Home / Fantasi / Penguasa Dewa Naga / 218. Peri Salju muncul lagi!

Share

218. Peri Salju muncul lagi!

Author: Aldho Alfina
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Mereka langsung bertanya akan apa yang sudah terjadi, namun Akara tidak menjawabnya dan mengulurkan tangannya ke arah altar tempat senjata tadi. Muncullah beberapa senjata yang berjejer rapi, dengan hembusan energi yang bahkan membentuk pusaran besar. Kedua gadis itu semakin bingung dan saling melirik, kemudian Akara mencopot giok berbentuk perisai yang langsung membuat kubah pelindung kembali menyala.

Menggunakan api dan angin surgawi, ia membuat hembusan seperti pemotong besi di ujung jarinya. Ia berjongkok, mengukir batu di sisi samping Altar menggunakannya. Ukiran berisi tulisan yang berbunyi.

"Senjata kuno yang ditempa oleh Master Penempa Agung bernama Neraka Biru. Beliau dihormati oleh para dewa penguasa alam atas. Senjata ini disegel di sini karena diperebutkan oleh master kuat di alam atas. Siapa saja yang memilikinya, akan menjadi yang terkuat di tingkatnya!" Ia melebih-lebihkannya, namun ada kalimat yang tidak sepenuhnya salah.

Melihat tulisan i
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Penguasa Dewa Naga    219. Fraksi Utama di Dunia Atas?

    Akara masih berjalan santai menyusuri lorong sambil menggunakan mata ularnya untuk mendeteksi area di sekitarnya. Akhirnya sampailah ia pada ruangan besar, lebih besar dari ruang senjata sebelumnya. Walau masih di dalam labirin, namun langit-langitnya begitu tinggi dan seluruh bagiannya bercahaya. Hal itu membuat pohon dan rerumputan tumbuh di sana, bahkan tidak sedikit terlihat tanaman obat. Glengg crang crang crang! Terdengar suara pertarungan dengan kobaran api yang sesekali terlihat di udara. Akan tetapi, Akara mengabaikannya dan berjalan ke arah tanaman obat. Ada juga sebuah kolam yang juga berisi berbagai tanaman obat. Tidak ada yang menarik perhatian Akara hingga akhirnya ada salah satu bahan. Ia ingat bahan itu digunakan untuk pil Astral Jiwa dan segera ia ambil, lalu bergegas menemukan bahan lainnya. Beberapa ia dapatkan hingga akhirnya mendekati pertarungan tadi.Tiga pemuda telah terpojok dan babak belur. Mereka ternyata si kembar Sung Ka dan Sung Ki, serta Rey. Sedangkan

  • Penguasa Dewa Naga    220. Sin Muncul lagi!

    Tubuhnya yang terlentang jadi melayang dan perlahan-lahan berdiri. Habislah dia! Baru kali ini tuan muda Gun terlihat marah besar. Ujar para bawahannya.Akara dengan santai mengulurkan tangan kanannya ke depan. Wushh... Api Surgawi tiga warna langsung berkobar, menyerap api hijau itu hingga sepenuhnya padam. Mereka semua terbelalak tak terkecuali Gun Salak sendiri."Api Surgawi!?" serunya hingga gemetaran seperti Leda Kentos."Pergilah!" ucap Akara sambil melambaikan punggung tangannya pelan, mengisyaratkannya untuk segera pergi. Mereka langsung kalang kabut kabur, meninggalkan Leda Kentos yang masih terduduk lemas."Maaf menyeret tuan Akara ke dalam masalah saya!" ucap Rey sambil mendekatinya."Tidak masalah," jawab Akara singkat."Tapi dia memiliki kedudukan tinggi di Fraksi utama!" serunya khawatir."Biarlah, ayahku juga seorang Amerta, aku juga ingin menggunakan identitas orang tua untuk merundung yang lemah," jawab Akara dengan raut wajah aneh karena muak."Jaga diri kalian!" Ia

  • Penguasa Dewa Naga    221. Bertemu Gadis itu Lagi.

