Share

94. Hempaskan

Author: pramudining
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Happy Reading

*****

"Kamu kenapa, Mbak?" tanya Risma.

Iklima makin terisak ketika mendengar pertanyaan Risma. Perempuan itu tak menghiraukan kehadiran Riswan, malah menjatuhkan pelukannya pada Risma yang tengah duduk bersandar pada ranjang.

"Yustina, lho," adu Iklima.

Riswan bertanya dengan menggerakkan dagunya pada sang istri. Seolah dengan gerakan itu, dia bertanya ada apa dengan sahabatnya. Masih merangkul Iklima, Risma meletakkan jari telunjuk pada bibirnya agar Riswan tak menanyakan apa pun.

"Yang, Mas keluar dulu. Mau beli camilan," pamit Riswan sengaja memberi ruang bagi sahabatnya untuk menumpahkan seluruh isi hati.

Setelah Riswan keluar, Risma mengurai pelukan ibu muda itu. "Udah nggak ada Mas Riswan. Sekarang cerita, kenapa sama Yustina?"

Iklima mengusap air mata. Memencet hidung dan menarik napas panjang. "Dia tadi datang ke rumahku pagi-pagi banget sebelum aku berangkat ke rumah sakit."

"Terus?"

"Dia nyuruh aku buat mundur. Katanya ibunya Farel lebih setuju putranya m
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   95. Hempaskan

    Happy Reading*****"Riswan apa-apaan kamu! Nggak bisa didik isttimu, ya," teriak Yustina. Dia memutar bola mata saat melihat kehadiran Farel di sana. Mata yang semula membulat, sekarang berubah sok manis. "Ada apa?" tanya Riswan tenang."Kenapa istrimu memfitnah aku? Masalah dia apa, sih? Segitunya benci sama aku.""Fitnah?" tanya Farel. Seketika wajah si dokter berubah menakutkan. "Tolong jelaskan apa yang dimaksud fitnah? Apakah seperti ini?" Dia menunjukkan foto yang dikirim Yustina pada Iklima. "Dari mana kamu dapat foto itu?" kata Yustina terbata, tetapi detik berikutnya dia sudah menampakkan wajah tak bersalahnya. "Pasti ada orang yang sengaja mengabadikan momen kita kemarin. Tega sekali orang itu. Kalau sampai Iklima tahu kan kasihan. Aku telpon Iklima, ya, buat jelasin semuanya."Tangan Farel terkepal sementara Riswan makin jengah dengan tingkah laku perempuan di depannya. Andai bukan seorang wanita, dipastikan satu bogeman melayang pada Yustina. Sayang, baik Farel maupun R

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   96. Taubat

    Happy Reading*****Iklima mendorong tubuh sahabatnya, lalu melayangkan satu tamparan keras. "Tega kamu, Yus. Kamu tahu sejak kata-kata dan foto yang kamu kirimkan, aku menuduh Farel lelaki nggak bener.""Maafin aku, Ma.""Apa dengan kata maafku kamu akan berubah?" Tatapan Iklima tajam. "Lihat ibumu? Berapa lama lagi kamu akan menyiksa bathinnya?"Yustina meluruhkan tubuh ke lantai ketika inderanya bertemu dengan indera perempuan sepuh yang telah melahirkannya. "Tolong, maafkan aku, Ma. Aku janji nggak akan mengganggu hubungan siapa pun lagi. Cukup kata-kata Farel dan Riswan yang begitu keras menamparku hari ini. Jangan ucapkan lagi keburukan tentangku." Dia tergugu dalam tangisannya. Iklima melirik pada ibu Yustina. Isyarat mata yang diberikan perempuan itu syarat permohonan. Hatinya luluh seketika, Iklima juga seorang ibu tentu bisa merasakan kesakitan dan sorot mata wanita di depannya."Berdirilah, Yus. Aku memaafkanmu, hanya karena Ibu. Jika sampai kamu mengulangi lagi perbuatanm

