Rotate

Rotate

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-12-24
Oleh:  Olppaemi  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
24Bab
2.0KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Aku menatap penyihir di depanku dengan putus asa, “Ajari aku bagaimana menggunakan sihir, Kumohon.” “Untuk apa?” tanya penyihir itu ketus, pandangannya terasa sangat merendahkanku. Aku menggigit bibir, “Ada seseorang yang harus ku selamatkan sekarang, aku butuh kekuatan.” “Hm…” ucapnya sambil berjalan mengelilingiku. “Maaf kau tak pantas. Aku tak ingin memiliki murid pengecut sepertimu.” katanya pedas. Aku menyentuh sayatan di leherku yang masih segar. Ya, ku akui aku memang pengecut… tapi, jika bukan karena penyihir di depanku yang sudah memberikanku sedikit harapan mungkin aku tak akan memiliki keberanian seperti sekarang. “Beri aku kesempatan.” kataku sambil menegakkan kepala yang semula tertunduk, “Akan ku buktikan kesungguhanku padamu!” Penyihir itu menyeringai, “Aku suka semangatmu, jangan mengecewakanku.” Katanya sambil berjalan pergi. Aku mengepalkan tangan semangat, masih ada harapan untuk menyelamatkannya. Seseorang dengan manik kemerahan yang sudah menemani hariku yang suram. Diantara jejeran rank kelas atas seperti siren, werewolf, vampir dan makhluk lainnya ia masih mau memilih menemaniku yang hanya seorang manusia biasa pembuat onar di pusat penjualan. Tapi, Masih sempatkah aku menyelamatkannya?

Lihat lebih banyak

Bab terbaru

Pratinjau Gratis

Re : 0

“LEPASKAN!” Aku berusaha melepaskan tanganku dari para penjaga. Dua beast dengan tubuh besar itu menghadangku sekuat tenaga. Padahal aku hanyalah manusia biasa, apa yang mereka takutkan dari seorang gadis kecil tidak berdaya seperti hewan yang sedang terluka ini?. Pandanganku kabur, air mata yang sejak tadi aku bendung akhirnya jatuh juga. Mereka membawanya. Satu satunya harta berhargaku, keluargaaku. Mereka merebut paksa sesuatu yang harusnya menjadi milikku. Aku berteriak kencang, berharap orang di sebrang sana mendengar jeritanaku. Jeritan yang terdengar pilu dan menyayat hati. “RAYN!” jeritaku berulang ulang. Air mata menetes dari mataku. Rayn kini telah menghilang, kereta besar telah membawanya pergi, tidak satupun panggilanku dapat mencapainya. Kedua beast itu melepaskanku. Aku terduduk bersimpuh di atas tanah kotor penuh salju. Kakiku memerah, suhu malam ini sangat dingin. Aku bisa merasakan gigiku yang mulai bergemeletuk saking dingin

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
24 Bab

Re : 0

“LEPASKAN!” Aku berusaha melepaskan tanganku dari para penjaga. Dua beast dengan tubuh besar itu menghadangku sekuat tenaga. Padahal aku hanyalah manusia biasa, apa yang mereka takutkan dari seorang gadis kecil tidak berdaya seperti hewan yang sedang terluka ini?. Pandanganku kabur, air mata yang sejak tadi aku bendung akhirnya jatuh juga. Mereka membawanya. Satu satunya harta berhargaku, keluargaaku. Mereka merebut paksa sesuatu yang harusnya menjadi milikku. Aku berteriak kencang, berharap orang di sebrang sana mendengar jeritanaku. Jeritan yang terdengar pilu dan menyayat hati. “RAYN!” jeritaku berulang ulang. Air mata menetes dari mataku. Rayn kini telah menghilang, kereta besar telah membawanya pergi, tidak satupun panggilanku dapat mencapainya. Kedua beast itu melepaskanku. Aku terduduk bersimpuh di atas tanah kotor penuh salju. Kakiku memerah, suhu malam ini sangat dingin. Aku bisa merasakan gigiku yang mulai bergemeletuk saking dingin
Baca selengkapnya

Re : 1

Ruangan makan yang tadinya ramai kini sunyi senyap, semua mata memperhatikan gadis lusuh dengan bajunya yang compang camping, terdapat beberapa lubang di tiap sisinya. Rambut panjang berwarna hitam dan mata coklat adalah ciri khas dari ras yang paling rendah dalam hirarki peradaban dunia yaitu manusia. Di dunia ini, ras manusia lebih sering di jadikan sebagai budak atau bahkan lebih rendah dari itu. Bayangkan saja, ditengah chaosnya dunia yang penuh dengan kekuatan. Ada satu ras yang tidak memiliki setitikpun kekuatan.  Dikarenakan nasib mereka yang malang, kebanyakan manusia memilih membunuh anaknya ketika masih kecil sehingga populasi mereka menjadi jarang. Aku memegang nampan makanku dengan tangan bergetar, tatapan orang orang serasa menusukku dari belakang. Entah berapa lama aku mengantri dalam barisan ini. Ketika aku sudah mencapai garis depan beberapa budak dengan rank lebih tinggi menyelipku, bahkan kadang mereka mendorongku untuk kembali ke barisan paling belaka
Baca selengkapnya

