Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 91 - Bab 100

214 Bab

91. Kemarahan

Happy Reading*****"Suami macam apa kamu, hah?" teriak lelaki itu yang tak lain adalah Zikri. Melihat sikap manja perempuan di samping Risma, dia tersulut amarah. Sepertinya sahabat Risma itu mulai emosi. Sejak tadi, dia sudah mengamati gerak-gerik perempuan yang bergelayut manja pada suami sahabatnya. Kemarahannya juga tersulut karena perempuan itu adalah orang sama yang pernah ditemuinya di mal beberapa bulan lalu. Perempuan yang mendapat perhatian lebih dan dibelanjakan banyak susu hamil oleh Riswan. Sahabat mana yang tidak akan marah, jika mengetahui temannya dizolimi. Begitulah pikiran Zikri apalagi keadaan Risma yang sedang sakit saat ini. "Apa-apaan kamu?!" kata Yustina tak terima Riswan dipukul mendadak seperti tadi. Zikri menatap nyalang pada perempuan di depannya. "Diam! Kamu perempuan nggak punya malu. Sudah tahu, dia ini punya istri masih saja mepet kayak perangko. Dasar nggak punya otak! Memangnya kamu nggak laku sampai terus nempelin Mas Riswan?""Zik, tenang dulu! K
Baca selengkapnya

92. Manja

Happy Reading*****Tubuh Risma menegang, mungkinkah lelaki yang dimaksud adalah Farel. Secara keseluruhan jika dilihat dari mata perempuan lain, mungkin sang dokter lebih segalanya. Karier dan ekonomi mapan. Wajah tampan dengan bentuk tubuh yang pastinya membuat semua perempuan mana pun akan terpesona. Apalagi jika dia sudah mengenakan pakaian dinas, jas berwarna putih serta stetoskop yang bergelantung di leher. Maka, ketampanan Farel naik berkali-kali lipat dibanding sebelumnya. Cepat, Risma menguasai diri dan membalik perkataan Yustina. "Berani deketin calon Mbak Iklima, aku akan mengadukan kelakuan busukmu pada Ibu. Masih ingat, gimana ancaman ibumu saat itu?" bisik Risma tak mau kalah. "Nggak usah macam-macam kalau masih pengen hidup enak. Ibu bisa kapanpun mencoret namamu dari daftar warisan dan kartu keluarga. Nggak pengen, kan, kehilangan warisan yang lumayan banyak?"Yustina segera menegakkan badan. "Kita lihat saja nanti, Ris. Apa yang bisa aku lakukan untuk mendapatkam Far
Baca selengkapnya

93. Otak Mesum

Happy Reading*****Melihat bundanya berkacak pinggang dengan mata melotot penuh amarah. Riswan yang masih di ambang kesadaran, menggaruk kepala bingung. Dua pasangan itu belum menyadari apa kesalahan mereka. "Ada apa, Nda? Kenapa teriak-teriak gitu? Masih subuh juga," kata Riswan tanpa rasa bersalah. Memang benar keadaan masih subuh dan azan sedang berkumandang saat ini. Dia sama sekali tak menyadari keadaannya yang sungguh memalukan jika dilihat oleh orang lain. "Maass," teriak Rofikoh sekali lagi, "lihat keadaanmu? Apa pantas melakukannya di rumah sakit dengan keadaan Mbak Risma yang masih sakit seperti ini?"Riswan melirik ke samping dan juga tangannya yang sedang memegang suatu benda lembut dan kenyal. Pakaian atasnya juga sudah hilang entah ke mana. Setelah menyadari apa yang sedang dipegangnya dan melihat bagian atas sang istri. Lelaki itu menelan ludah dengan susah payah. Bakal dihajar habis-habisan dirinya setelah ini. 'Duh, kok bisa kelepasan gini? Padahal semalam cuma gr
Baca selengkapnya