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   97. Maruk

    Happy Reading*****"Mas Riswan." Mata Fadil mendelik dengan wajah yang menakutkan, menciutkan nyali putranya."Yah, tadi itu cuma ...." Fadil menyetop perkataan putranya dengan tangan kanan terangkat. Menatap tajam pada putra semata wayangnya. "Setelah Mbak Risma boleh pulang. Sebaiknya, Mas, jadwalkan untuk berbulan madu. Sejak nikah, kalian belum pernah pergi berdua untuk berlibur. Kamu, Mas, selalu saja kerja dan kerja. Sesekali healing buat kesehatan dan kemesraan kalian, nggak masalah, kok." Fadil memainkan alisnya. Mengerlingkan mata pada sang istri."Yah, kok malah gitu. Nggak diceramahi, biar Mas Riswan nggak sembarangan mesumin Mbak Risma." Rofikoh tak terima. "Mereka berbuat gitu pasti karena nggak punya kesempatan, makanya Ayah nyuruh bulan madu," jawab Fadil bijak. Risma menutupi wajah, malu sekali. Bukan sekali ini, dia kedapatan bermesraan dengan suaminya selama di rawat. Baru tadi pagi, Rofikoh memergoki. Masak iya sore dipergoki ibunya dan sang mertua. Melihat waj

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   98. Ultah dan Cemburu

    Happy Reading*****Begitu turun dan Rofikoh membuka pintu. Suara mengejutkan terdengar oleh Risma. "Selamat ulang tahun!" ucap mereka yang berada di dalam rumah serempak. Risma membulatkan mata. Salah satu dari mereka maju dan memberikan sebuket bunga mawar putih. Kemudian dia menyayikan lagu selamat ulang tahun untuk Risma. Suaranya memang sangat merdu. "Selamat ulang tahun kuucupkan. Sambutlah hari indah bahagia. Selamat ulang tahun untuk kamu, panjang umur di dalam hidupmu."Begitulah lagu yang dinyanyikan lelaki tampan di depan Risma. Riswan mengepalkan tangan, siapa lelaki yang berani memberikan buket mawar serta menyanyikan lagu ulang tahun untuk istrinya itu. Dia sendiri sebagai suami lupa bahwa hari ini adalah ulang tahun Risma. Detik berikutnya, lelaki itu sudah mendekati sang istri. Penuh perhatian mengucapkan kata-kata manis. Hati Riswan membara. "Sehat selalu, ya. Maaf, nggak sempat jenguk pas di rumah sakit. Aku lagi perjalanan dinas dan baru pulang pagi tadi. Sorry

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   99. Bukan Pebinor

    Happy Reading*****"Menurutmu siapa?" jawab Riswan dengan suara naik satu oktaf. Dia juga memberikan delikan pada Davian. Lelaki pemilik nama Davian itu malah terkekeh. "Pastinya bukan aku, Mas? Ngeri kali kalau sampai jadi pebinor," jawabnya enteng. Davian juga menggerakkan bahunya, ngeri. Mau tak mau Risma juga terkikik mendengar jawaban Davian, menambah kejengkelan suaminya. Sementara sahabat-sahabat mereka yang ada di sana menatap heran. Zikri menahan tawa karena tahu seberapa besar kecemburuan suami sahabatnya itu. Dia sudah sering merasakannya yang terkadang tak beralaskan sama sekali. Melenceng jauh jika dinalar. Sementara Iklima menatap Riswan dengan kening berkerut. 'Gila aja si Riswan. Nggak tahu lagi banyak orang malah bersikap aneh seperti itu. Ya, kali temen Risma tega nikung. Duh, aneh saja, dia tuh.' Ucapnya dalam hati. "Sahabatmu, tuh, Bun. Selalunya cemburu nggak pada tempat. Payah, semua lelaki yang deket dengan Risma pasti dicemburui. Bener-bener nggak bisa lih