    Glengg!! Suara pukulan yang begitu kuat terdengar, disusul oleh getaran yang bahkan menjatuhkan anak panah yang menancap di dinding. Hal itu terjadi lagi dan lagi, hingga membuat Akara geleng-geleng kepala."Barbar sekali!" gumamnya, lalu mempercepat langkahnya. Ruangan yang tidak begitu besar, dengan sebuah portal yang diselimuti oleh kubah pelindung. Berdirilah seorang gadis berpakaian putih kebiruan. Ia mengepalkan tangannya dengan energi yang menyelimutinya, lalu melayangkan pukulan pada kubah pelindung. Hentakan yang sebelumnya terdengar karena ulahnya. Saking kuatnya pukulannya, angin berhembus, menerbangkan serpihan seperti salju akibat energi dingin miliknya. Rambut hitam panjang dan roknya bahkan berhembus, memperlihatkan paha putih mulusnya serta leher dengan rambut tipis.Saat pemuda berjaket hitam sampai di pintu masuknya, ia langsung menoleh sambil mengayunkan tangannya. Beberapa kristal es yang runcing langsung meluncur dengan sangat cepat,

  • Penguasa Dewa Naga    222. Terpojok bersama Lina!

    Tiba-tiba Lina menoleh dengan cepat ke salah satu sisi, membuat Akara juga menoleh dan membuka mata ularnya. Ada kepulauan debu yang bergerak ke atas mereka, seperti badai pasir, namun bukan. Hawa panas terlihat dari sepanjang kepulan debu itu, semakin lama semakin jelas terlihat dan ternyata adalah kawanan kadal gurun yang besar. "Kawanan kadal, kemungkinan tingkat legendaris," jelas Akara, namun gadis itu sudah terbang menjauh menggunakan sayap perinya. Terbang begitu cepat hingga menyebabkan kepulan debu yang menerpa Akara. "Gadis ini!" Akara langsung mengembuskan angin kencang, menghalau debu dan terbang mengejar Lina. Gadis itu hanya menoleh sekilas saat merasakan ada yang menyusulnya. Mereka terus terbang begitu lama, walau tidak kepanasan, namun energi mereka terus berkurang. Beberapa saat kemudian, ada kilauan cahaya yang membuat keduanya menoleh. "Oasis!" seru Akara saat melihat sebuah danau yang dikelilingi oleh pohon kelapa dan rerumputan hij

  • Penguasa Dewa Naga    223. Domain di Angkasa

    Hawa panas yang begitu besar, berada di ujung kilatan petir. Ya, sangat cepat karena ia pusat petir itu tercipta. Akara langsung menoleh ke arah para elang dan berteriak."Woi damai! Ada monster mengerikan di dalam badai itu!" Opi dan Lina langsung ikut kaget dan bertanya dengan kompaknya."Ada apa!?""Tidak tau, hanya saja hawa keberadaan yang mengerikan!" jawabnya, lalu menoleh kembali ke arah kedua elang."Woi!" teriak Akara lagi karena tidak ada jawaban dari mereka. "Percuma saja, mereka seperti tidak memiliki jiwa!" seru Opi membuat Akara segera melihat ke mata para elang. Benar-benar kosong seperti saat ia melihat ke mata Wyvern milik Yog Aren. Karena kedua elang semakin mendekat, Akara melemparkan pusaran angin lagi. Bukan ke arah bawah, namun langsung ke arah para elang. Para elang terganggu dan melambat, namun badai petir sudah ada di depan mata. Mereka mendongak ke atas, melihat betapa besarnya awan hitam de

  • Penguasa Dewa Naga    224. Berdua di Oasis bersama Lina

    Wyvern itu kembali mengisi ulang energinya dan membuat bola, sedangkan Akara juga duduk bersila untuk memulihkan luka sengatan listrik. Ia masih menatap ke arah binatang sihir itu dengan tajam."Setiap domain pasti memiliki kelemahan," gumamnya, lalu menoleh ke arah Lina seperti terkejut. Ia lalu melompat berdiri, sedangkan gadis itu hanya menatapnya tanpa menunjukkan ekspresi apapun."Opi! Apa tingkatanmu sudah naik?" serunya membuat Opi menoleh dengan tatapan kesal dan tajam, lalu menghela napas sambil melihat ke depan kembali."Ya, 3 pola tingkat mistis," jawabnya."Cepat masuk ke dalam domainmu!" seru Akara membuat Opi jadi terkejut bersemangat.Wushh... Mereka langsung berpindah tempat. Lokasi yang begitu dingin dengan pencahayaan yang kurang karena badai salju. Mereka terbang di atas hutan cemara yang diselimuti oleh salju tebal. Di depan mereka juga ada sepasang gunung tinggi yang juga diselimuti oleh salju."Cari kelemaha