94. Hempaskan

Happy Reading*****"Kamu kenapa, Mbak?" tanya Risma. Iklima makin terisak ketika mendengar pertanyaan Risma. Perempuan itu tak menghiraukan kehadiran Riswan, malah menjatuhkan pelukannya pada Risma yang tengah duduk bersandar pada ranjang. "Yustina, lho," adu Iklima. Riswan bertanya dengan menggerakkan dagunya pada sang istri. Seolah dengan gerakan itu, dia bertanya ada apa dengan sahabatnya. Masih merangkul Iklima, Risma meletakkan jari telunjuk pada bibirnya agar Riswan tak menanyakan apa pun. "Yang, Mas keluar dulu. Mau beli camilan," pamit Riswan sengaja memberi ruang bagi sahabatnya untuk menumpahkan seluruh isi hati. Setelah Riswan keluar, Risma mengurai pelukan ibu muda itu. "Udah nggak ada Mas Riswan. Sekarang cerita, kenapa sama Yustina?"Iklima mengusap air mata. Memencet hidung dan menarik napas panjang. "Dia tadi datang ke rumahku pagi-pagi banget sebelum aku berangkat ke rumah sakit.""Terus?""Dia nyuruh aku buat mundur. Katanya ibunya Farel lebih setuju putranya m
Baca selengkapnya

95. Hempaskan

Happy Reading*****"Riswan apa-apaan kamu! Nggak bisa didik isttimu, ya," teriak Yustina. Dia memutar bola mata saat melihat kehadiran Farel di sana. Mata yang semula membulat, sekarang berubah sok manis. "Ada apa?" tanya Riswan tenang."Kenapa istrimu memfitnah aku? Masalah dia apa, sih? Segitunya benci sama aku.""Fitnah?" tanya Farel. Seketika wajah si dokter berubah menakutkan. "Tolong jelaskan apa yang dimaksud fitnah? Apakah seperti ini?" Dia menunjukkan foto yang dikirim Yustina pada Iklima. "Dari mana kamu dapat foto itu?" kata Yustina terbata, tetapi detik berikutnya dia sudah menampakkan wajah tak bersalahnya. "Pasti ada orang yang sengaja mengabadikan momen kita kemarin. Tega sekali orang itu. Kalau sampai Iklima tahu kan kasihan. Aku telpon Iklima, ya, buat jelasin semuanya."Tangan Farel terkepal sementara Riswan makin jengah dengan tingkah laku perempuan di depannya. Andai bukan seorang wanita, dipastikan satu bogeman melayang pada Yustina. Sayang, baik Farel maupun R
Baca selengkapnya

96. Taubat

Happy Reading*****Iklima mendorong tubuh sahabatnya, lalu melayangkan satu tamparan keras. "Tega kamu, Yus. Kamu tahu sejak kata-kata dan foto yang kamu kirimkan, aku menuduh Farel lelaki nggak bener.""Maafin aku, Ma.""Apa dengan kata maafku kamu akan berubah?" Tatapan Iklima tajam. "Lihat ibumu? Berapa lama lagi kamu akan menyiksa bathinnya?"Yustina meluruhkan tubuh ke lantai ketika inderanya bertemu dengan indera perempuan sepuh yang telah melahirkannya. "Tolong, maafkan aku, Ma. Aku janji nggak akan mengganggu hubungan siapa pun lagi. Cukup kata-kata Farel dan Riswan yang begitu keras menamparku hari ini. Jangan ucapkan lagi keburukan tentangku." Dia tergugu dalam tangisannya. Iklima melirik pada ibu Yustina. Isyarat mata yang diberikan perempuan itu syarat permohonan. Hatinya luluh seketika, Iklima juga seorang ibu tentu bisa merasakan kesakitan dan sorot mata wanita di depannya."Berdirilah, Yus. Aku memaafkanmu, hanya karena Ibu. Jika sampai kamu mengulangi lagi perbuatanm
Baca selengkapnya

97. Maruk

Happy Reading*****"Mas Riswan." Mata Fadil mendelik dengan wajah yang menakutkan, menciutkan nyali putranya."Yah, tadi itu cuma ...." Fadil menyetop perkataan putranya dengan tangan kanan terangkat. Menatap tajam pada putra semata wayangnya. "Setelah Mbak Risma boleh pulang. Sebaiknya, Mas, jadwalkan untuk berbulan madu. Sejak nikah, kalian belum pernah pergi berdua untuk berlibur. Kamu, Mas, selalu saja kerja dan kerja. Sesekali healing buat kesehatan dan kemesraan kalian, nggak masalah, kok." Fadil memainkan alisnya. Mengerlingkan mata pada sang istri."Yah, kok malah gitu. Nggak diceramahi, biar Mas Riswan nggak sembarangan mesumin Mbak Risma." Rofikoh tak terima. "Mereka berbuat gitu pasti karena nggak punya kesempatan, makanya Ayah nyuruh bulan madu," jawab Fadil bijak. Risma menutupi wajah, malu sekali. Bukan sekali ini, dia kedapatan bermesraan dengan suaminya selama di rawat. Baru tadi pagi, Rofikoh memergoki. Masak iya sore dipergoki ibunya dan sang mertua. Melihat waj
Baca selengkapnya

