All Chapters of LENYAPNYA SUAMI DURJANA: Chapter 71 - Chapter 80

120 Chapters

Bab 71

Kurang lebih empat puluh menit berjalan, kini, Husein sudah sampai di lokasi kejadian kecelakaan. Detak di dadanya kembali memburu ketika melihat mobil yang tak asing telah tergeletak di jalan. Kebetulan tempat itu sangat sepi, dan hanya ada satu dua kendaraan yang lewat."Nona Khana," ucap Husein saat melihat ke dalam mobil, selirnya tak sadarkan diri.Husein dengan cepat mengangkat tubuh Khana dan memindahkannya ke dalam mobil miliknya. Sementara di lokasi tak ada siapa-siapa selain Khana. Husein mengira selirnya kecelakaan tunggal.Namun, di mana Areta?"Apa mungkin Nona Khana mengejar penjahat itu hingga sampai terjadi kecelakaan begini?"Sekarang Khana sudah terbaring lemah di bangku belakang. Husein pun segera menancap gas membawanya ke rumah sakit. Tak lupa pula Husein menugaskan Roy agar mengambil mobil yang dikendarai Khana.Pikiran Husein bercabang, satu sisi ia sangat cemas dengan kondisi Khana yang masih tak membuka matanya. Darah segar mengalir di kening wanita cantik itu
Read more

Bab 72

Malam itu, 30 orang lelaki berbadan tegap lengkap dengan senjata dikirim Husein untuk membantu Rio dan yang lainnya dalam aksi membebaskan Areta.Husein menunggu di rumah dengan perasaan gelisah, sedangkan Khana juga sudah pulang bersamanya."Tuan, bagaimana cara menghubungi salah satu anak buahmu? Aku sungguh tak bisa tenang memikirkan Nyonya Areta di sana. Dulu, saat aku diculik, hanya ada beberapa penjahat saja yang berjaga. Rasanya sangat mencekam, apa lagi dengan puluhan seperti yang dihadapi Nyonya Areta sekarang," papar Khana."Saya juga tengah memikirkan hal serupa," sahut Husein tak berdaya.Khana memeluk tubuh suaminya dengan perasaan yang terguncang. Masalah yang terjadi bertubi-tubi menyerang rumah tangganya. Yang lebih parah lagi, penyebabnya adalah orang tua sendiri.Tak lama ponsel Husein berdering. Tertera sebuah nama di layarnya. 'Roy'"Saya hanya ingin mendengar kabar baik darimu, Roy!" desis Husein dingin.Roy menelan ludah dengan getir. Kabar yang dibawanya tidakla
Read more

Bab 73

Sepanjang hari itu Ros dilanda kebimbangan. Ia tak tahu harus mengatakan apa pada sang Putra, karena sekarang Maxi telah mengkhianatinya, dan tak mau mendengarkan perintahnya.Ros mencoba terus menghubungi ke nomor Maxi, tetapi benar-benar sudah tak bisa tersambung. Lalu, Ros tak ingin putus asa begit saja. Ia pun menelepon ke anak buahya yang lain, yang selama ini juga turut membantu Maxi dalam rencananya."Hendry, Kau di mana? Apa kau sedang bersama Maxi?" tanya Ros."Saya di rumah, karena Bang Maxi bilang tugas-tugas kami sudah selesai, Nyonya. Bahkan semua bayaran juga sudah diberikan Bang Maxi," jawab Hendry.Kedua mata Ros yang sudah besar semakin membesar saat mendengar penjelasan tersebut."Apa? Bagaimana bisa? Saya belum mengirimkan bayaran tambahan untuk kalian,'' ujar Ros pula."saya tidak tahu kalau masalah itu, Nyonya. Saya sudah beneran terima uangnya, dan saya diminta untuk tidak melakukan apa-apa lagi untuk urusan Nyonya Areta.""Baiklah! Tapi, kau pastinya tahu di man
Read more

