diantara kita.”“Kalian benar-benar.”“Tidak perlu cemburu, lagi pula aku sudah bilang aku mencintaimu. Apa k
last updateLast Updated : 2022-12-18
Read more

Bab 167 : Sampai Bertemu Lagi

"Ini benar kepalanya? Dan Ini kaki, lalu apa kami sudah bisa tahu jenis kelaminnya, Dok?"Ayuda tertawa memandangi Jiwa yang sibuk bertanya ke dokter kandungan tentang kondisi bayi mereka. Pria itu bahkan sampai mendekat ke layar monitor untuk melihat dengan jelas agar lebih puas. "Dia sedang miring ke sebelah kanan jadi belum terlihat, Pak."Jawaban dari dokter membuat Jiwa sedikit kecewa. Meski begitu tak mengurangi rasa bahagianya mendengar calon anaknya tumbuh sehat sesuai dengan usia kehamilan Ayuda. "Asam folatnya diminum ya Bu, boleh makan apa saja asal tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan tidak baik untuk kesehatan."Nasihat sang dokter diiyakan Ayuda dengan anggukan kepala. Ia mengucapkan terima kasih sebelum meninggalkan ruang pemeriksaan menuju ke kamar rawat Jiwa. Di sana, Ayuda membantu mengemasi barang sang suami. Wajahnya menunjukkan kebahagiaan, padahal hanya sebuah kepalsuan agar Jiwa tidak curiga dengan rencananya."Aku ingin keluar sebentar untuk menc
last updateLast Updated : 2022-12-19
Read more

Bab 168 : Hari Terakhir Ayuda Part 2

Ayuda pulang ke rumah Ramahadi. Ia sengaja mengambil barang-barangnya yang penting bahkan meminta bantuan ke bik Nini untuk menatanya. Ayuda berkata ada urusan pekerjaan di luar kota sehingga butuh membawa banyak barang, dia jelas tak ingin jika pembantu senior di rumah mertuanya itu curiga dengan rencananya.“Bagaimana kondisi tuan muda Raga, Nona?”“Masih belum sadar, dia masih di ICU. Ada mama yang menemani di sana,” jawab Ayuda. Ia melempar senyum sambil melipat baju ke dalam koper.Bik Nini agaknya mencium gelagat aneh, tapi dia memang tak sampai berpikir bahwa Ayuda akan pergi meninggalkan anak majikannya.“Oh … ya Bik Nini aku punya sesuatu.”Ayuda mengambil amplop cokelat di dalam tas lalu menyerahkannya ke pembantu itu. Dia sudah menyiapkan sejumlah uang untuk diberikan ke bik Nini.“Non, apa ini?”“Hadiah dariku karena selama ini bik Nini sangat baik ke aku,” jawab Ayuda. Ia sebenarnya ingin memberikan sesuatu untuk bik Nini, tapi bingung memilih barang apa yang diinginkan s
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Bab 169 : Dia Bukan Benalu

Pagi itu, Jiwa terganggu dengan sinar matahari yang menembus korden kamarnya. Ia mengerjap dan menutup mata dengan punggung tangan. Pria itu mengernyitkan kening lalu mengedarkan pandangan. Sepi, tak ada sosok Ayuda di sana bahkan Wangi pun tidak datang.Pria itu menegakkan punggung, parasnya yang baru saja terjaga nampak lesu. Meski begitu, dia memulas senyum melihat foto USG calon anaknya yang ditinggalkan Ayuda di sebelah bantal.“Kemana mommymu?”tanya Jiwa bak sedang bicara dengan anaknya. Ia memutuskan bangkit dari kasur untuk membersihkan diri.Jiwa merasa tak sabar untuk bisa pulang bersama Ayuda dan melewati hari-hari bahagia bersama.Namun, dia dibuat heran. Bahkan setelah dua jam Ayuda masih belum datang. Ia mulai gusar apalagi ponsel istri keduanya itu tak bisa dihubungi.“Ayuda, ke mana dia?” Jiwa mulai cemas dan berpikir hal buruk mungkin sedang terjadi.Lama pria itu duduk di sofa, dia berharap pintu terbuka dan Ayuda datang dengan senyuman lebar. Istrinya itu pasti hany
last updateLast Updated : 2022-12-20
Read more

Bab 170 : Semua Orang Mencari

Ramahadi tak bisa melakukan apa-apa selain membiarkan saja putranya. Ia melihat surat cerai yang tergeletak di lantai.Saat dia datang tadi, Wangi sudah tidak ada di sana dan meninggalkan pintu kamar perawatan Jiwa terbuka. Ramahadi menatap kertas itu sambil membuang napas kasar. Ia meremas lalu melemparnya begitu saja.“Coba kamu lacak di mana keberadaan Jiwa sekarang, anak itu sejak dulu sama. Kalau sudah bucin pasti akan bertindak seperti orang gila,”ucap Ramahadi ke bawahannya.Pria itu keluar dan berbelok menuju kamar Raga. Ia juga harus mengecek kondisi kesehatan sang putra bungsu yang baru saja melakukan operasi._Ayuda berdiri di teras sebuah rumah dengan pemandangan hamparan pohon teh di sekelilingnya. Wanita itu melipat tangan di depan dada sambil mengingat setiap ucapan Ramahadi.‘Papamu juga tidak menginginkan anakmu, aku tidak tahu kenapa Affandi sangat dendam kepadaku dan bahkan tidak sudi memiliki cucu yang mengalir darah keturunan keluargaku. Jika kamu pergi ke Amerik
last updateLast Updated : 2022-12-21
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status