Share

Re : 4

Penulis: Olppaemi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Darah mengalir dari balik bajuku. Bercak merah membekas di beberapa sisi. Punggungku terasa panas. Sebuah cambuk besar, berkali kali dipukulkan ke arahku. Entah berapa lama aku berada di posisi ini, begitu kereta berhenti seorang penjaga langsung menggeretku keluar. Dan disinilah aku sekarang. Kami biasa menyebutnya dengan ruang kedisiplinan. Tempat dimana kau akan mendapatkan hukuman atas perbuatanmu, tidak hanya itu saja. Kadang kami juga menjadi pelampiasan kemarahan para penjaga.

Tubuhku di penuhi luka. Aku berusaha mengantupkan mulutku kuat kuat. Jemariku aku kaitkan satu sama lain, untuk menguatkanku menahan sakit.

“Jawab aku Three!”. Sebuah bentakan menyadarkanku. Aku terdiam,apa yang tadi dibicarakanya?. Aku terlalu fokus dengan rasa sakit dipunggungku. Mataku mengerjap, berpikir secepat mungkin, kata apa yang harus aku katakan.

“Maafkan aku tuan, aku tidak akan mengulanginya lagi”

Aw.. aku mendesis. Sebuah cambukan kasar, dipukulkan kearahku.

“Kau berani mengacuhkan pertanyaanku? Kau pikir siapa dirimu?”

Aku mengumpat dalam hati, sepertinya jawabanku salah. Apakah ini berhubungan dengan six?.

“Maaf tuan, Anak baru itu mengikutiku tanpa sepengetahuanku”.

Kebohongan keluar dari mulutku, tidak ada pilihan lain. Jika ia tahu aku sengaja mengajaknya hukuman ini akan semakin berat. Lagipula kami baru bertemu beberapa hari, tidak mungkin aku menutupi kesalahannya dengan mudahkan?.

 Aku memang berencana menjadikanya teman se tim untuk keluar dari sini, tapi aku juga membutuhkan kambing hitam jika ada yang perlu disalahkan.

Sebuah cambukan besar kembali mengarah ke punggungku. Aku berusaha menegakkan kakiku yang sejak tadi mau tumbang.

“Aku tidak bertanya tentang hal itu. Dengarkan perkataanku, aku tidak akan mengulangnya lagi!. Mengapa kau selalu membuat masalah di jadwal penjualan Three? Apa yang kau rencanakan?”

Aku menelan ludahku. Aku sudah berlatih berkali kali untuk menjawab pertanyaan ini, hanya saja aku tidak pernah mengatakanya langsung. Membuat mulutku sedikit gugup.

“Aku tidak merencanakan apapun. Semua ini terjadi secara kebetulan saja, dan aku merasa senang tinggal di The Strary. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi”

Hampir saja aku muntah, saking jijiknya dengan kata kataku. Senang? Tempat ini sudah seperti neraka bagaimana bisa aku senang? Bernafas saja sudah sesak.

Aku kembali mengatakan kebohongan diatas kebohongan. Karena aku sudah sering berada ditempat ini, aku mempelajari bahwa para penjaga sangat mudah dirayu. Katakan saja kata kata yang akan ingin didengarnya. Seperti permintaan maaf, memujinya atau mengatakan dirimu akan patuh dengan mereka.

Mayoritas penjaga disini adalah Beast.  Dengan badan besar dan kekuatan mereka, mereka menjadi sosok yang cocok sebagai penjaga. Walaupun mereka berada di peringkat ke 5 di dunia, mereka memiliki ambisi yang kuat untuk menjadi yang teratas. Ras beast juga suka berkelahi dan membuat kerusuhan.

Penjaga itu mendorongku dari belakang, membuatku terjatuh berdebam tepat di wajah.

“Kembalilah ke basecamp mu. Aku tidak ingin melihatmu lagi”

Aku mengangguk pelan. Kutegakkan kakiku dan berjalan keluar dari tempat itu, mataku sedikit berkunang. Dengan tertatih aku melewati lorong dan menuju ke kamarku.

