Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 81 - Bab 90

214 Bab

81. Masa Percobaan

Happy Reading*****Riswan melangkah ke kamar mandi dengan rasa penyesalan. Seakan tidak percaya secepat itu dia bisa mencapai puncak, sedangkan sang istri belum mendapatkan apa pun. Seperti seorang prajurit yang kalah sebelum berperang. Entah mengapa bisa seperti itu. 'Apa ini yang disebut ejakulasi dini? Ah, malu-maluin saja. Baru juga di pintunya belum sampai masuk sudah keluar saja. Apa sebaiknya aku tanya sama Farel. Dia kan seorang dokter, pasti tahu penyebabnya kenapa aku bisa sampai begitu, tapi kalau dia malah mengolok-olok. Gimana, dong? Bingung, ih.' Kata lelaki itu di kamar mandi menggerutu sendiri. Sementara, masih di ranjangnya, Risma sudah terlelap dalam tidur. Perempuan itu tak mempermasalahkan apa yang terjadi tadi. Sangat berbeda dengan sang suami. Sampai saat ini, Riswan masih saja menggerutu dan mempertanyakan sebab kegagalannya. Mengapa dan mengapa bisa seperti itu. Secara ilmu, Riswan pasti tahu cara memuaskan seorang wanita. Namun, mengapa saat dihadapkan de
Baca selengkapnya

82. Ketagihan

Happy Reading*****"Nggak usah ngapa-ngapain. Setelah salat, kamu istirahat saja, Yang. Mas nggak mau lihat kamu kesakitan. Oke?" kata Riswan sebelum meninggalkan istrinya ke musala. Dia sudah bersiap, sementara istrinya baru saja keluar dari kamar mandi. "Iya, bawel. Berasa bocah banget, deh. Udah sana berangkat, Mas. Keburu telat, aku bisa jaga diri sendiri," usir Risma dengan tangannya. "Jalan bisa, kan?" goda Riswan sebelum dia benar-benar menutup pintu. "Bawel, ih. Sana berangkat!" Risma mengibas-ngibaskan tangan. Menyuruh suaminya untuk segera ke musala. *****Awali pagi dengan senyuman, rasanya adalah suatu ungkapan yang tepat. Walau pekerjaan Riswan bertambah saat ini, tetapi garis bibirnya selalu terangkat. Dia sedang menyiapkan nasi goreng dengan telor ceplok untuk sarapan mereka. Bagaimana tidak akan tersenyum jika pulang dari musala tadi, lelaki itu sudah meminta haknya lagi pada Risma. Rasanya melakukan penyatuan dengan sang istri sudah menjadi candu. Menyiapkan sa
Baca selengkapnya

83. Jedag-jedug Hatiku

Happy Reading*****Rini mengeluarkan ponselnya dari dalam tas setelah mendapat persetejuan dari sang suami. Di seberangnya, Riswan tampak gugup sekali. Seakan-akan tengah menghadapi sidang skripsi dengan para orang tua sebagai dosen pengujinya. Keluarganya itu, jika sudah menyangkut hubunganya dengan Risma pasti mendetail. Memakai alasan sakit saja, diinterogasi segitunya. Apa kabar jika sampai mereka tahu bahwa sakitnya Risma karena Riswan yang terlalu semangat dan ketagihan. Dering pertama belum terangkat, Rini mulai gelisah. Dia kembali men-dial nomor putrinya berharap kali ini akan segera terangkat dan benar saja, dering berikutnya wajah Risma sudah terlihat di depan layar. "Assalamualaikum. Tumben Ibu telpon video?" tanya putrinya yang terlihat tengah berdiri dengan latar belakang dapur. Rini kenal betul setiap ruangan rumah putrinya. Raut wajah si sulung, sama sekali tak tampak sakit. Malah terlihat binar kebahagiaan terpancar."Waalaikumsalam," jawab Rini. Dia mulai meneli
Baca selengkapnya