  • Penguasa Dewa Naga    225. Esensi Petir Surgawi

    Di salah satu sisi gurun pasir, lebih sari selusin pemuda berkumpul. Ada yang berdiri menantang langit, ada juga yang duduk. Di bawah mereka, yang digunakan untuk duduk dan pijakan merupakan puluhan kadal yang sebelumnya mengejar Akara. Mereka berpakaian putih tipis, dengan sebuah lencana di dadanya. Lencana berbentuk matahari berwarna keemasan.Dua orang terbang dari arah badai petir dan mendarat dan berlutut kepada pemimpin mereka. "Tuan muda Sukro!" serunya pada pemuda dengan baju tanpa lengan, memperlihatkan otot lengannya yang terbentuk. Sorot matanya begitu tajam namun tengil, dengan pupil mata hitam dengan garis-garis keemasan. "Terkonfirmasi benar, Esensi itu membentuk wujud Wyvern!" lanjutnya membuat laporan.Pemuda bernama Sukro itu langsung tersenyum menyeringai, menunduk sambil mengangkat satu tangannya yang menguat, memperjelas otot-ototnya. "Dapat!" teriaknya dengan wajah penuh semangat yang berkobar begitu besar, hingga

  • Penguasa Dewa Naga    226. Sin Penyelamat dan Pengganggu

    Pemuda berjaket hitam itu melayang dengan latar langit biru yang cerah. Kedua tangannya berlumuran darah, yang di tangan kanannya membeku menjadi kristal es berbentuk cakar Naga. Benda kecil berbentuk ∞ melayang di genggaman cakar naganya. Energi yang bergerak memutar berbentuk infinite itu berwarna putih, namun energi dan listrik yang menyelimutinya berwarna ungu. "Agk!" Ia tiba-tiba merasa kesakitan dan tangan kirinya langsung memegangi dadanya. Walau masih merasakan sakit, ia malah terkekeh geli, mengingat secara gila-gilaan menggunakan Aura Naganya. Crangg!! Secara tiba-tiba ada pancaran cahaya laser berwarna keemasan mengenai cakar Naga miliknya hingga hancur. Dengan darah yang melumuri tangannya yang gemetaran, ia menoleh ke arah datangnya laser tadi. Di bawah sana sudah ada sekumpulan pemuda berpakaian putih, dengan pemimpinnya yang melambai-lambai tangan sok asik. Kebahagiaan di wajah Akara pudar, ia langsung mengeratkan giginya dengan

Latest chapter

  • Penguasa Dewa Naga    Note Author

    Alhamdulillah selesai Season 1! Terima kasih buat yang sudah mendukung Author, semoga terhibur dengan imajinasi saya. Mohon maaf bila banyak kesalahan author, baik penulisan kata-kata yang kurang berkenan di hati para pembaca ataupun yang lainnya. Para pendukung semoga sehat selalu dan dilancarkan rezekinya, jadi dapat terus mengikuti perkembangan author dan Akara. Author akan hiatus dulu dan akan mulai kembali bulan depan, semoga diberikan kelancaran untuk semuanya. Oh iya, Author sarankan untuk membaca ulang Arc 1 (bab1-52) percayalah, ada rencana bagus yang Author siapkan untuk Akara. ******* Penguasa Dewa Naga Season 2 Takdir merenggut semua orang terkasihnya, membuat kekuatannya lepas kendali dan menciptakan lubang hitam. Dirinya terhisap ke dalam lubang hitam, lalu muncul kembali di dunia yang dipenuhi oleh api dan kekerasan. Neraka? Seperti itulah gambaran dunia ini. Dengan ingatan yang masih membekas, Akara mencari cara untuk keluar dari dunia itu. Menggunakan nama samaran

  • Penguasa Dewa Naga    338. Akhir Adalah sebuah Permulaan!

    Pemuda dengan pakaian compang camping penuh luka bakar dan menenteng sepasang pedang kayu hitam, muncul di atas sebuah sungai, di belakangnya ada gua di bawah air terjun yang sudah hancur. Ia lalu melihat ke arah hilir sungai, pemukiman di pinggir bantaran sungai sudah hancur berantakan, dengan pepohonan raksasa yang ambruk dari hutan di belakangnya. Selain tubuh manusia yang berserakan, juga banyak binatang sihir raksasa yang kondisinya tidak jauh berbeda. "Tuan Agera!" teriak seseorang yang wajah dan tubuhnya penuh bekas luka, namun kali ini banyak sekali tambahan luka di tubuhnya. Ia tertatih-tatih mendekat, lalu melesat terbang mendekati pemuda itu. "Marbun Bidara! Kekaisaran Gletser Abadi!"Akara langsung menoleh ke samping, kesadarannya langsung mendeteksi ribuan mil di depan sana. Wush!... Dalam sekejap, ia sudah berada di atas gletser kutub, meninggalkan robekan ruang yang gelap di udara, seakan menggaris langit sejauh ribuan mil. Gleng!... Ia melompat turun, membuat cekung

  • Penguasa Dewa Naga    337. Saling Membunuh!