“Three!”. Six memanggilku dari dalam selnya. “Kau tak apa? Apa dia menghukummu karenaku?”

Aku menegakkan tubuhku, berusaha menutupi rasa sakit yang menghujam. Sebuah senyuman terukir di wajahku.

“Aku baik baik saja. Penjaga itu hanya ingin bicara sedikit”.

 Aku sedikit kaget dengan apa yang ku katakan, sebenarnya aku tahu hukuman kali ini lebih berat karena aku harus menanggung hukuman untuk Six juga. Padahal tadi aku dengan sengaja berusaha menyalahkannya juga ketika di ruang disiplin, tapi sekarang mengapa aku malah menyembunyikanya?. Sepertinya benar apa yang Six katakan, aku adalah rubah bermuka dua.

Six menatapku curiga, dia membuka selnya dan berjalan ke arahku. Aku tidak menyangka hari ini penjaga sudah membuka kunci sel untuk Six. Seingatku, aku saja membutuhkan waktu 5 hari untuk mereka percaya dan membuka kunci selku.

Aku sudah terlebih dulu menutup selku dan menahanya dengan tangan.

“Kenapa kau kemari? Aku baik baik saja, sungguh. Aku ingin istirahat sebentar”.

Aku tersenyum lagi.

“Buka! Biarkan aku melihat lukamu!”. Anak laki laki itu menarik pintu besiku dengan paksa.

“Luka apa? Khawatirkan dulu wajahmu yang terluka itu. Kenapa kau malah mengkhatirkanku? Aneh. Sudah ah.. aku mau tidur”

Six tetap bersikukuh dengan pendirianya. Aku berusaha menahan dengan sekuat tenaga, membuat luka di punggungku semakin sakit. Aku meringis, menahan sakit.

Melihat hal itu, six berhenti menarik pintuku. Dia berjongkok di depan selku.

“Sakit kan? Biarku bantu membersihkan lukanya”

Aku berusaha tertawa. “Apa sih, sakit segini saja bisa ku tahan”.

“Three..”. Dia memanggilku lirih.

“Berhentilah tersenyum, kau bisa menangis jika itu sakit”. Six menatapku iba.

Aku melebarkan mataku, kaget. Tanpa sadar pegangan tangaku ke pintu melemah, dan dengan mudah Six membuka pintu selku. Sebuah pelukan hangat memeluk tubuhku, air mata dengan deras mengalir dari mataku. Aku sudah menahanya sejauh ini, dan dengan mudahnya ia menghancurkan pertahananku. Aku selalu menganggap menangis akan membuatku menjadi lemah, entah kapan terakhir kali aku menangis.

Aku menangis tersedu sedu, sakit. Luka di hatiku benar benar sakit, kehangatan ini seperti membakar jiwaku. Anak laki laki di depanku memberikan apa yang selama ini kubutuhkan, sebuah sandaran. Bertahan 3 tahun di tempat ini benar benar sulit. Aku takut aku akan berakhir sama dengan ras manusia lain. menjadi gila dan kehilangan emosi mereka.

“Jangan tinggalkan aku”. Kataku pelan.

“Aku tidak akan pergi”. Katanya sambil memeluk tubuh kecilku.

Bab terkait

  • Rotate   Re : 5

    “Ingat perkataanku Six. Jangan pernah percaya pada siapapun disini, anggaplah mereka musuh!”Kali ini, aku sedang menjelaskan beberapa peraturan dan hal hal yang harus di mengerti Six. Sebenarnya peraturan yang dibuat The Strary cukup sederhana hanya saja, peraturan kehidupanya yang sulit. Aku jadi teringat, sebelum jadwal penjualan kemarin, six sempat mendapatkan tato ditanganya untuk pertama kalinya. Dan seperti milikku, tatto ditanganya juga memiliki angka zero. Aku juga menjelaskan fungsi dari tatto tersebut kepadanya.“Apa itu juga termasuk dirimu?”. Six memandangku.Aku menelan ludah, benar juga perkataanya. Aku juga termasuk notabene siapapun disini.“Itu terserah padamu, kau bisa percaya denganku atau tidak itu semua terserah padamu. Aku tak akan memaksa, tapi satu hal yang perlu kau tahu aku berusaha mempercayaimu disini” kataku."Hmm..." gumam Six panjang.Perlahanku tundukkan kepalaku, bermain d