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   100. Bucin Akut

    Happy Reading*****"Dih, ngatain aku bucin. Kamu sendiri apa kabarnya? Baru dicuekin aja sudah kebakaran jenggot," kata Riswan tak terima. Dia balik menyerang Farel dengan ejekan juga. "Sama-sama bucin dilarang saling mengejek," sahut Risma. "Nah bener, tuh, Ris." Iklima menambahkan dan dua perempuan itu terkikik geli dengan tingkah pasangan masing-masing. "Yang," panggil Riswan dengan muka manja."Bun, kok gitu?" Kali ini Farel memprotes Iklima. "Sudah ... sudah," lerai Rini, "apa yang menantu Ibu lakukan benar. Kalian harus tahu itu. Jadi, jangan pernah ada yang deket-deket sama Mbak Risma biar dia nggak marah atau cemburu. Mengerti?" Merasa dibela sang mertua, Riswan tersenyum bangga. Namun, perkataan Rini selanjutnya sungguh membuatnya jatuh kesakitan."Dia bukan hanya bucin akut, tapi juga manjanya nggak ketulungan. Anak TK saja kalah. Kalau sudah merajuk bakal susah dirayunya." Rini membekap mulutnya dengan tangan kanan. Di sebelah perempuan paruh baya itu, Rofikoh terpin

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   101. Kebablasan Buka Puasa

    Happy Reading*****"Bunda ngapain coba berdiri di depan kamar Mas Riswan," tanya Fadil ketika dia akan melangkah ke kamar. Letak kamar mereka yang berada di lantai dua dan harus melewati depan ruangan berpintu yang sedang digunakan Riswan, membuat lelaki paruh baya itu heran dengan sikap sang istri. Rofikoh seperti sedang menguping, tetapi ekspresi wajahnya sungguh menggemaskan bagi Fadil. "Ayah denger suara itu, nggak?" tanya Rofikoh dengan kepala agak condong ke pintu kamar putranya. Memberi kode sang suami untuk mendengarkan suara-suara aneh dari dalam. "Ck. Ngapain Bunda dengarin suara-suara khas seperti itu. Kayak nggak pernah ngerasain saja. Ayo ke kamar, nanti kita buat sendiri suara yang sama seperti mereka bahkan lebih dahsyat lagi," bisik Fadil. Tangannya sudah menyeret pelan tangan Rofikoh agar segera mengikuti. Sepertinya, lelaki itu lupa dengan umur mendengar suara putra dan menantunya. Baru tersadar setelah beberapa langkah, perempuan itu mendelik sebal pada sang sua

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   102. Rencana Bulan Madu

    Happy Reading*****"Apa perlu Ayah rekam suara kenikamatan kalian," goda Fadil setelah sempat mendelik pada sang putra yang tak mempercayai perkataannya tadi. "Sudahlah lupakan. Ayo cepet jalannya. Bunda sama Mbak Risma pasti sudah nunggu buat makan malam," ajak Fadil. Selain istrinya yang menunggu, perutnya juga sudah memanggil-manggil minta diisi. Riswan masih berpikir dan mencoba mengingat-ingat kejadian dan kegiatannya tadi bersama istrinya. Mengingat desahan-desahan Risma tadi malah membuat lelaki itu ingin segera sampai rumah dan mengulang lagi kegiatan panas mereka. "Ayo, Yah. Mas juga sudah lapar banget," ajak Riswan. Lapar ingin segera menerkam sang istri maksudnya. Lelaki itu tersenyum sendiri mengingat semua pikirannya.Rofikoh membuka pintu dengan senyuman ketika sang suami menyodorkan tangan. "Kenapa lama sekali?""Masak lama, Bun?" Fadil mencium kening sang istri.Sama seperti yang dilakukan ayahnya, Riswan pun juga melakukannya. Mencium kening Risma setelah perempuan

Latest chapter

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   2 14. Kebahagiaan Sesungguhnya

