Beranda / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / Bab 221 - Bab 230

Semua Bab Penguasa Dewa Naga : Bab 221 - Bab 230

349 Bab

216. Bertemu Sania Kembali!?

"Tuan Agera, biar saya saja. Magma adalah elemen yang saya latih." Mulan unjuk diri, namun malah membuat Akara menatapnya dengan tatapan aneh."Lalu kenapa masih kedinginan dan kalian melakukan hal erotis itu?" ucap Akara membuat gadis itu memalingkan wajahnya karena malu. Saat ia menoleh kembali, ada tatapan aneh dari Ririn dan Akara. Ia lalu berseru untuk menjelaskan kepada Ririn."Magma yang aku buat langsung membatu karena dingin! Lagipula, sekarang hanya perlu menggerakkannya!" "Sudah-sudah, sekarang fokus lagi," lerai Akara.Mulan lalu menyalakan aura ranahnya, ranah Gambuh bintang lima. Ia lalu membuat gerakan tangan seakan menyibakkan sesuatu di depannya, berharap kawah magma terbelah. Akan tetapi, tidak terjadi apa-apa hingga ia melakukannya lagi. Masih tidak terjadi apa-apa hingga ia kesal dan melakukannya gerakan itu secara berulang, sekarang jadi seperti orang berenang. "Sudah!" Akara menghentikannya, lalu berlutut dengan ta
Baca selengkapnya

217. Senjata Kuno? Dibuang Akara

Ririn dan Mulan juga tidak sadarkan diri, dan dalam kondisi yang sama, dililit oleh tentakel panjang. Mereka ada lebih dalam dibandingkan Akara, namun masih belum terlihat pelakunya yang berada jauh di dasar kawah. Kondisi air yang begitu hitam gelap, membuat pandangan Akara terbatasi, namun ada mata ular yang membantunya. Ia membiarkan tubuhnya ditarik, hingga akhirnya nampaklah pelaku utama. Seekor keong raksasa dengan banyak sekali tentakel panjang miliknya."Keong sialan! Beraninya kau membuat Sania begitu buruk di mataku!" Emosi Akara meledak saat melihat pelaku ilusi itu, hingga seketika tiga Esensi Surgawi keluar bersamaan dengan Aura Naganya. Tentakel yang melilitnya terpotong-potong oleh angin Surgawi, lalu Akara mengayunkan tangan. Tentakel yang melilit kedua gadis itu terpotong, lalu ada pusaran angin yang membawa keduanya menuju ke atas permukaan."Nikmati sisa hidupmu!" Akara benar-benar marah, api berkobar begitu besar menyelimuti tubuhnya. Puluhan te
Baca selengkapnya

218. Peri Salju muncul lagi!

Mereka langsung bertanya akan apa yang sudah terjadi, namun Akara tidak menjawabnya dan mengulurkan tangannya ke arah altar tempat senjata tadi. Muncullah beberapa senjata yang berjejer rapi, dengan hembusan energi yang bahkan membentuk pusaran besar. Kedua gadis itu semakin bingung dan saling melirik, kemudian Akara mencopot giok berbentuk perisai yang langsung membuat kubah pelindung kembali menyala. Menggunakan api dan angin surgawi, ia membuat hembusan seperti pemotong besi di ujung jarinya. Ia berjongkok, mengukir batu di sisi samping Altar menggunakannya. Ukiran berisi tulisan yang berbunyi."Senjata kuno yang ditempa oleh Master Penempa Agung bernama Neraka Biru. Beliau dihormati oleh para dewa penguasa alam atas. Senjata ini disegel di sini karena diperebutkan oleh master kuat di alam atas. Siapa saja yang memilikinya, akan menjadi yang terkuat di tingkatnya!" Ia melebih-lebihkannya, namun ada kalimat yang tidak sepenuhnya salah.Melihat tulisan i
Baca selengkapnya

