Glengg!! Suara pukulan yang begitu kuat terdengar, disusul oleh getaran yang bahkan menjatuhkan anak panah yang menancap di dinding. Hal itu terjadi lagi dan lagi, hingga membuat Akara geleng-geleng kepala.
"Barbar sekali!" gumamnya, lalu mempercepat langkahnya.Ruangan yang tidak begitu besar, dengan sebuah portal yang diselimuti oleh kubah pelindung. Berdirilah seorang gadis berpakaian putih kebiruan. Ia mengepalkan tangannya dengan energi yang menyelimutinya, lalu melayangkan pukulan pada kubah pelindung. Hentakan yang sebelumnya terdengar karena ulahnya. Saking kuatnya pukulannya, angin berhembus, menerbangkan serpihan seperti salju akibat energi dingin miliknya. Rambut hitam panjang dan roknya bahkan berhembus, memperlihatkan paha putih mulusnya serta leher dengan rambut tipis.Saat pemuda berjaket hitam sampai di pintu masuknya, ia langsung menoleh sambil mengayunkan tangannya. Beberapa kristal es yang runcing langsung meluncur dengan sangat cepat,Tiba-tiba Lina menoleh dengan cepat ke salah satu sisi, membuat Akara juga menoleh dan membuka mata ularnya. Ada kepulauan debu yang bergerak ke atas mereka, seperti badai pasir, namun bukan. Hawa panas terlihat dari sepanjang kepulan debu itu, semakin lama semakin jelas terlihat dan ternyata adalah kawanan kadal gurun yang besar. "Kawanan kadal, kemungkinan tingkat legendaris," jelas Akara, namun gadis itu sudah terbang menjauh menggunakan sayap perinya. Terbang begitu cepat hingga menyebabkan kepulan debu yang menerpa Akara. "Gadis ini!" Akara langsung mengembuskan angin kencang, menghalau debu dan terbang mengejar Lina. Gadis itu hanya menoleh sekilas saat merasakan ada yang menyusulnya. Mereka terus terbang begitu lama, walau tidak kepanasan, namun energi mereka terus berkurang. Beberapa saat kemudian, ada kilauan cahaya yang membuat keduanya menoleh. "Oasis!" seru Akara saat melihat sebuah danau yang dikelilingi oleh pohon kelapa dan rerumputan hij
Hawa panas yang begitu besar, berada di ujung kilatan petir. Ya, sangat cepat karena ia pusat petir itu tercipta. Akara langsung menoleh ke arah para elang dan berteriak."Woi damai! Ada monster mengerikan di dalam badai itu!" Opi dan Lina langsung ikut kaget dan bertanya dengan kompaknya."Ada apa!?""Tidak tau, hanya saja hawa keberadaan yang mengerikan!" jawabnya, lalu menoleh kembali ke arah kedua elang."Woi!" teriak Akara lagi karena tidak ada jawaban dari mereka. "Percuma saja, mereka seperti tidak memiliki jiwa!" seru Opi membuat Akara segera melihat ke mata para elang. Benar-benar kosong seperti saat ia melihat ke mata Wyvern milik Yog Aren. Karena kedua elang semakin mendekat, Akara melemparkan pusaran angin lagi. Bukan ke arah bawah, namun langsung ke arah para elang. Para elang terganggu dan melambat, namun badai petir sudah ada di depan mata. Mereka mendongak ke atas, melihat betapa besarnya awan hitam de
Wyvern itu kembali mengisi ulang energinya dan membuat bola, sedangkan Akara juga duduk bersila untuk memulihkan luka sengatan listrik. Ia masih menatap ke arah binatang sihir itu dengan tajam."Setiap domain pasti memiliki kelemahan," gumamnya, lalu menoleh ke arah Lina seperti terkejut. Ia lalu melompat berdiri, sedangkan gadis itu hanya menatapnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun."Opi! Apa tingkatanmu sudah naik?" serunya membuat Opi menoleh dengan tatapan kesal dan tajam, lalu menghela napas sambil melihat ke depan kembali."Ya, 3 pola tingkat mistis," jawabnya."Cepat masuk ke dalam domainmu!" seru Akara membuat Opi jadi terkejut bersemangat.Wushh... Mereka langsung berpindah tempat. Lokasi yang begitu dingin dengan pencahayaan yang kurang karena badai salju. Mereka terbang di atas hutan cemara yang diselimuti oleh salju tebal. Di depan mereka juga ada sepasang gunung tinggi yang juga diselimuti oleh salju."Cari kelemaha
Di salah satu sisi gurun pasir, lebih sari selusin pemuda berkumpul. Ada yang berdiri menantang langit, ada juga yang duduk. Di bawah mereka, yang digunakan untuk duduk dan pijakan merupakan puluhan kadal yang sebelumnya mengejar Akara. Mereka berpakaian putih tipis, dengan sebuah lencana di dadanya. Lencana berbentuk matahari berwarna keemasan.Dua orang terbang dari arah badai petir dan mendarat dan berlutut kepada pemimpin mereka. "Tuan muda Sukro!" serunya pada pemuda dengan baju tanpa lengan, memperlihatkan otot lengannya yang terbentuk. Sorot matanya begitu tajam namun tengil, dengan pupil mata hitam dengan garis-garis keemasan. "Terkonfirmasi benar, Esensi itu membentuk wujud Wyvern!" lanjutnya membuat laporan.Pemuda bernama Sukro itu langsung tersenyum menyeringai, menunduk sambil mengangkat satu tangannya yang menguat, memperjelas otot-ototnya. "Dapat!" teriaknya dengan wajah penuh semangat yang berkobar begitu besar, hingga