Bab 74

Seminggu sudah Areta berada di kediaman Maxi. Bahkan selama itu pula ia menangis meminta untuk dikembalikan ke rumahnya sendiri.Maxi yang memang menaruh hati pada Areta, ia tak tega melihat ratap pilu dari wanita yang telah mencuri hatinya tersebut. Akhirnya ia mengalah."Saya akan mengantarkanmu pulang," ucap Maxi dengan intonasi suara yang sumbang, sebab saat mengatakan hal itu ada tancapan duri yang menusuk di hatinya sendiri.Wajah Areta seketika menjadi ceria. Ia tersenyum sumringah seraya mengucapkan banyak kata terima kasih."Benarkah? Saya akan sangat berterima kasih padamu, dan saya berjanji akan membayar berapa pun yang kamu minta," papar Areta antusias.Maxi hanya menanggapi dengan tawa getir. "Saya tidak butuh apa-apa darimu dan keluargamu, Nyonya. Awalnya saya bekerja untuk Nyonya Ros memang berdasarkan uang, tapi setelah bertemu denganmu, semua berubah."Areta bergeming, ia sedikit terharu dengan ketulusan Maxi. Namun, mana mungkin ia mempertimbangkan rasa yang salah it
Read more

Bab 75

Semenjak kejadian hari itu, Dokter Hans merasa hidupnya sangat hampa bahkan tak berguna. Status kedokterannya pun tak dipakai lagi. Ia benar-benar merubah identitas diri.Namun, bayangan Khana tak bisa lepas dari ingatannya. Terlebih saat dia mengancam wanitanya dengan begitu kejam. Permainan yang dilakukan Dokter Hans memang licik, tetapi ia sungguh terpaksa. Karena Adik peempuannya berada dalam pengawasan Ros. Jika, tak menuruti maunya, maka Adiknya akan celaka."Bulan saja terus berganti, tapi tidak dengan perasaan saya, Nona Khana. Andai Nona tahu siapa saya, entah bagaimana responmu, Nona. Saya merindukan momen di mana pertama kali Nona mencoba menggoda saya. Saat itu Nona terlihat menggemaskan," gumam Dokter Hans seraya melangkah menuju mobil.Sedangkan Khana sendiri masih duduk terpaku mengingat-ngingat siapa lelaki yang menghampirinya tadi?"Seperti tak asing, tapi aku belum pernah bertemu dengannya. Ah, sudahlah! Tidak penting!' desisnya, kemudian beranjak untuk melanjutkan p
Read more

Bab 76

Gemeletuk gigi Husein beradu. Ia sudah dibuat cemas sedari tadi dengan pilihan antara Anak atau istri. Sekarang malah menerima kemalangan dengan hilangnya Areta.Khana dan dirinya ikut melihat rekaman cctv yang ada di depan kamar rawat Areta. Terlihat jelas kalau Areta mencoba keluar dengan ekspresi wajah kesakitan."Tuan, lihatlah! Nyonya Areta sadar, dan dia pergi sendiri," seru Khana.Wajah Husein semakin pucat menyaksikan aksi nekad sang istri. Kemudian ia menoleh ke arah Dokter William."Apa ini, Dok? Istri saya bisa pergi? Katamu kondisinya sangat lemah, lalu bagaimana bisa dia berjalan keluar dari sini?"Pertanyaan itu bagai tembakan peluru bagi Dokter William."Saya pun rasanya sangaat sulit mempercayai ini, Tuan. Akan tetapi, kondisi Nyonya Areta benar-benar tidak bisa dianggap sepele.""Mungkin Nyonya Areta dapat mendengar pembicaraan kita, lalu dia berusaha kabur. Aku yakin, Nyonya Areta sama sepertimu, Tuan. Dia tidak akan menerima janinnya diangkat," sambung Khana."Saya
Read more

Bab 77

Suasana menegang karena hadirnya Flo, dan kemarahan Husein kembali diusik."Saya ke sini atas permintaan Nyonya besar, Tuan. Sungguh saya tidak bermaksud apa-apa," ujar Flo.Husein menoleh ke arah sang Ibu untuk meminta jawaban."Benar, Husein. Ibu yang menyuruh Flo ke sini, tapi ini tak ada hubungannya denganmu. Ibu dan Flo terbiasa bersama, jadi Ibu mengundangnya hanya sekedar melepas rindu saja," papar Ros memnjelaskan."Oh, baiklah. Kalau begitu silakan Ibu urus tamu Ibu tanpa merepotkan saya atau pun Nona Khana," ketus Husein seraya berlalu.Khana turut melemparkan pandangan sinis ke arah Flo, detik berikutnya ia juga berlalu menyusul Husein.__Tiga bulan klemudian, kehidupan Husein dan Khana berjalan baik-baik saja, walau sesekali Husein masih teringat sosok istri pertamanya. Namun, ia sudah menerima takdir hidupnya.Sementara Areta, ia pun semakin merasa nyaman berada di lingkungan Maxi, Mereka pindah ke kampung di mana Maxi di lahirkan. Rumah besar yang kemarin sudah dijualn
Read more