Re : 2

Aku sedang terlelap diatas karpet buluk di ruanganku, mungkin lebih cocok aku sebut sel. Karena bentuknya yang dikelilingi besi. Tiba tiba terdengar suara decitan keras pintu besi yang terbuka. aku terbangun, kubuka mataku perlahan. Terlihat dua penjaga sedang berdiri di sebelah sel miliku, tapi apa yang mereka lakukan? Aku tidak ingat ada acara penting yang membuat mereka harus datang sendiri ke dalam basecamp zero seperti ini. Sedikit mengintip dari celah celah selku. Seorang penjaga sedang memegang erat anak laki laki, sepertinya ada anak malang yang berhasil tertangkap di sel yang berhadapan dengan selku. Seorang anak laki laki terlihat terjatuh berdebam ke dalam sel.“Lepaskan aku!”. Anak itu memukul mukulkan tanganya ke arah jeruji besi.Para penjaga yang melihatnya putus asa, tertawa puas. “Ini akan menjadi rumahmu, bersikap baiklah mulai sekarang six”Aku kembali meringkukkan badanku di atas karpet. Dua beast itu beranjak pergi, a
Baca selengkapnya

Re : 3

“Cepat jalan!”. Seorang penjaga dengan pisau di tanganya mendorong kami untuk berjalan berjejer ke depan.Hari ini adalah jadwal penjualan, kami sebagai budak akan berjejer rapi di tengah pasar. Menjajalkan diri kami mulai dari peringkat tertinggi hingga terendah. Seperti biasa siren menempati peringkat pertama dalam urutan di The Strary. Bukan berarti mereka menempati peringkat pertama di dunia ini, hanya saja tempat penjual belian ini belum cukup hebat untuk menculik peringkat satu dunia yaitu Roh. Aku pernah mendengar mereka pernah hampir menghancurkan satu desa, ketika mencoba mencuri seorang anak roh. Padahal yang mereka coba curi adalah roh hutan, roh terendah diantara roh lainya.Aku melirik ke sebelah kiriku, six berada jauh dariku. Ada dua orang yang menjadi penghalang di antara kami. “Tadi kau bilang ingin keluar dari sini? Kau yakin kau bisa melakukanya?. Atau jangan bilang kau ingin keluar dalam keadaan tak bernyaw
Baca selengkapnya

Re : 4

Darah mengalir dari balik bajuku. Bercak merah membekas di beberapa sisi. Punggungku terasa panas. Sebuah cambuk besar, berkali kali dipukulkan ke arahku. Entah berapa lama aku berada di posisi ini, begitu kereta berhenti seorang penjaga langsung menggeretku keluar. Dan disinilah aku sekarang. Kami biasa menyebutnya dengan ruang kedisiplinan. Tempat dimana kau akan mendapatkan hukuman atas perbuatanmu, tidak hanya itu saja. Kadang kami juga menjadi pelampiasan kemarahan para penjaga.Tubuhku di penuhi luka. Aku berusaha mengantupkan mulutku kuat kuat. Jemariku aku kaitkan satu sama lain, untuk menguatkanku menahan sakit.“Jawab aku Three!”. Sebuah bentakan menyadarkanku. Aku terdiam,apa yang tadi dibicarakanya?. Aku terlalu fokus dengan rasa sakit dipunggungku. Mataku mengerjap, berpikir secepat mungkin, kata apa yang harus aku katakan.“Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi”Aw.. aku mendesis. Sebuah cambukan kasar,
Baca selengkapnya

Re : 5

“Ingat perkataanku Six. Jangan pernah percaya pada siapapun disini, anggaplah mereka musuh!”Kali ini, aku sedang menjelaskan beberapa peraturan dan hal hal yang harus di mengerti Six. Sebenarnya peraturan yang dibuat The Strary cukup sederhana hanya saja, peraturan kehidupanya yang sulit. Aku jadi teringat, sebelum jadwal penjualan kemarin, six sempat mendapatkan tato ditanganya untuk pertama kalinya. Dan seperti milikku, tatto ditanganya juga memiliki angka zero. Aku juga menjelaskan fungsi dari tatto tersebut kepadanya.“Apa itu juga termasuk dirimu?”. Six memandangku.Aku menelan ludah, benar juga perkataanya. Aku juga termasuk notabene siapapun disini.“Itu terserah padamu, kau bisa percaya denganku atau tidak itu semua terserah padamu. Aku tak akan memaksa, tapi satu hal yang perlu kau tahu aku berusaha mempercayaimu disini” kataku."Hmm..." gumam Six panjang.Perlahanku tundukkan kepalaku, bermain d
Baca selengkapnya