  • Rotate   Re : 6

    “Maafkan ya, Three kadang terlalu panik untuk hal kecil” kata Six sambil tertawa kecil. “Bukankah ia merepotkan” ucap Four ketus. “Tidak juga, ia malah terlihat lucu” Four menatap Six dengan tatapan tak percaya, “Bagian dari mana yang lucu? Ia mengikutimu ke sana kemari, mengajakmu bicara dengan wajahnya yang menyebalkan itu. Aku tak tahan denganya, bukankah ia lebih terlihat menjijikan?” Six tersenyum, namun matanya menunjukkan kemarahan. “Kau banyak bicara ya ternyata, sebaiknya kau menutup mulutmu dan berhenti bicara buruk tentangnya” Four mendengus, “Pantas saja kau dekat denganya, ternyata kau sama gilanya dengan gadis itu” “Hahaha terimakasih atas pujianya” kata Six sambil tertawa lebar. Pintu besar yang terbuat dari besi kini berada tepat didepan mereka. Setelah pintu yang terhubung dengan aula tadi, Six dan Four masih harus berjalan melewati lorong yang cukup panjang. Fungsi lorong ini untuk menyimpan berbagai keperluan

  • Rotate   Re : 7

    Aku berdiri terpaku di tempatku. Semalam aku tak bisa menemani Six seharian, terlalu beresiko. Jika para penjaga sampai tahu aku tak berada di dalam sel kamarku, dan menemukanku dalam sel milik Six. Bisa bisa mereka menyadari kondisi Six yang sedang terluka parah dan lagi mereka bisa saja menendang salah satu dari kami ke dalam sel yang saling berjauhan. Wajah Six terlihat buruk, nafasnya terdengar berat. Harapanku atas obat oles kemarin hancur seketika, ia tak membaik sama sekali. Ku tekuk lututku dan berjongkok tepat di sebelahnya. Panas, dahinya sangat panas. Aku menarik tanganku, apa yang harus ku lakukan?. Aku tak pernah mengalami hal seperti ini, kehidupanku yang keras sudah membuatku kebal akan luka. Iya, aku masih tetap merasakan sakit, tapi aku masih bisa menahanya, dan tubuhku juga tak membuat reaksi berlebihan. “Ibu” Six mengigau pelan. Dari mata yang masih terpejam itu terdapat setetes air yang berhasil mengalir dari matanya. Kuusap air matanya de

  • Rotate   Re : 8

    “Ah….” Desahku panjang sambil memijat pelan bahuku. Tak kusangka aku harus membersihkan aula besar itu sendirian dalam waktu singkat, bagaimana tidak? Yang bertugas untuk membersihkan aula hari ini adalah para Goblin. Dan ya.. seperti yang kalian tahu mereka meninggalkanku begitu melihatku mulai menyapu. Aku masih ingat bagaimana tawa kencang mereka yang mengiraku membantu mereka secara sukarela. Padahal alasan kenapa aula ini sangat kotor juga karena diriku. Dan lagi, ketika aku hendak membantu para werewolf menata aula, mereka memberikan tatapan tajam dan merendahkan ke arahku. Rasanya ingin ku teriakkan tepat di wajah mereka kalau aku sendiri juga tak mau berdampingan dengan mereka. Jika bukan karena hukuman dari penjaga The Strary, aku juga tak mau bersuka rela membantu mereka mengerjakan tugas. Alhasil aku tak melakukan apapun, begitu aku bergerak sejengkal saja, mereka sudah menjauh berlangkah langkah, dari pada aku malah menghambat pekerjaan mereka. Bukankah lebih baik aku du