Pemuda berjaket hitam itu melayang dengan latar langit biru yang cerah. Kedua tangannya berlumuran darah, yang di tangan kanannya membeku menjadi kristal es berbentuk cakar Naga. Benda kecil berbentuk ∞ melayang di genggaman cakar naganya. Energi yang bergerak memutar berbentuk infinite itu berwarna putih, namun energi dan listrik yang menyelimutinya berwarna ungu. "Agk!" Ia tiba-tiba merasa kesakitan dan tangan kirinya langsung memegangi dadanya. Walau masih merasakan sakit, ia malah terkekeh geli, mengingat secara gila-gilaan menggunakan Aura Naganya. Crangg!! Secara tiba-tiba ada pancaran cahaya laser berwarna keemasan mengenai cakar Naga miliknya hingga hancur. Dengan darah yang melumuri tangannya yang gemetaran, ia menoleh ke arah datangnya laser tadi. Di bawah sana sudah ada sekumpulan pemuda berpakaian putih, dengan pemimpinnya yang melambai-lambai tangan sok asik. Kebahagiaan di wajah Akara pudar, ia langsung mengeratkan giginya dengan
"Awas kau!" Akara memukul kubah pelindung dengan begitu keras, hingga berhasil menggetarkannya. Akan tetapi, fokusnya lalu tertuju pada Drake bernama Komo."Komo, apa yang terjadi!?" Akara lalu mengeluarkan botol obat, bahkan sampai melepaskan Esensi Petir Surgawi. Setelah diberikan pil, Komo lalu menjelaskan apa yang terjadi padanya. Ia hanya menjelaskan tentang dirinya yang terlempar ke dunia asing, lalu diselamatkan oleh Sin. Ia terbayang-bayang ancaman dari pria bernama Segoro. "Akhirnya dapat juga?" Komo menoleh ke arah Esensi Petir Surgawi yang melayang di samping Akara. Pemuda itu lalu bergegas mengambilnya dan masuk ke dalam Oasis. Lina sudah tidak ada di sana, namun dia tidak terlalu memperdulikannya. Ia langsung melompat ke tengah -tengah danau, membekukan air sebagai pijakannya dan duduk bersila di sana. Komo hanya menonton dari pinggir danau saat ketiga Esensi muncul di dada tuannya. Dengan Aura Alkemis yang menyala, aliran energi dari ketiga Esensi Surgawi berkumpul, ber
Akara tidak bisa menemukan lokasi resletingnya, hingga membuat Lina melepaskan ciumannya dan tersenyum tipis. Pemuda itu hanya bisa nyengir merasa malu, lalu Lina menghembus energi di dada Akara, membuatnya langsung terhempas ke arah ranjang. Ia terlentang dan berusaha berdiri, namun berhenti saat melihat Lina. Gadis itu sudah di ujung ranjang, walau saling kontak mata, namun tangannya bergerak untuk melepaskan pakaiannya sendiri. Pakaiannya jatuh saat ia melangkahkan kakinya ke atas ranjangnya, lalu merangkak maju hingga sepenuhnya terlepas. Kini tinggal pakaian dalamnya saja yang masih menempel.Gadis itu mendominasi Akara, berada di atasnya dengan terus mencumbuinya dan tangannya bergerak untuk melepaskan bajunya. Begitu otot perutnya terlihat, ia langsung menyentuhnya, lalu dengan halus merabanya turun. Ia menyusupkan jari-jari lentiknya masuk ke dalam celana dan menggenggam benda yang sudah mengeras di sana. Ciumannya dilepaskan, lalu sambil tetap menggengam isi celana, tangan s
Dengan cahaya kemerahan yang menerpa akibat matahari yang sudah di ujung cakrawala, beberapa pemuda sudah babak belur penuh luka. Sukro, pemuda yang memimpin mereka juga tidak ada bedanya, pakaiannya sudah berlubang-lubang bekas pukulan. Di depan mereka, ada seorang pemuda bercelana panjang hitam, mengenakan kemeja yang juga hitam dengan tidak adanya beberapa kancing atasnya hingga dada bidangnya terlihat.Pakaiannya juga mengalami sobek-sobek di banyak tempat, namun ia terlihat masih begitu bugar. Pemuda dengan raut wajah acuh tak acuh itu lalu mengulurkan tangannya ke depan, srekk... Muncullah pecahan benda yang terbuat dari emas dengan jumlah 9 keping. Para pemuda di depannya langsung terkejut, melihat benda yang diselimuti oleh energi itu."Kepingan Catatan Kuno sebanyak itu!?" seru mereka, lalu kepingan itu bergerak secara acak dan begitu cepat, hingga akhirnya ada benturan dari dua keping. Jlengg... Benturan dengan percikan api, disusul hentakan energi saat pecahan seperti puzz