    Happy Reading*****Pagi-pagi sekali, selesai salat subuh, Risma sudah disibukkan dengan antusias anak-anaknya agar dia dan Riswan bersiap-siap. Selesai sarapan Fattah dan Hirawan mengantar orang tuanya ke bandara."Pokoknya Papa sama Mama kudu seneng-seneng di sana. Nggak usah mikirin apa pun. Mas sama adik yang akan mengurus semua pekerjaan Papa selama liburan. Manfaatkan waktu seminggu buat berduaan dan happy-happy," kata Fattah meyakinkan kedua orang tuanya. "Bener kata Mas Fattah. Setelah liburan satu minggu, baru mikir lagi tentang rencana pernikahan," Hirawan menambahkan perkataan saudaranya. Kedua pasangan itu cuma tersenyum menanggapi semua perkataan putra-putranya. Tak bermaksud menjawab ataupun membantah apa yang meraka katakan. Sampai masuk bandara dan para pengantar tidak bisa masuk lagi. Sebelum berpisah dengan kedua orang tuanya, Hirawan membisikkan sesuatu pada Risma. "Ma, jangan lupa pesen Adik semalam. Pulang-pulang harus ada kabar baik bahwa Awan bakalan punya adi

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   213. Ulang Tahun Pernikahan 2

    Happy Reading*****Mengendari kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Wajah Fadil membayangi pikiran Riswan. Tak sampai sepuluh menit, mereka sudah berada di depan gerbang. Suara klakson dibunyikan agar keluarganya tahu bahwa dia sudah tiba saat ini. Namun, suasana rumah sangat sepi dan sunyi, hanya ada mobil Fattah.Risma turun dengan kaki gemetaran, takut sesuatu yang buruk terjadi. Apalagi melihat mobil si bungsu tidak terparkir di halaman. Lampu ruang tamu sudah padam. Mungkinkah mereka sedang pergi dengan mengendarai mobil Hirawan. Risma menoleh pada suaminya. "Pa, rumah sepi. Apa yang terjadi pada Ayah?" "Masuk, saja." Tanpa mengetuk, Riswan memutar knop pintu, dengan mudah dia membukanya karena memang tidak terkunci. "Happy anniversary, Mama, Papa," teriak Fattah, Hirawan, dan menantu mereka. Riswan dan Risma saling pandang. Keduanya maju dan memukul lengan anak-anak mereka. Tak luput juga Rosma dan Senja yang memegang kue bertuliskan selamat ulang tahun pernikahan.

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   212. Ulang tahun Pernikahan

    Happy Reading*****Pulang dari rumah keluarga besannya, Riswan membelokkan kendaraan ke arah lain. Sang istri rupanya belum menyadari hingga sampai di persimpangan yang cukup jauh dari rumah mereka. "Lho, Pa, kita mau ke mana?" tanya Risma sedikit heran saat suaminya berbelok ke sebuah restoran tempat anak-anak remaja nongkrong. Restoran modern yang sedang viral di sosial media. "Papa lapar, Ma. Boleh, dong, mampir sebentar dan ngicipi makanan yang lagi viral saat ini. Turun, yuk," ajak Riswan. Lelaki itu sengaja membantu sang istri untuk membukakan sabuk pengaman yang dikenakan. "Kok lapar lagi, Pa? Kan, tadi sudah makan di rumah Mbak Iklima," tanya Risma heran. "Ya, gimana. Emang masih lapar. Ah, Mama kayak nggak tahu napsu makan Papa akhir-akhir ini." Riswan turun terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk istrinya. Hati Risma kembali menghangat. Sudah puluhan tahun berlalu, tetapi sikap suaminya masih saja seperti ini. Janji di awal penikahan untuk tetap setia dan mencinta

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   211. Rencana Pernikahan masal