    447Walau tubuhnya masih penuh luka bakar yang mulai mengering, ia mengangkat satu tangannya ke atas. Wush!... Ketiga Auranya menyala, membuat hembusan energi dan seketika energi meluap keluar dari tubuhnya, membentuk aliran energi yang bergerak ke atas. Enegi itu membentuk lingkaran energi besar yang memiliki pola rumit layaknya di atas altar teleportasi. "Kau ingin kabur!?" Sonic Boom terbentuk di belakang Rose, sambil mengulurkan satu tangan ke depan dan segera diselimuti oleh energi merah berbentuk cakar. Akan tetapi, lingkaran teleportasi sudah sepenuhnya menyala dan Whup!... Para master Alkemis menghilang, namun ternyata Akara masih berada di sana. Cring!... Ia menangkis cakar rubah menggunakan pedang kayunya sambil tersenyum menyeringai."Sudah aku bilang, aku akan membunuhmu!"Wush!... Rose melesat menjauh bagaikan bayangan, namun Akara langsung berada di depannya. Mereka melesat hingga luka bakar di tubuh keduanya terlepas sendiri-sendiri. Akara terus mengincar lehernya, mem

  • Penguasa Dewa Naga    336. Penculik Master Alkemis!

    Laser menembus energi pelindung dan langsung menerpa tubuhnya, cukup lama laser bersinar hingga akhirnya padam. Gelombang radiasi panas masih memenuhi angkasa lepas, lalu ada bongkahan batu yang menyala merah. Krek!... Batu itu retak dan tidak lama kemudian hancur, muncullah pemuda berjaket hitam di dalamnya. Walau tubuhnya diselimuti oleh Esensi Surgawi, namun pakaian dan tubuhnya penuh luka bakar. "Apa aku bilang!" seru Komo, namun tuannya masih terlihat santai dan meraih kedua pedangnya kembali. Akan tetapi.."Agkh!" Ia langsung memegangi dadanya dan tatapannya begitu tajam melihat ke arah gadis rubah di depannya. "Ada apa Akara!?"Ia menjawabnya sambil menahan emosi dan giginya mengatup karena sangat geram. "Kubah pelindung di kota Bhinneka telah hancur, bahkan yang menyelimuti Gua Pelindung Harapan juga hancur!"Rose lalu tertawa puas, seolah-olah dia dapat mendengar apa yang Akara katakan. "Apa kau merasakannya!? Pasukanku telah menemukan keberadaan kekasih fanamu! Para gadism

  • Penguasa Dewa Naga    335. Peniru Higanbana!

    335Di angkasa lepas yang gelap dan dihiasi cahaya bintang. Bruak!... Rose kembali tertahan oleh dinding transparan dan Akara langsung berada di depannya, memukul hidungnya dengan sekuat tenaga. Dinding transparan langsung hancur dan gadis itu terlempar ke belakang. Akara ingin membuat dinding transparan lagi, namun segera ada energi kematian yang menyelimuti tubuh Rose. Gadis itu tidak lagi menabrak dinding transparan dan menembusnya. Akan tetapi, Akara tetap muncul di depannya dengan mengayunkan pedangnya. Tring tring!... Benturan pedang dan cakar rubah menciptakan percikan api, lalu mereka saling menyerang sambil terus melesat. Bugh!... Rose menendang perut Akara hingga terlempar mundur, namun pemuda itu langsung berteleport di belakangnya. Crang!... Ia mengayunkan pedangnya, ditahan oleh selendang, namun tetap membuat meluncur jauh. Ia kembali berteleport dan menendang punggungnya, hingga melenting sebelum terlempar. Gadis itu terlempar menuju planet di dekatnya, terbakar saat mem

  • Penguasa Dewa Naga    334. Raja Kutukan!