Re : 6

“Maafkan ya, Three kadang terlalu panik untuk hal kecil” kata Six sambil tertawa kecil. “Bukankah ia merepotkan” ucap Four ketus. “Tidak juga, ia malah terlihat lucu” Four menatap Six dengan tatapan tak percaya, “Bagian dari mana yang lucu? Ia mengikutimu ke sana kemari, mengajakmu bicara dengan wajahnya yang menyebalkan itu. Aku tak tahan denganya, bukankah ia lebih terlihat menjijikan?” Six tersenyum, namun matanya menunjukkan kemarahan. “Kau banyak bicara ya ternyata, sebaiknya kau menutup mulutmu dan berhenti bicara buruk tentangnya” Four mendengus, “Pantas saja kau dekat denganya, ternyata kau sama gilanya dengan gadis itu” “Hahaha terimakasih atas pujianya” kata Six sambil tertawa lebar. Pintu besar yang terbuat dari besi kini berada tepat didepan mereka. Setelah pintu yang terhubung dengan aula tadi, Six dan Four masih harus berjalan melewati lorong yang cukup panjang. Fungsi lorong ini untuk menyimpan berbagai keperluan
Baca selengkapnya

Re : 7

Aku berdiri terpaku di tempatku. Semalam aku tak bisa menemani Six seharian, terlalu beresiko. Jika para penjaga sampai tahu aku tak berada di dalam sel kamarku, dan menemukanku dalam sel milik Six. Bisa bisa mereka menyadari kondisi Six yang sedang terluka parah dan lagi mereka bisa saja menendang salah satu dari kami ke dalam sel yang saling berjauhan. Wajah Six terlihat buruk, nafasnya terdengar berat. Harapanku atas obat oles kemarin hancur seketika, ia tak membaik sama sekali. Ku tekuk lututku dan berjongkok tepat di sebelahnya. Panas, dahinya sangat panas. Aku menarik tanganku, apa yang harus ku lakukan?. Aku tak pernah mengalami hal seperti ini, kehidupanku yang keras sudah membuatku kebal akan luka. Iya, aku masih tetap merasakan sakit, tapi aku masih bisa menahanya, dan tubuhku juga tak membuat reaksi berlebihan. “Ibu” Six mengigau pelan. Dari mata yang masih terpejam itu terdapat setetes air yang berhasil mengalir dari matanya. Kuusap air matanya de
Baca selengkapnya

Re : 8

“Ah….” Desahku panjang sambil memijat pelan bahuku. Tak kusangka aku harus membersihkan aula besar itu sendirian dalam waktu singkat, bagaimana tidak? Yang bertugas untuk membersihkan aula hari ini adalah para Goblin. Dan ya.. seperti yang kalian tahu mereka meninggalkanku begitu melihatku mulai menyapu. Aku masih ingat bagaimana tawa kencang mereka yang mengiraku membantu mereka secara sukarela. Padahal alasan kenapa aula ini sangat kotor juga karena diriku. Dan lagi, ketika aku hendak membantu para werewolf menata aula, mereka memberikan tatapan tajam dan merendahkan ke arahku. Rasanya ingin ku teriakkan tepat di wajah mereka kalau aku sendiri juga tak mau berdampingan dengan mereka. Jika bukan karena hukuman dari penjaga The Strary, aku juga tak mau bersuka rela membantu mereka mengerjakan tugas. Alhasil aku tak melakukan apapun, begitu aku bergerak sejengkal saja, mereka sudah menjauh berlangkah langkah, dari pada aku malah menghambat pekerjaan mereka. Bukankah lebih baik aku du
Baca selengkapnya

Re : 9

Aku mengintip tubuh Six dari kejauhan, sejauh ini tak ada tanda tanda aneh dari dirinya. Ia juga belum membuka matanya sedari tadi. Aku tak tahu bagaimana suhu tubuhnya, tapi dari tarikan nafasnya yang terdengar normal sepertinya ia baik baik saja, ku harap begitu. Aku masih waspada padanya, siapa tahu ia benar benar vampir yang sedang bersembunyi. Matanya yang masih menutup membuatku tak bisa membuktikan jati diri Six, Ku harap semalam hanyalah mimpi belaka.Tapi kenyataan terus terusan berusaha menghancurkan harapanku. Kini aku berdiri didepan sel dengan angka 4 diatasnya. Aku menarik nafas panjang, ada tugas penting yang harus aku lakukan sekarang.“ Baiklah mari berkerja!” seruku bersemangat. Aku menarik tubuh Four keluar dari basecamp Zero. Dengan tubuhku yang kecil aku tak bisa membawa Four di bahuku ataupun menggendongnya di punggungku. Dengan sangat terpaksa aku harus menyeretya dengan kain dan membawanya melewati lorong yang menghubungkan dengan au
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status