    Happy Reading*****Hilmi mengikuti mobil Dara dengan motornya. Hari ini, jadwalnya memang kosong. Kuliahnya tinggal menunggu sidang skripsi dan kerjaannya lagi libur, jadi ada banyak waktu untuk mengunjungi calon mertuanya. Hilmi sedikit tegang saat berkendara. Pikirannya berputar apa yang akan dikatakan oleh orang tua sambung Dara. Mungkinkah akan menolak lamaran atau bahkan lamarannya akan diterima. Namun, opsi pertama lebih dipilih oleh lelaki itu. Pasalnya, sejak lamarannya saat itu tak sekalipun Dara menghubungi. Hirawan dan Rosma yang sering ditanya pun tak pernah memberikan jawaban yang memuaskan. Bukan sekali ini, Hilmi bertemu Dara di tempat kajian. Sering bertemu, tetapi sikap perempuan itu selalu cuek dan terkesan menjauh. Lima belas menit kemudian, Dara menghentikan kendaraannya. Membuka pintu pagar serta memberi kode agara Hilmi mengikutinya masuk. Dia juga meminta Hilmi duduk menunggu di ruang tamu. "Assalamualaikum. Yah," panggil Dara pada orang tuanya."Waalaikum

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   210. Keberanian Hilmi

    Happy Reading*****"Kak, tenang dulu," kata Farel. Dia menatap Hilmi. "Sekarang katakan pada Om. Mengapa kamu sampai kepikiran buat melamar Dara. Bukankah kamu tahu keadaan putri Om akhir-akhir ini? Nggak ada yang baik dalam dirinya. Apa kamu nggak akan menyesal nantinya, Hil?"Hirawan, Rosma dan juga Iklima masih diam. Mereka juga ingin tahu apa alasan Hilmi sampai ingi melamar Dara. Padahal jelas-jelas dia tahu bahwa gadis itu tidak suci lagi. "Bismillah," ucap Hilmi, "saya, hanya ingin membina rumah tangga yang sesuai dengan tuntunan syariat, Om. Nggak ada niat lain kecuali ingin mencari keridaan Allah dalam rumah tangga yang akan dibina. Tentang masa lalu Dara, saya tahu betul dan keluarga nggak keberatam untuk menerima kehadiran Dara sebagai calon istri. Bukankah semua orang pasti punya masa lalu. Entah itu buruk ataupun baik. Manusia juga nggak ada yang sempurna. Memang tempatnya salah dan lupa. Hilmi yakin Dara sudah menyadari semua kesalahannya dan bukankah sekarang dia suda

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   209. Kebahagiaan Datang

    Happy Reading*****"Kok, Mas malah senyum. Ada yang lucu, ish," tanya Rosma mulai sedikit marah, "Adik bingung, situ malah senyum. Nggak jelas banget."Hirawan mendekatkan wajah pada istrinya. Lalu, mencolek gadu dan berkata. "Adik nggak ngeh sama kode yang dilempar Ayah? Kayaknya Mas Hilmi sudah ngasih tahu Ayah tentang niatnya. Kalau nggak, mana mungkin Ayah berkata gitu."Perempuan itu memainkan bola matanya, seperti sedang memikirkan sesuatu. "Kayaknya, Mas bener, deh. Kalau Mas Hilmi belum ngasih tahu. Mana mungkin Ayah langsung paham saat Adik bilang tentang dia. Ih, masku pinter banget." Satu kecupan mampir di pipi Hirawan membuat lelaki itu membalasnya dengan ciuman di bibir sang istri. "Kalau nggak pinter mana mau Dokter Farel menerima lamaranku ini," kata Hirawan mulai jumawa. "Mulai dah sombongnya.""Bukan sombong, tapi emang kenyataan.""Ayo cepet sarapannya. Nanti telat ke kampus." "Siap, Bos," kata Hirawan disertai hormat. Keduanya tertawa. Pagi yang sungguh menyena