219. Fraksi Utama di Dunia Atas?

Akara masih berjalan santai menyusuri lorong sambil menggunakan mata ularnya untuk mendeteksi area di sekitarnya. Akhirnya sampailah ia pada ruangan besar, lebih besar dari ruang senjata sebelumnya. Walau masih di dalam labirin, namun langit-langitnya begitu tinggi dan seluruh bagiannya bercahaya. Hal itu membuat pohon dan rerumputan tumbuh di sana, bahkan tidak sedikit terlihat tanaman obat. Glengg crang crang crang! Terdengar suara pertarungan dengan kobaran api yang sesekali terlihat di udara. Akan tetapi, Akara mengabaikannya dan berjalan ke arah tanaman obat. Ada juga sebuah kolam yang juga berisi berbagai tanaman obat. Tidak ada yang menarik perhatian Akara hingga akhirnya ada salah satu bahan. Ia ingat bahan itu digunakan untuk pil Astral Jiwa dan segera ia ambil, lalu bergegas menemukan bahan lainnya. Beberapa ia dapatkan hingga akhirnya mendekati pertarungan tadi.Tiga pemuda telah terpojok dan babak belur. Mereka ternyata si kembar Sung Ka dan Sung Ki, serta Rey. Sedangkan
Baca selengkapnya

220. Sin Muncul lagi!

Tubuhnya yang terlentang jadi melayang dan perlahan-lahan berdiri. Habislah dia! Baru kali ini tuan muda Gun terlihat marah besar. Ujar para bawahannya.Akara dengan santai mengulurkan tangan kanannya ke depan. Wushh... Api Surgawi tiga warna langsung berkobar, menyerap api hijau itu hingga sepenuhnya padam. Mereka semua terbelalak tak terkecuali Gun Salak sendiri."Api Surgawi!?" serunya hingga gemetaran seperti Leda Kentos."Pergilah!" ucap Akara sambil melambaikan punggung tangannya pelan, mengisyaratkannya untuk segera pergi. Mereka langsung kalang kabut kabur, meninggalkan Leda Kentos yang masih terduduk lemas."Maaf menyeret tuan Akara ke dalam masalah saya!" ucap Rey sambil mendekatinya."Tidak masalah," jawab Akara singkat."Tapi dia memiliki kedudukan tinggi di Fraksi utama!" serunya khawatir."Biarlah, ayahku juga seorang Amerta, aku juga ingin menggunakan identitas orang tua untuk merundung yang lemah," jawab Akara dengan raut wajah aneh karena muak."Jaga diri kalian!" Ia
Baca selengkapnya

221. Bertemu Gadis itu Lagi.

Glengg!! Suara pukulan yang begitu kuat terdengar, disusul oleh getaran yang bahkan menjatuhkan anak panah yang menancap di dinding. Hal itu terjadi lagi dan lagi, hingga membuat Akara geleng-geleng kepala."Barbar sekali!" gumamnya, lalu mempercepat langkahnya. Ruangan yang tidak begitu besar, dengan sebuah portal yang diselimuti oleh kubah pelindung. Berdirilah seorang gadis berpakaian putih kebiruan. Ia mengepalkan tangannya dengan energi yang menyelimutinya, lalu melayangkan pukulan pada kubah pelindung. Hentakan yang sebelumnya terdengar karena ulahnya. Saking kuatnya pukulannya, angin berhembus, menerbangkan serpihan seperti salju akibat energi dingin miliknya. Rambut hitam panjang dan roknya bahkan berhembus, memperlihatkan paha putih mulusnya serta leher dengan rambut tipis.Saat pemuda berjaket hitam sampai di pintu masuknya, ia langsung menoleh sambil mengayunkan tangannya. Beberapa kristal es yang runcing langsung meluncur dengan sangat cepat,
Baca selengkapnya

222. Terpojok bersama Lina!

Tiba-tiba Lina menoleh dengan cepat ke salah satu sisi, membuat Akara juga menoleh dan membuka mata ularnya. Ada kepulauan debu yang bergerak ke atas mereka, seperti badai pasir, namun bukan. Hawa panas terlihat dari sepanjang kepulan debu itu, semakin lama semakin jelas terlihat dan ternyata adalah kawanan kadal gurun yang besar. "Kawanan kadal, kemungkinan tingkat legendaris," jelas Akara, namun gadis itu sudah terbang menjauh menggunakan sayap perinya. Terbang begitu cepat hingga menyebabkan kepulan debu yang menerpa Akara. "Gadis ini!" Akara langsung mengembuskan angin kencang, menghalau debu dan terbang mengejar Lina. Gadis itu hanya menoleh sekilas saat merasakan ada yang menyusulnya. Mereka terus terbang begitu lama, walau tidak kepanasan, namun energi mereka terus berkurang. Beberapa saat kemudian, ada kilauan cahaya yang membuat keduanya menoleh. "Oasis!" seru Akara saat melihat sebuah danau yang dikelilingi oleh pohon kelapa dan rerumputan hij
Baca selengkapnya