  • Rotate   Re : 9

    Aku mengintip tubuh Six dari kejauhan, sejauh ini tak ada tanda tanda aneh dari dirinya. Ia juga belum membuka matanya sedari tadi. Aku tak tahu bagaimana suhu tubuhnya, tapi dari tarikan nafasnya yang terdengar normal sepertinya ia baik baik saja, ku harap begitu. Aku masih waspada padanya, siapa tahu ia benar benar vampir yang sedang bersembunyi. Matanya yang masih menutup membuatku tak bisa membuktikan jati diri Six, Ku harap semalam hanyalah mimpi belaka.Tapi kenyataan terus terusan berusaha menghancurkan harapanku. Kini aku berdiri didepan sel dengan angka 4 diatasnya. Aku menarik nafas panjang, ada tugas penting yang harus aku lakukan sekarang.“ Baiklah mari berkerja!” seruku bersemangat. Aku menarik tubuh Four keluar dari basecamp Zero. Dengan tubuhku yang kecil aku tak bisa membawa Four di bahuku ataupun menggendongnya di punggungku. Dengan sangat terpaksa aku harus menyeretya dengan kain dan membawanya melewati lorong yang menghubungkan dengan au

  • Rotate   Re : 10

    “Jadi jelaskan padaku, siapa dirimu sebenarnya!” kataku to the point. Aku bukan tipe gadis yang akan berpura pura tidak tahu dan bertingkah seperti tidak ada yang terjadi.Six menatapku dengan bingung, “Apa maksudmu?”“Nggak perlu berpura pura padaku. Aku tahu ada yang kau sembunyikan dariku” kataku menyelidik.“Aku benar benar nggak tahu apa yang kau maksud Three. Aku baru saja bangun dari tidur panjang dan itu hal pertama yang ingin kau tanyakan padaku?. Kau juga, dari mana saja kau tadi?”. Kini giliran Six yang menanyaiku dengan nada yang tinggi.Aku menyerngitkan dahi, “Kenapa jadi kau yang marah denganku?”“Kau duluan yang menanyaiku dengan pertanyaan aneh, siapa yang nggak sebel dengan pertanyaan ambigu saat pertama bangun?. Padahal aku berharap kau menanyakan keadaanku, bukanya pertanyaan tidak masuk akal yang tak tahu dari mana asalnya itu”“Ini bu

  • Rotate   Re : 11

    Sudah beberapa hari berlalu sejak pertengkaranku dengan Six terjadi. Kami benar benar memutus hubungan satu sama lain dan bertingkah saling tak kenal. Bahkan ketika kami berpapasan, mata kami tak bertemu. Walaupun kami sudah bukan teman lagi, entah mengapa mataku selalu mengekor kemanapun Six pergi. Seperti induk ayam yang kehilangan anaknya, aku selalu merasa khawatir ketika Six belum kembali setelah bertugas, ataupun ketika ia mengaduh saat menggerakkan tanganya. Untuk kematian Four aku sudah mengurusnya dengan baik, para penjaga tak terlalu peduli dengan kami, aku tak perlu membuat alasan yang panjang dan penjaga itu sudah mengganguk mengiyakan. Dan benar saja, kini nama Four telah tercoret di papan tugas. Untuk saat ini ruangan miliknya masih sepi pengunjung, sepertinya The Strary belum membutuhkan tambahan babu untuk bertugas setiap harinya. Aku berjalan membawa nampan makanku, jam makan sore. Mungkin ini terdengar asing, tapi memang itu sebutan yang ku

