Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 101 - Bab 110

214 Bab

101. Kebablasan Buka Puasa

Happy Reading*****"Bunda ngapain coba berdiri di depan kamar Mas Riswan," tanya Fadil ketika dia akan melangkah ke kamar. Letak kamar mereka yang berada di lantai dua dan harus melewati depan ruangan berpintu yang sedang digunakan Riswan, membuat lelaki paruh baya itu heran dengan sikap sang istri. Rofikoh seperti sedang menguping, tetapi ekspresi wajahnya sungguh menggemaskan bagi Fadil. "Ayah denger suara itu, nggak?" tanya Rofikoh dengan kepala agak condong ke pintu kamar putranya. Memberi kode sang suami untuk mendengarkan suara-suara aneh dari dalam. "Ck. Ngapain Bunda dengarin suara-suara khas seperti itu. Kayak nggak pernah ngerasain saja. Ayo ke kamar, nanti kita buat sendiri suara yang sama seperti mereka bahkan lebih dahsyat lagi," bisik Fadil. Tangannya sudah menyeret pelan tangan Rofikoh agar segera mengikuti. Sepertinya, lelaki itu lupa dengan umur mendengar suara putra dan menantunya. Baru tersadar setelah beberapa langkah, perempuan itu mendelik sebal pada sang sua
Baca selengkapnya

102. Rencana Bulan Madu

Happy Reading*****"Apa perlu Ayah rekam suara kenikamatan kalian," goda Fadil setelah sempat mendelik pada sang putra yang tak mempercayai perkataannya tadi. "Sudahlah lupakan. Ayo cepet jalannya. Bunda sama Mbak Risma pasti sudah nunggu buat makan malam," ajak Fadil. Selain istrinya yang menunggu, perutnya juga sudah memanggil-manggil minta diisi. Riswan masih berpikir dan mencoba mengingat-ingat kejadian dan kegiatannya tadi bersama istrinya. Mengingat desahan-desahan Risma tadi malah membuat lelaki itu ingin segera sampai rumah dan mengulang lagi kegiatan panas mereka. "Ayo, Yah. Mas juga sudah lapar banget," ajak Riswan. Lapar ingin segera menerkam sang istri maksudnya. Lelaki itu tersenyum sendiri mengingat semua pikirannya.Rofikoh membuka pintu dengan senyuman ketika sang suami menyodorkan tangan. "Kenapa lama sekali?""Masak lama, Bun?" Fadil mencium kening sang istri.Sama seperti yang dilakukan ayahnya, Riswan pun juga melakukannya. Mencium kening Risma setelah perempuan
Baca selengkapnya

103. Bulan Madu

Happy Reading*****"Kenapa selalu apes, sih?" bisik Riswan pada istrinya. Dia melirik lelaki yang berdiri di ambang pintu kamar. Bukan ayah atau bundanya, tetapi Ayah mertuanya yang berdeham tadi. Wajah serius tampak sekali menghiasi lelaki yang sudah menjaga Risma selama ini, sebelum menikah dengan Riswan. "Kalian mau mesra-mesraan terus apa gimana? Kalau masih lama berangkatnya, Ayah mau pulang saja. Toko nggak ada yang jaga. Kasihan ibumu sendirian." Suara itu terdengar menakutkan bagi Riswan. Tanpa mendengarkan perkataan menantunya, Lutfi berbalik arah dan akan melangkah pergi. Namun, suara Risma menghentikan."Bentar lagi kami berangkat, Yah. Beres-beres barang bawaan sudah selesai. Maaf sudah buat Ayah menunggu," kata Risma penuh permohonan. "Ya, sudah. Ayah tunggu di ruang tamu." Lutfi melirik menantunya. Ada senyum yang sengaja tak dia tampakkan. Segala sesuatu telah siap, pasangan itu berpamitan pada keluarganya. Walau Risma tak pergi jauh, tapi rasa sedih perpisahan den
Baca selengkapnya