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   208. Rencana Masa Depan

    Happy Reading*****"Kok, bisa nyusul ke sini, Pa?" tanya Hirawan pada Riswan, tetapi matanya malah menatap Rosma. "Bisalah. Apa sih yang nggak bisa dilakuin buat mantu kesayangan Papa," sahut Risma setengah menggoda putranya. Bukan berarti dia tidak bersedih dengan kematian bayi Dara, tetapi lebih kepada memberikan sedikit hiburan pada dua lelaki yang wajahnya terlihat sedih dan sangat lelah. "Hmm, ternyata anak ayah udah kangen sama suaminya. Baru juga nggak ketemu sehari kemarin," tambah Farel. Dia memeluk sahabatnya itu dan menyalami Risma serta Fattah. "Bukan gitu, Yah. Adik kepikiran sama Kak Dara, makanya minta Papa sama Mama buat nganter ke sini," jelas Rosma merasa tak enak hati. Tak ingin semua orang salah paham dengan kehadirannya sekarang. "Beliau semua bercanda, Yang. Nggak perlu diambil serius gitu," kata Hirawan. Segera menarik sang istri dalam pelukan dan menciumi wajah serta keningnya. "Banyak orang, woy," teriak Fattah tak terima jika pasangan muda itu berbuat d

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   207. Terguncang

    Happy Reading*****Hirawan segera membangunkan ayahnya."Ada apa, Mas?""Kak Dara lari, Yah.""Astagfirullah. Lari ke mana?" Farel berdiri dan langsung mencari putrinya. "Ke arah mana dia tadi pergi?""Kanan, Yah." Hirawan mulai panik. Pergerakan Dara sungguh cepat. Mereka berdua berpisah di persimpangan lorong. Hirawan sudah hampir mencapai pintu keluar khusus tamu pengunjung. Keadaan larut malam dan sepi membuatnya mudah mengenali sosok Dara yang hampir mencapai gerbang. "Kakak," panggil Hirawan, Dara menoleh. Namun, perempuan itu malah sengaja mempercepat langkah. Tak mau terjadi apa-apa dengan kakak iparnya, Hirawan berlari dan menarik pergelangan tangan Dara. Si perempuan mendelik sebal. "Lepas, Wan. Kakak mau nyari orang yang sudah nabrak tadi. Kakak bakalan tuntut dia karena sudah membunuh anakku," teriak Dara di tengah sepinya malam. "Kak, jangan seperti ini. Kasusnya sudah ditangani pihak berwenang. Kakak nggak boleh main hakim sendiri," peringat Hirawan. Dia masih meme

  • Setahun Tanpa Sentuhanmu   206. Janin Dara

    Happy Reading*****Risma mendelik mendengar cerita Iklima. Sedikit berteriak ketika memanggil Hirawan. Suami Rosma itu pun setengah berlari mendekati mamanya. "Ada apa, Ma?""Cepatan ambil perlengkapanmu dan segera temani ayahmu, Dik," kata Risma panik. Tanpa bertanya, Hirawan berbalik arah dan segera mengambil perlengkapannya di kamar. "Ada apa sebenarnya, Ma?" tanya Riswan pada sahabatnya, Iklima. "Dara, Wan. Sekali lagi, aku teledor menjaga anak itu," kata Farel menjawab pertanyaan besannya karena sang istri masih sesenggukan. Riswan mengembuskan napas panjang. Dia merangkul sahabatnya. "Tenangkan Dirimu, Rel. Kamu akan menempuh perjalanan panjang."Beberapa menit kemudian, Hirawan muncul di depan kedua orang tua dan mertuanya. "Ayo, Yah. Kita berangkat sekarang."Tanpa bertanya ada masalah apa, sang menantu mengajak mertuanya pergi. Riswan dan Risma menganggukkan kepala, tanda mereka setuju. Demikiam juga Rofikoh dan Fadil yang baru saja bergabung. Setelah bersalaman, Hiraw

DMCA.com Protection Status