98. Ultah dan Cemburu

Happy Reading*****Begitu turun dan Rofikoh membuka pintu. Suara mengejutkan terdengar oleh Risma. "Selamat ulang tahun!" ucap mereka yang berada di dalam rumah serempak. Risma membulatkan mata. Salah satu dari mereka maju dan memberikan sebuket bunga mawar putih. Kemudian dia menyayikan lagu selamat ulang tahun untuk Risma. Suaranya memang sangat merdu. "Selamat ulang tahun kuucupkan. Sambutlah hari indah bahagia. Selamat ulang tahun untuk kamu, panjang umur di dalam hidupmu."Begitulah lagu yang dinyanyikan lelaki tampan di depan Risma. Riswan mengepalkan tangan, siapa lelaki yang berani memberikan buket mawar serta menyanyikan lagu ulang tahun untuk istrinya itu. Dia sendiri sebagai suami lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun Risma. Detik berikutnya, lelaki itu sudah mendekati sang istri. Penuh perhatian mengucapkan kata-kata manis. Hati Riswan membara. "Sehat selalu, ya. Maaf, nggak sempat jenguk pas di rumah sakit. Aku lagi perjalanan dinas dan baru pulang pagi tadi. Sorry
Baca selengkapnya

99. Bukan Pebinor

Happy Reading*****"Menurutmu siapa?" jawab Riswan dengan suara naik satu oktaf. Dia juga memberikan delikan pada Davian. Lelaki pemilik nama Davian itu malah terkekeh. "Pastinya bukan aku, Mas? Ngeri kali kalau sampai jadi pebinor," jawabnya enteng. Davian juga menggerakkan bahunya, ngeri. Mau tak mau Risma juga terkikik mendengar jawaban Davian, menambah kejengkelan suaminya. Sementara sahabat-sahabat mereka yang ada di sana menatap heran. Zikri menahan tawa karena tahu seberapa besar kecemburuan suami sahabatnya itu. Dia sudah sering merasakannya yang terkadang tak beralaskan sama sekali. Melenceng jauh jika dinalar. Sementara Iklima menatap Riswan dengan kening berkerut. 'Gila aja si Riswan. Nggak tahu lagi banyak orang malah bersikap aneh seperti itu. Ya, kali temen Risma tega nikung. Duh, aneh saja, dia tuh.' Ucapnya dalam hati. "Sahabatmu, tuh, Bun. Selalunya cemburu nggak pada tempat. Payah, semua lelaki yang deket dengan Risma pasti dicemburui. Bener-bener nggak bisa lih
Baca selengkapnya

100. Bucin Akut

Happy Reading*****"Dih, ngatain aku bucin. Kamu sendiri apa kabarnya? Baru dicuekin aja sudah kebakaran jenggot," kata Riswan tak terima. Dia balik menyerang Farel dengan ejekan juga. "Sama-sama bucin dilarang saling mengejek," sahut Risma. "Nah bener, tuh, Ris." Iklima menambahkan dan dua perempuan itu terkikik geli dengan tingkah pasangan masing-masing. "Yang," panggil Riswan dengan muka manja."Bun, kok gitu?" Kali ini Farel memprotes Iklima. "Sudah ... sudah," lerai Rini, "apa yang menantu Ibu lakukan benar. Kalian harus tahu itu. Jadi, jangan pernah ada yang deket-deket sama Mbak Risma biar dia nggak marah atau cemburu. Mengerti?" Merasa dibela sang mertua, Riswan tersenyum bangga. Namun, perkataan Rini selanjutnya sungguh membuatnya jatuh kesakitan."Dia bukan hanya bucin akut, tapi juga manjanya nggak ketulungan. Anak TK saja kalah. Kalau sudah merajuk bakal susah dirayunya." Rini membekap mulutnya dengan tangan kanan. Di sebelah perempuan paruh baya itu, Rofikoh terpin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
22
DMCA.com Protection Status