104. Kata Cinta untuk Risma

Happy Reading*****"Nggak mau lari-lari. Capek, ih," balas Risma dengan teriakan juga. "Ayo, dong. Jangan malas gitu, Yang." Riswan berlari mundur sambil terus menatap sang istri. "Nggak mau denger jawaban pertanyaanmu tadi?"Mengerucutkan bibir, Risma akhirnya berdiri juga dan mulai berlari mengejar suaminya menyusuri pantai. Pasir berwarna putih yang diterpa kilau senja membuat tampilannya semakin memukau. Risma mengucap kagum atas ciptaan Allah. "Jangan kenceng-kenceng, Mas. Aku nggak kuat lari." Suara Risma berpacu dengan deburan ombak yang mengenai pasir di kakinya. "Ish." Riswan memperlambat larinya. "Pantesan Zikri manggil kamu, Ndut. Ternyata istriku memang gendut dan nggak kuat lari," ejeknya. "Aku nggak gendut," kata Risma marah disetai hentakan kaki yang cukup keras. "Jangan ngatain sembarangan, dong.""Kalau gitu, ayo kejar."Seperti anak remaja yang sedang di mabuk cinta. Pasangan suami istri itu kejar-kejaran di tepi pantai dengan latar belakang senja. Sebagian nela
Baca selengkapnya

105. Tragedi Kata Gendut Berujung Pertarungan

Happy Reading*****Riswan duduk termenung di salah satu sofa ruang tengah tempat menonton televisi. Setelah salat magrib dilanjutkan isya, dia mengetuk pintu kamar istrinya, tetapi tidak dibukakan. Lelaki itu pasrah Jika malam ini, dia harus tidur di sofa. Ponsel yang memang tergeletak di meja diraihnya. Cepat, Riswan mengetikkan chat pada si istri. Mulai lelah merayu dengan kata-kata. [Yang, laper. Makan, yuk. Kita makan malam romantis di kafe. Oke?] tulisnya pada sang istri.[Makan saja sendiri, aku nggak lapar. Lagian makan malam itu bisa buat gendut.]Melihat balasan istrinya, Riswan menepuk kening. Harus dengan cara apalagi, dia mencairkan kemarahan sang Risma. Akhirnya, dia melangkah kembali ke kamar. Mencoba sekali lagi mencairkan kemarahan istrinya. "Yang, bukain, dong. Mas, mau ganti baju, lho. Masak tidur peke kemeja. Kan, gerah," pinta Riswan lirih. "Pake itu ajalah. Nggak usah manja," kata Risma keras dari dalam. "Yang, kok gitu. Kita ke sini niatnya mau bulan madu.
Baca selengkapnya

106. Calon Pewaralaba Baru

Happy Reading*****Suara deburan ombak serta azan yang berkumandang mengusik tidur Risma. Meraba-raba sisi disebelahnya, tak juga ditemukan keberadaan sang suami. Risma membuka mata dan mengedarkan pandangan. Riswan masih belum ditemukan, tetapi suara gemericik air dari kamar mandi menandakan bahwa sang suami tengah berada di dalam. "Mas, kamu di dalam?" kata Risma disertai ketukan pada pintu. "Iya. Bentar lagi selesai, kok.""Ya, sudah. Agak cepet dikit."Tubuh Risma yang hanya ditutupi oleh selimut membuat Riswan tersenyum ketika baru membuka pintu kamar mandi. "Kenapa masih belum pakai baju? Masih pengen lagi?" goda si lelaki."Apaan sih, Mas." Risma berdiri dan segera masuk ke kamar mandi. Namun, alangkah terkejutnya perempuan itu ketika salah satu ujung selimut yang menyapu lantai sengaja diinjak oleh Riswan. Kain tebal itupun terlepas dan menampilkan tubuh polos Risma tanpa selembar benang pun yang menutupi. Riswan membekap mulut, menahan tawa karena muka cemberut sang ist
Baca selengkapnya

107. Tempat Romantis

Happy Reading*****"Boleh, nanti pasti saya kasih," kata Riswan. Berusaha membuang rasa curiga di antara orang sekitar yang menatap aneh Indadari. Mungkin, mereka beranggapan bahwa Indadari terlalu berani dengan meminta langsung nomor ponselnya di depan banyak orang. Padahal wajar saja, keduanya sedang menjalin hubungan bisnis. Memiliki nomor ponsel masing-masing tak masalah. Selesai menjelaskan segala macam tentang usahanya dan juga pembagian laba serta apa-apa yang menjadi kewajiban Indadari, Riswan mengakhiri perkataannya. "Kalau kamu sudah setuju dan mengerti dengan kerja sama yang akan kita lakukan. Selesai makan siang nanti, saya bisa langsung meninjau lokasi yang akan digunakan untuk warung." Riswan menambahkan. Namun, perempuan yang diajaknya bicara malah bengong. Entah sedang memikirkan apa. Sampai Fatiya harus mencolek lengan sepupunya itu untuk mengembalikan kesadarannya. "Eh, iya. Apa?" tanya Indadari kebingungan."Riswan tanya. Apa kita bisa langsung lihat lokasimu?
Baca selengkapnya