  • Rotate   Re : 12

    Aku menggerakkan sapu yang kini berada di genggamanku. Dengan berkurangnya personil basecamp Zero, pekerjaan yang harus kami lakukan otomatis bertambah. Biasanya aku hanya perlu melakukan satu tugas saja setiap harinya, tapi kini aku mendapatkan dua tugas dalam satu hari. Memang tak setiap hari, tapi ini cukup memakan habis tenagaku. “Haaah…” helaku panjang. Dengan tugas yang banyak dan memakan waktu lama, membuat pertemuanku dan Six semakin jarang. Aku bisa merasakan jarak yang semakin membesar diantara kami, seperti ada jurang dalam yang memisahkan antara kami, yang semakin lama kian membesar. Aku menggerakkan sapu lagi, membersihkan sela sela ruangan yang belum semuanya tersapu bersih. Lorong sepanjang ini harusku bersihkan sendirian dalam waktu yang singkat, belum lagi aku harus pergi membersihkan kamar milik para penjaga. Para penjaga itu terlalu malas untuk bahkan membersihkan kamar mereka sendiri, padahal tangan kami sudah penuh dengan tugas tugas lain yang le

Bab terbaru

  • Rotate   Re : 23

    Aku mengerjapkan mataku, ah… bosannya hanya berdiam diri seperti ini. Jika ku hitung dari pergantian cahaya malam dan siang dari celah kecil di ruangan ini, sepertinya ini sudah 3 hari sejak kepergianku dari pusat penjualan. Kabar baiknya aku masih hidup dan sangat sehat, bagaimana tidak, Ai memenuhi semua kebutuhan ku. Bahkan lebih dari bagaimana The Strary memperlakukan ku dulu. Lama kelamaan aku merasa seperti hewan ternak dalam program penggemukan. Selama ini juga aku berusaha menggali informasi tentang tempat ini dan juga tentang tuan yang membeliku. Dan untuk kabar buruknya, aku masih terperangkap disini. Ai hanya melepaskan rantai leherku saat aku hendak pergi ke kamar mandi, selain itu gadis kecil dengan manik kuning itu tak melepaskannya. Dan lagi, ia selalu memonitoriku 24/7 setiap saatnya.“Ai…” panggilku kepada gadis itu.Ai hanya menoleh sebentar lalu kembali dengan kesibukannya membuat sebuah boneka dari jerami.“Ai&

  • Rotate   Re : 22

    ‘Apa aku sudah mati?’ ucapku dalam hati, perlahan aku mencoba menggerakkan tangan dan kakiku. Aman, tubuhku masih tersambung dengan baik. Rupanya para penjaga The Strary memberikanku obat tidur, padahal selama proses pembelian aku diam dan tak melakukan sesuatu yang mencurigakan. Sepertinya mereka masih merasa khawatir jika aku memiliki rencana lain.“Pstt… hei kau yang disana.” Sebuah suara berbisik ke arahku. Aku terdiam kaku, menimbang nimbang apakah lebih baik aku membuka mataku atau berpura pura tidur saja terus.Klotak.. sebuah kepingan krikil mendarat tepat di wajahku. Aku mengaduh pelan, dengan terpaksa ku buka mataku. Cahaya yang tiba tiba masuk itu membuat mataku menyipit silau.‘Dimana ini?’ batinku, aku memedarkan pandanganku ke sekeliling. Ruangan berukuran 3 x 4 itu dipenuhi dengan jerami, sisanya kosong. Tak ada barang – barang yang mencurigakan, sejauh ini aman. Atapnya yang memiliki sedikit celah