    Kubah pelindung arena bergetar hebat, membuat semua orang menoleh, termasuk para penyandera dan yang di sandera. Pria bertopeng kucing oranye sempat melirik leher penyandera, namun getaran itu tidak berlangsung lama. ...Di dalam arena, bongkahan batu tadi sudah menyala merah layaknya bara api. Sedangkan Rose diselimuti oleh selendangnya yang perlahan-lahan membuka. Ia terkekeh saat melihat sekitarnya dipenuhi asap bekas terbakar. "Kau bodoh! Membakar seluruh tempat hanya akan membunuh dirimu sendiri! Sekarang tidak ada lagi oksigen untukmu ber..." Ia terdiam saat bongkahan batu yang melayang-layang tersibak, nampaklah pemuda berjaket hitam yang melebarkan kedua tangannya ke samping. Di ujung telapak tangannya, ada sebuah benda seperti kelereng yang bercahaya sangat terang, dengan ketiga auranya yang menyala. Aliran energi sangat lebar layaknya selendang sutra merahnya, bergerak masuk ke dalam kedua titik bercahaya. "Sudah kubilang, aku akan membunuhmu!" Akara menyeringai, namun se

  • Penguasa Dewa Naga    333. Ledakan Kilonova

    333Mengetahui kekasihnya disandera, puluhan bor spiral terbentuk dan langsung melesat, meliuk-liuk menghindari selendang merah yang hendak menangkisnya. Akan tetapi, ada energi kematian yang langsung membuat bor spiral melebur. Benar-benar lenyap di udara tanpa menyisakan sebutir debupun. Ia langsung berhenti, melihat Lina yang pergi bersama pasukan yang mengepungnya, memasuki portal dan menghilang. "Lihatlah! Apalagi yang bisa kau miliki!? Sang Peri Salju telah pergi, putri Kaisar Atla telah dikepung, tidak ada yang bisa kau lakukan lagi!?" Wush tring tring tring tring!... Akara melesat dengan tatapan tajam ke arahnya. Walau banyak selendang yang menghadang, namun ia tebas begitu mudahnya. Karena terus mendekat, energi kematian seperti asap hitam kehijauan keluar dari tubuh Rose. Persis seperti seekor gurita yang menyemprotkan tintanya. Akan tetapi, ada angin yang berputar, menembus kepulan energi kematian. Ia melesat dan sudah siap posisi Cakaran Naga Hitam, membuat gadis itu terb

  • Penguasa Dewa Naga    332. Kekacauan

    Kedua peserta sudah berada di atas arena, mereka masih terlihat begitu tenang, walau gong tanda mulainya pertandingan sudah berbunyi. "Apa yang kau lakukan? Cepat menyerah!" Komo yang tidak sabar langsung melompat dan bertengger di pundaknya."Iya iya!" Akara ingin mengangkat tangannya, namun gadis yang menjadi lawannya berbicara. "Kau mirip dengan ayahmu!"Akara langsung menarik kembali tangannya dan menatapnya sambil mengernyitkan dahi. "Kau kenal ayahku?"Rose langsung tertawa lepas, lalu berjalan mendekat sambil berkata. "Tidak hanya kenal!" Ia mengangkat satu tangannya. "Dengan tangan ini aku membunuhnya!" Akara langsung terbelalak dan mengepal erat, namun masih berusaha menahan emosinya. "Apa maksudmu!?"Gadis itu kembali tertawa puas dan terdengar menakutkan, lalu berkata dengan ritme cepat. "Kau tau bagaimana ekspresi ibumu si Rani yang marah meluap-luap? Kau tau bagaimana ekspresi Violet yang dingin dan menak

  • Penguasa Dewa Naga    331. Pertemuan 2 Gadisnya

    Akara berjalan di sebuah lorong sambil menggandeng tangan kekasihnya. Di lorong yang sepi, namun terdengar suara riuh dari penonton dari sebuah tribun di atas mereka. Saat itulah mereka berpapasan dengan seorang gadis bergaun merah dan bercadar. Langkahnya begitu tenang dan mantap saat melewati lorong, ditemani oleh seorang pemuda berpakaian rapi. Akara langsung mengenali pemuda itu, sang wakil komandan pasukan Bintang, Baester. Ia langsung mempercepat langkahnya dan mendekat, lalu melebarkan tangan kanannya ke samping, menyentuh dinding lorong dan menghalangi jalan mereka.Melihat nonanya dihadang, Baester langsung menghardiknya. "Akara, apa yang kau lakukan!?"Akara lalu menatapnya dan berkata dengan tenang. "Pergilah!" Ia langsung membuat pemuda itu tehentak, lalu gadis bercadar berkata tanpa menoleh. "Pergilah terlebih dahulu!""Baik nona!" Ia langsung melesat pergi, sedangkan Akara langsung tersenyum lebar dan berkata."Kenapa memak

DMCA.com Protection Status