223. Domain di Angkasa

Hawa panas yang begitu besar, berada di ujung kilatan petir. Ya, sangat cepat karena ia pusat petir itu tercipta. Akara langsung menoleh ke arah para elang dan berteriak."Woi damai! Ada monster mengerikan di dalam badai itu!" Opi dan Lina langsung ikut kaget dan bertanya dengan kompaknya."Ada apa!?""Tidak tau, hanya saja hawa keberadaan yang mengerikan!" jawabnya, lalu menoleh kembali ke arah kedua elang."Woi!" teriak Akara lagi karena tidak ada jawaban dari mereka. "Percuma saja, mereka seperti tidak memiliki jiwa!" seru Opi membuat Akara segera melihat ke mata para elang. Benar-benar kosong seperti saat ia melihat ke mata Wyvern milik Yog Aren. Karena kedua elang semakin mendekat, Akara melemparkan pusaran angin lagi. Bukan ke arah bawah, namun langsung ke arah para elang. Para elang terganggu dan melambat, namun badai petir sudah ada di depan mata. Mereka mendongak ke atas, melihat betapa besarnya awan hitam de
Baca selengkapnya

224. Berdua di Oasis bersama Lina

Wyvern itu kembali mengisi ulang energinya dan membuat bola, sedangkan Akara juga duduk bersila untuk memulihkan luka sengatan listrik. Ia masih menatap ke arah binatang sihir itu dengan tajam."Setiap domain pasti memiliki kelemahan," gumamnya, lalu menoleh ke arah Lina seperti terkejut. Ia lalu melompat berdiri, sedangkan gadis itu hanya menatapnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun."Opi! Apa tingkatanmu sudah naik?" serunya membuat Opi menoleh dengan tatapan kesal dan tajam, lalu menghela napas sambil melihat ke depan kembali."Ya, 3 pola tingkat mistis," jawabnya."Cepat masuk ke dalam domainmu!" seru Akara membuat Opi jadi terkejut bersemangat.Wushh... Mereka langsung berpindah tempat. Lokasi yang begitu dingin dengan pencahayaan yang kurang karena badai salju. Mereka terbang di atas hutan cemara yang diselimuti oleh salju tebal. Di depan mereka juga ada sepasang gunung tinggi yang juga diselimuti oleh salju."Cari kelemaha
Baca selengkapnya

225. Esensi Petir Surgawi

Di salah satu sisi gurun pasir, lebih sari selusin pemuda berkumpul. Ada yang berdiri menantang langit, ada juga yang duduk. Di bawah mereka, yang digunakan untuk duduk dan pijakan merupakan puluhan kadal yang sebelumnya mengejar Akara. Mereka berpakaian putih tipis, dengan sebuah lencana di dadanya. Lencana berbentuk matahari berwarna keemasan.Dua orang terbang dari arah badai petir dan mendarat dan berlutut kepada pemimpin mereka. "Tuan muda Sukro!" serunya pada pemuda dengan baju tanpa lengan, memperlihatkan otot lengannya yang terbentuk. Sorot matanya begitu tajam namun tengil, dengan pupil mata hitam dengan garis-garis keemasan. "Terkonfirmasi benar, Esensi itu membentuk wujud Wyvern!" lanjutnya membuat laporan.Pemuda bernama Sukro itu langsung tersenyum menyeringai, menunduk sambil mengangkat satu tangannya yang menguat, memperjelas otot-ototnya. "Dapat!" teriaknya dengan wajah penuh semangat yang berkobar begitu besar, hingga
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2122232425
...
35
DMCA.com Protection Status