Bab 78

Sore itu Khana dilanda kegelisahan. Tatapan mata lelaki misteius itu tampak tak asing bagi Khana. Ia merasa pernah sangat dekat sebelumnya.Sedangkan di sisi lain, kegelisahan juga dialami Areta. Ia berat untuk meninggalkan rumah kediaman Maxi, sebab sudah sangat nyaman di sana. Namun, kerinduannya pada Husein tentu mengalahkan segalanya.Seminggu setelah memikirkan kepurusan tersebut, Areta sudah membulatkan tekad agar segera pulang. Maxi dengan besar hati mengantarkannya sampai selamat di tempat yang ia tuju.Sepanjang perjalanan Areta bergeming, seekali ia menoleh ke arah Maxi yang sedang fokus menyetir. Areta sadar, ada luka di hati lelaki yang telah salah mencintainya itu.Di bangku belakang, Juni juga ikut mengantarkan wanita yang sudah dianggapnya sebagai putri sendiri tersebut."Kapan-kapan datanglah lagi berkunjung ke kampung, Nyonya. Bunda dan yang lain pasti akan merindukanmu," ujar Juni."Saya berjanji tidak akan melupakan tempat terindah yang telah Bunda sediakan itu," sa
Read more

Bab 79

Hari berganti, Khana mencoba menemui Areta dan ingin berbicara banyak dengannya."Nyonya, rasanya aku masih bagai sedang bermimpi saat kau pulang kemarin. Sungguh empat bulan terakhir Tuan Husein sering melamun ketika ia sendirian," ucap Khana dengan intonasi suara yang tenang."Mungkin karena memikirkan calon buah hatinya saja. Toh selama ini kau tahu sendiri kehadiranku sudah tak terlalu berarti.Perhatiannya kembali sejak aku mengandung. Adilkah itu, Nona Khana?" Areta bersikap sedikit ketus. Khana tak tahu apa salahnya, Padahal mereka berdua sudah memutuskam berteman dan menerima keadaan sebelumnya."Ada apa denganmu, Nyonya? Kenapa kau seperti marah padaku? Aku tahu Nyonya pasti kecewa menerima keputusan Tuan Husein menikah lagi, tapi tolong jangan sangkut pautkan itu denganku. Aku juga tak menyukainya," papar Khana yang intonasi suaranya mulai meninggi."Ya, Nona Khana. Saya memang kecewa akan kenyataan ini, tapi saya tidak terlalu parah terlukanya, sebab saya sudah pernah mengal
Read more

Bab 80

Malam selanjutnya, Husein menerobs masuk ke dalam kamar Areta saat pintu sudah hendak dikunci. Tubuh kuat nan tegap itu menahan dengan cepat."Saya merindukanmu, dan saya akan tidur di sini,"ujarnya dengan tatapan serius.Areta hanya berdeham pelan seraya membiarkan Husein masuk. Namun, ia enggan mengeluarkan suara."Kau masih marah?" tanya Husein lembut. Tangan kanannya mencoba membelai pipi mulus Areta."Marah untuk hal apa, Tuan?" Dingin nada bicara Areta jelas terasa bagi Husein."Saya menikahi, Flo. Areta, harus berapa kali saya jelaskan kalau itu bukanlah keinginan saya. Bahkan saat ini saya sangat menyesal.""Saya hanya syok kemarin, Tuan. Sekarang sudah tidak lagi, karena apa bedanya bagi saya? Toh cinta Tuan memang sudah terbagi," desis Areta sengaja mengungkit masalah hati suaminya.Areta sudah merasa muak mengikuti drama kehidupan yang dijalaninya. Selama tinggal di rumah Maxi, ia tenang dan tak pernah mengalami masalah. Itu menjadi perbandingannya kini."Apa maksudmu bicar
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status