84. Iklima dan Yustina

Happy Reading*****Hari-hari Riswan dan Risma makin membahagiakan. Usaha warung satenya juga melejit. Cabang yang dikelola bersama Fatiya juga sudah berjalan dengan baik. Bahkan sebentar lagi, mereka berencana membuka cabang baru. Sementara Risma, sejak satu bulan lalu membuka sebuah toko kue. Sebuah toko dengan konsep yang telah diimpikan selama ini. Bisa dipakai bersantai sambil menikmati cemilan yang tidak mengenyangkan. Awalnya si suami tak mengijinkan karena mereka ingin fokus memiliki momongan. Namun, Risma beralasan jenuh jika di rumah terus. Setiap hari setelah selesai berberes, perempuan itu cuma berbaring dan menonton televisi. Sebuah ruko kecil di dekat warung sate pertama milik Riswan, disewa oleh Risma. Letaknya yang strategis dengan perkantoran dan beberapa sekolah membuat toko kue itu cepat berkembang. Risma cukup bangga dengan pencapaiannya saat ini. Dia sudah memiliki dua karyawan. Satu untuk bagian membuat adonan kue bersama dirinya dan satu lagi bertugas melayan
Baca selengkapnya

85. Risma Sakit

Happy Reading*****"Kok bisa tahu aku di sini?" tanya Iklima heran. Dua sahabat itu tersenyum berbarengan. Riswan lebih dulu mendekati sang istri. Mendaratkan satu kecupan pada kening. Baru beberapa jam tak bertemu sudah membuat rasa rindu di hatinya menggunung. "Dia nyariin kamu dari tadi, Ma. Dikira kami datang ke warung sate. Negatif aja pikiran calon suamimu itu," ujar Riswan. Dia segera duduk di sofa kosong sebelah Dara tertidur. Menatap wajah polos bocah kecil itu yang begitu menenangkan hati. "Bukan negatif, Wan. Yayangku ini kan paling deket sama kamu. Setiap ada masalah atau apa pun itu, pasti kamulah tempatnya bercerita." Farel memberi alasan. Dia juga menatap penuh tanda tanya pada calon istrinya."Itu dulu, sebelum dia kenal sama istriku. Sekarang, mana ada cerita ke aku. Sudah diduakan aku ini. Bener nggak, Yang?" Lelaki itu terkekeh dengan tangan yang melingkar pada pinggang istrinya. Bibirnya sudah menempel erat walau masih ada dua sahabatnya. Tak ada rasa malu lagi
Baca selengkapnya

86. Risma oh Risma

Happy Reading*****"Kamu siapkan mobil, Wan. Sebaiknya kita bawa ke rumah sakit saja. Di sana lebih lengkap peralatannya," saran Farel. "Ya, kamu benar. Kalau ke klinik walau jaraknya dekat, tapi belum memadai untuk pemeriksaan lebih lanjut." Iklima menambahkan. "Ya, sudah," kata Riswan. Dia mengeluarkan ponsel dan terlihat menghubungi seseorang. "Tolong ambil kunci mobil, bawa ke tokonya Mbak Risma," suruhnya pada seseorang itu. Sambil menunggu seseorang yang ditelepon tadi, Riswan memapah sang istri ke luar ruangan diikuti dua sahabatnya. "Bun, sebaiknya hubungi dokter Irma. Beliau masih bertugas di sana, kan?" perintah Farel. "Mbak, aku nggak papa sebenarnya. Sakit perut gini sudah biasa. Nanti juga hilang sendiri. Mungkin mau datang bulan." Risma menatap Iklima penuh permohonan. Pasalnya, dia tidak mau melihat orang-orang di sekelilingnya panik seperti sekarang. "Jangan menyepelekan penyakit. Aku nggak bisa ngomong kamu sakit apa sebelum ada data. Nggak berani juga memperki
Baca selengkapnya

87. Khawatir

Happy Reading*****Riswan terdiam, merasa bersalah dan membenarkan semua ucapan mertuanya. Sebagai kepala keluarga dia memang abai dengan kesahatan sang istri. Harusnya, ketika Risma sering mengeluh nyeri di bagian perut. Riswan segera memeriksakan kesahatan perempuan itu. Namun, dia lebih percaya dan menuruti perkataan Risma bahwa semua akan kembali membaik. 'Sudah biasa. Bentar lagi juga membaik, Mas.' Begitu yang sering Riswan dengar dari Risma. Parahnya, lelaki itu tidak menaruh curiga sedikit pun dan puncaknya hari ini. Pada rahim Risma terdapat kista endometrium yang lumayan besar. "Mas, jawab. Jangan diam saja. Putri Ibu sakit apa?" Rini mengguncang pelan lengan menantunya. Tak sabar mengetahui apa pemyakit si sulung. "Ada kista pada rahim Risma, Bu," jawab si lelaki, lemas. "Astagfirullah," ucap Rini dan Lutfi bersamaan. Kedua orang tua itu terkejut. "Apakah hal itu yang menyebabkan kalian sulit mendapat momongan? Lalu, gimana keadaan Risma sekarang? Kenapa nggak dari du
Baca selengkapnya