108. Pacaran Halal

Happy Reading*****"Terserah saja, dah," balas Fatiya, "mau pulang atau nginep di sini saja? Aku mau pulang sudah sore, kerjaan kita juga sudah selesai.""Pulang, dong. Aku juga mau lanjut pacaran sama istriku mumpung malam minggu. Nikmati kencan halal. Enak kali, ya, Yang?" Mencolek dagu istrinya, gemas."Malu-maluin aja, Mas. Udah lama nikah masak masih mau pacaran," balas Risma. "Ya, kan kita belum pernah pacaran, Yang."Panggilan dari Rusli memutus perdebatan mereka. "Suamimu sudah nggak sabar tuh," kata Riswan. *****Sesampainya di rumah sewaan, Riswan mulai menyusun rencana kencan mereka. Diam-diam lelaki itu sudah memesan tempat makan malam romantis melalui telepon di kafe seberang jalan yang tak jauh dari rumah mereka. "Sudah siap, Yang?" tanya Riswan setelah cukup lama menunggu sang istri yang katanya berdandan."Bentar dong, Mas. Nggak sabaran banget. Kencan pertama kan harus terlihat sempurna. Biar pacarnya makin sayang," teriak Risma dari dalam kamar. Riswan cuma ter
Baca selengkapnya

109. Aneh

Happy Reading*****"Ngapain, Yang?" tanya Riswan menatap aneh pada istrinya. Risma tersenyum kaku, kedapatan menguping obrolan mertuanya. "Mau pamit sama Bunda, tapi kayaknya beliau lagi ngobrol serius," jawab Risma. "Harusnya panggil saja. Bunda nggak bakalan keberatan,kok." Riswan mencoba mengetuk pintu. "Nda, kami mau berangkat," katanya. "Iya, Mas. Bentar," sahutnya daru dalam kamar. Pintu terbuka, menampilkan wajah sedih Rofikoh. Sementara di belakangnya, Fadil duduk di tepi kasur dengan menunduk. Masih terlihat jelas oleh Riswan sisa-sisa kekesalan mereka. "Doakan kista Dik Risma mengecil," pinta Riswan dan dilanjut dengan Risma yang menyalami tangan mertuanya. Risma melirik pada ayah mertuanya yang nyaris tanpa reaksi seperti biasanya ketika mereka berpamitan. Aneh saja, lelaki yang biasanya selalu peduli kini berubah cuek terhadapnya. "Amin. Kalian hati-hati, ya." Rofikoh berpaling dan menyeka sedikit air mata yang mulai turun. Berusaha menyembunyikan kesedihannya dari
Baca selengkapnya

110. Ada apa dengan Fadil?

Happy Reading*****Risma dan Riswan saling pandang. "Ada apa sampai Bunda berkata demikian keras?" tanya Risma. "Nggak tahu, Yang. Ayo masuk dan tanyakan sama mereka."Risma segera mencekal pergelangan tangan suaminya dan menggelengkan kepala. "Sebaiknya kita jangan masuk dulu, Mas. Bunda sama Ayah sedang bertengkar kayaknya. Biarkan beliau meredakan emosi terlebih dahulu.""Tapi, Yang. Mas pengen tahu kenapa mereka sampai bertengkar. Selama Mas tinggal bersama mereka nggak pernah lho seperti ini." Mau tak mau Riswan menghentikan langkahnya. Diam mematung dan menatap sang istri. Risma menarik tangan suaminya. "Duduk di sini dulu," ajaknya, "aku tetep nggak mau Mas nanyain masalah pertengkaran mereka. Ingat, kita akan tetap dianggap seorang anak kecil bagi mereka yang nggak boleh mencampuri urusan orang tua. Lebih baik kita diam dulu, jika kemarahan mereka sudah mereda. Mas ngobrol sama Bunda, minta penjelasan apa yang sebenarnya terjadi. Menurutku sih itu lebih ngena. Kita jadi ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
22
DMCA.com Protection Status