  • Rotate   Re : 21

    Aku berdiri menghadap nampan makanku sekali lagi, memastikan apakah aku siap untuk menghadapi medan perang dihadapanku. Hari ini adalah jadwal penjualan tak terasa 6 bulan sudah berlalu dan kini kami dihadapkan dengan hari yang paling mendebarkan dalam setahun. Dan untuk rencana pertemananku dengan Lexa, jangan ditanya lagi, semua tak berjalan mulus. Ketika aku sudah hendak membuka sedikit hatiku untuknya, ia malah mati matian menyimpan Six untuk dirinya sendiri. Sedangkan lelaki itu selalu memaklumi perilaku manja dari sang gadis.“Apa kau siap?” tanya seorang lelaki dengan mata coklat dan rambut hitam legam diambang pintuku. Aku mengangguk siap.“Tentu” jawabku pendek.Wajahku kini sudah dipenuhi lebam, seperti biasa aku selalu berusaha tampil seburuk mungkin di hari penjualan.Tak butuh waktu lama kereta yang mengangkut para budak The Strary berhenti, kami digiring menuju pusat jual beli seperti biasanya. Menjajalk

  • Rotate   Re : 20

    Aku membuka mataku perlahan, sinar matahari dari celah dinding menerangi ruangan. Kreek.. Suara pintu besi terdengar dari sebrang. Six terlihat sedang berjalan perlahan meninggalkan kamarnya.Aku menaikkan sebelah alisku, “Mau kemana kau?”“AH!” Six melonjak kaget.“Apa? Tingkahmu seperti maling yang ketahuan ingin mencuri saja”. Aku mengubah posisiku menjadi duduk, ini lebih baik.“Hm, itu..”. Six berusaha memutar otaknya, mencari alasan yang cukup untuk meyakinkanku.Aku mencium bau bau mencurigakan darinya, “Tak apa katakan saja kemana kau akan pergi” kataku dengan nada sebaik mungkin.“Mm.. itu.. sepertinya seorang penjaga sel memanggilku tadi, jadi, aku pergi dulu ya”“Oh, sepertinya” kataku dengan nada sinis sambil berjalan mendekati ambang pintu.Aku melirik jam dinding yang berada di tengah basecamp.“Memangnya ada orang yang akan memanggilmu sepagi ini?”Six menggaruk tengkuknya yang tak gatal, keringat dingin mengalir dari tu

  • Rotate   Re :19

    “Jadi, apa yang kau lakukan disini?” tanyaku. Setelah puas tertawa karena kejadian yang tak terduga itu, kini aku dan Six berjalan beriringan menuju basecamp. Akhir akhir ini ras manusia kekurangan orang. Pertama karena posisi Four kosong dan yang kedua karena laki laki disampingku ini dengan menyebalkanya terbebas dari tugas, sehingga kami, budak yang tersisa harus menutupi pekerjaan mereka sebisa mungkin. Jika hal ini terus berlanjut sepertinya salah satu dari kami akan berakhir di mulut Karberos, mati karena kelelahan. Six memalingkan wajahnya, “Hm, hanya kebetulan lewat itu saja” Aku memincingkan mata jahil, “Bilang saja kau mencariku” “Siapa yang mencarimu! Kebetulan saja kita bertemu dilorong tadi, kau terlalu percaya diri” Aku tertawa puas, “Apa apaan itu, kau berbohong dengan sangat buruk! Kemana kau akan pergi melewati tempat itu hah? Aula? Atau jangan jangan.. kau diam diam ingin pergi mengunjungi kamar para penjaga se

  • Rotate   Re : 18

    “Six… Six!!” “Apa?” kata Six kesal. “Kenapa kau mengacuhkanku lagi?” kata Lexa sambil menggembungkan mulutnya. “Sudahlah, bukan hal penting. Lagipula kenapa kau masih mengikutiku?” Lexa mengayun ayunkan tanganya, “Hm, kenapa ya?.. aku juga tak tahu” “Kalau bukan bersamamu, siapa lagi yang bisa ku ajak bermain?” sambungnya. Six menghela nafas panjang, “Kau tak lihat ada banyak orang yang ingin mendekatimu? Mereka selalu saja memandang kearahmu dimanapun kau pergi” Lexa tersenyum palsu, “Hahaha, sepertinya aku kurang memperhatikan. Oh ya, kita mau pergi kemana?” Seketika Six menghentikan langkahnya. “Kenapa berhenti?” tanya Lexa sambil memiringkan wajahnya. “Kau bahkan tak tahu kemana aku akan pergi. Ah, sudahlah. Berdebat denganmu hanya akan menghabiskan waktuku” kata Six sambil Kembali melangkahkan kakinya. Kedekatan Lexa dengan Six benar benar mengubah segalanya. Anak emas seperti Lexa akan mend