88. Sikap Pesimis Risma

Happy Reading*****Ruangan warna putih dengan kelambu hijau muda terlihat oleh keluarga Riswan. Seorang perawat tengah merapikan letak infus dan Risma masih terlihat memejamkan mata. Setelah mendapat injeksi tadi, Risma memang tampak lebih tenang. Memejamkan mata dan tak lagi mengeluhkan tentang nyeri di bawah perut. Wajah pucat perempuan itu membuat hati Riswan tersayat. Mengapa dan mengapa harus istrinya yang merasakan kesakitan ini. Bukan dia saja yang memang terlalu banyak kesalahan. Di sudut lain, tepat di sofa depan ranjang Risma. Dua perempuan paruh baya tengah duduk dengan gelisah. Sama gelisahnya dengan Riswan."Mbak, sebenarnya Mbak Risma sakit apa? Mengapa njenengan mengatakan hal nggak ngenakin seperti itu. Ingat, lho. Setiap ucapan adalah doa." Rofikoh berbisik pada besannya karena masih penasaran. "Ada kista pada rahim Mbak Risma," ujar Rini. Pandangannya menerawang, lalu teringat perkataannya tadi. "Astagfirullah, aku nggak sadar ngomong seperti tadi saking paniknya
Baca selengkapnya

89. Sikap Pesimis Risma

Happy Reading*****"Ayah," teriak Rini. "Biar saja, Bu. Mungkin dengan memberikannya pukulan kesadarannya bisa pulih. Seenaknya saja kalau ngomong. Sakitmu itu masih bisa diupayakan penyembuhannya. Mbak, itu bukan divonis mandul atau mati. Ngerti kamu!" bentak Lutfi penuh amarah. Entah mengapa lelaki yang telah membesarkan Risma bisa khilaf dan memukul putrinya. Walau pelan, tetapi hal seperti itu tak pernah sekalipun dilakukan oleh Lutfi. Sampai putrinya berusia dewasa, dia tak sekalipun pernah main tangan. Rini berusaha memegangi lengan suaminya agar amarah lelaki itu tak meledak kembali. Sementara Riswan masih sedikit syok. Belum pernah dia melihat kemarahan ayah mertuanya seperti sekarang. "Sabar, Yah. Kenapa mesti emosi seperri ini," bisik Rini, tetapi masih mampu di dengar oleh semua yang ada di ruangan itu. "Mbak Risma butuh dukungan kita, bukan amarah seperti ini."Rofikoh juga masih terdiam. Bingung harus berkata apa untuk meredakan situasi yang tak diinginkan seperti in
Baca selengkapnya

90. Zikri, Salah Paham

Happy Reading*****Dalam perjalanan pulang, Riswan menyempatkan diri ke toko milik istrinya. Sudah saatnya jam tutup dan biasanya Risma yang akan membawa kunci. Kali ini, lelaki itu harus memberikan tanggung jawab pada salah satu karyawan untuk memegang kunci dan mengelola toko selama istrinya sakit. Mau tak mau, Riswan harus melakukannya. Risma tak lagi bisa bekerja keras seperti sebelumnya. Lelaki itu masuk ke toko dengan wajah galau. "Sebelum kalian pulang, saya mau ngobrol sebentar. Tolong setelah beberes temui saya di ruangan Mbak Risma," pinta Riswan saat melihat karyawan istrinya sedang beres-beres."Baik, Pak," jawab keduanya bersamaan. Salah satu karyawan yang tak berjilbab dan yang paling muda, berbisik, "Ada apa, ya, Mbak? Tumben kita dipanggil sama Pak Riswan.""Kurang tahu, Ran. Mungkin terkait dengan keadaan Mbak Risma. Tahu sendiri tadi beliau kesakitan dan dibawa ke rumah sakit," kata perempuan berjilbab yang bernama Hamimah. "Oh, ya. Bisa juga karena itu." Pemili
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
22
DMCA.com Protection Status