  • Rotate   Re : 17

    “Ibu, jangan pergi!” ucap seorang anak sambil menggengam pergelangan tangan kanan ibunya erat. “Dengarkan ibu, Rayn!. Kau tak boleh keluar dari tempat ini apapun yang terjadi!” kata seorang ibu sambil memegangi Pundak anaknya. “Tidak! Aku ikut denganmu” rengek seorang anak kecil dengan matanya yang mulai berair. “Rayn, dengarkan ibu!” tegas sang ibu, wajahnya terlihat putus asa. “Berjanjilah padaku, apapun yang terjadi jangan tinggalkan tempat ini!” Anak laki laki itu menggeleng cepat, “Aku ikut denganmu!” DOK..DOK..DOK suara pintu yang dipukul terdengar lebih keras. Kini rumah kayu yang berada di pinggir pedesaan telah di kelilingi oleh warga dengan obor api ditanganya. “Nyonya Chelsea!, cepat keluar sebelum kami mendobrak rumahmu!” Teriak kepala desa marah. Chelsea menoleh sebentar ke ambang pintu, memastikan bahwa pintunya masih kuat menahan amukan warga desa. Genggaman Rayn semakin kuat, “Huhuhu…jangan pergi

  • Rotate   Re : 16

    Lexa bersenandung senang, perbincangan singkat dengan Three membuatnya Bahagia. Ia medapatkan izin untuk memiliki Six, itu yang ia tangkap dari percakapan mereka tadi, Kini taka da seorang pun yang akan menghalangi kisah cintanya.Kreek, perlahan Lexa membuka pintu kaca dengan angka 1 diatasnya. Sebagai satu satunya gadis siren di basecamp siren, Lexa memiliki ruanganya sendiri, lengkap dengan berbagai kebutuhan yang memadai.“Dari mana saja kau?”Suara berat itu sontak membuat mood Lexa yang awalnya baik memburuk.“Apa yang kau lakukan disini, tuan?” katanya sinis, pintu yang semula ingin ia tutup kini Kembali terbuka lebar.Seorang werewolf dengan tubuh besarnya duduk dengan elegan diatas Kasur, seperti tak ada yang salah dengan kehadiranya.“Sudah ku bilang jangan panggil aku dengan sebutan itu saat kita sedang berdua, apa kau lupa akan hal itu lexa sayang” kata pria itu sambil mengulurkan tang

  • Rotate   Re : 15

    Retak, seperti kaca yang sudah hancur berkeping keping tak ada satupun dari kami yang berusaha memperbaiki pecahan kecil yang mulai melebar ini. Setiap kali kami berpapasan bukanya niat untuk bermaanfat yang muncul melainkan wajah terluka. Aku dan Six sama sama merasa di khianati. Aku memandang ke arah barak api yang menyala di dapur, hari ini aku bertugas memotong kayu bakar dan mempertahankan api agar selalu menyala. Ku dekatkan wajahku ke arah api. Rasanya panas, cukup untuk menghangatkan tubuhku yang terasa dingin.Tak terasa tanggal penjualan sudah semakin dekat, aku Kembali memasukkan beberapa kayu ke dalam perapian. Merenung, jika seperti ini bagaimana Six akan menghadapi tanggal penjualan sendirian?. Dengan cepat ku gelengkan kepalaku, aku sudah cukup mengajarinya tentu saja ia bisa bertahan sendirian, ini bukan berarti aku harus selalu ada disisinya, sekarang ia sudah memiliki gadis siren itu tak ada yang perlu ku khawatirkan, kataku memantapkan hati.

DMCA.com Protection Status