Home / Pernikahan / Setahun Tanpa Sentuhanmu / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Setahun Tanpa Sentuhanmu: Chapter 111 - Chapter 120

214 Chapters

111. Apa Salahku?

Happy Reading*****"Bisanya nyusahin saja," kata Fadil dan langsung melenggang pergi. Menutup pintu dengan keras seperti orang sedang menahan amarah. Air mata Risma tak terasa meleleh. 'Kenapa dengan Ayah? Mengapa dia bisa berkata sekasar itu? Apa salahku sebenarnya? Mengapa tak langsung berkata saja jika memang aku ada salah?' Segala macam pertanyaan itu menari-nari di atas kepala Risma. Di luar kamar, Rofikoh mulai panik. Panggilan pada dokter Irma belum juga terangkat. Beberapa kali mencoba, tetapi selalu gagal. Rofikoh memutuskan untuk menelepon putranya. Riswan harus tahu keadaan istrinya saat ini. Dering ketiga, panggilan perempuan itu sudah terangkat. Tak perlu berlama-lama, setelah mengucap salam, Rofikoh segera mengatakan makusdnya. "Ya, Nda? Kenapa nadanya panik gitu? Apa ada masalah?" kata Riswan di seberang sana. "Mas, kamu sudah sampai warung belum?" Suara perempuan itu terdengar bergetar. Sedikit mengusap peluh yang mulai turun membanjiri wajah. "Baru di halaman,
Read more

112. Kabar Bahagia

Happy Reading*****Riswan dan Rofikoh menjerit ketika melihat tubuh Risma terjatuh ke lantai. "Mas, bawa Mbak Risma ke rumah sakit. Bunda nggak mau terjadi apa-apa," kata Rofikoh memerintah putranya. "Kalau sampai terjadi sesuatu sama Mbak Risma, Bunda nggak bakalan maafin Ayah. Teganya kamu, Yah." Matanya melotot ke arah Fadil. Lelaki paruh baya itu cuek saja. Dia malah berjalan ke kamarnya tak peduli pada istri dan anaknya yang sedang khawatir dengan keadaan menantunya. Riswan yang melihat kelakuan orang tua lelakinya, hanya bisa menggelengkan kepala.Namun, dalam hati dia juga bertanya-tanya apa gerangan yang membuat Fadil begitu cepat berubah.*****Tergopoh, Riswan memanggil para perawat ketika mobilnya sampai di depan ICU. Sementara Risma masih bersama Rofikoh di dalam mobil. Perempuan itu masih tak sadarkan diri walau mertuanya terus memanggil dan membaui dengan aroma minyak kayu putih di dekat hidungnya. Sebentar saja, tim medis sudah beradi di depan pintu mobil Riswan den
Read more

113. Pertemuan Terselubung

Happy Reading*****"Assalamualaikum," salam seseorang berbaju rapi dengan kemeja warna cokelat muda. "Waalaikumussalam," jawab Fadil. Se ketika wajah lelaki itu semringah. "Kenalkan, dia istriku," katanya sementara pada Riswan dan Risma dia diam saja. Merasa kehadirannya tak dianggap oleh ayahnya, Riswan merangkul istrinya masuk. Sementara Rofikoh mau tak mau menyalami lelaki yang tak tahu siapa dan memiliki hubungan apa dengan suaminya. "Kemasi barang-barang kita, Yang," pinta Riswan ketika mereka sudah berada dalam kamar."Mas beneran mau balik lagi ke rumah kita? Gimana sama Bunda?""Bunda pasti ngerti. Mas, nggak mau kamu terus berpikir yang enggak-enggak gara-gara ulah Ayah," kata Riswan, "kamu nggak lihat tadi? Beliau sama sekali nggak mau mengenalkan kita sama orang itu. Apa maksudnya coba? Adanya kita dianggap nggak ada sama Ayah. Heran, Mas. Kenapa beliau bisa berubah secepat itu?" Tangan lelaki itu masih saja sibuk memasukkan pakaiannya dalam koper. "Mas, jangan suuzon.
Read more

114. Terkejut

Happy Reading*****"Jadi, maksud Mbak. Mas Riswan itu sudah menikah?" tanya Dania tak percaya. "Pa, apa-apaan ini? Kenapa kamu akan menjodohkan Restu dengan pria yang sudah menikah?" Dania menepuk kening. Hilang sudah harapannya untuk menikahkan Restu dengan seorang pengusaha seperti yang diceritakan suaminya. Sama seperti mamanya, Restu juga tampak terkejut. Namun, dia bisa apa. Jika tak menuruti keinginan papanya, maka hidupnya akan semakin dalam kesulitan. "Tenanglah, Ma," bujuk Fauzi."Gimana bisa tenang. Kita akan menyerahkan putri kita pada lelaki yang sudah beristri. Gimana pandangan masyarakat nanti? Ya Allah, pasti kita di cap keluarga nggak bener. Nggak bisa didik anak." Suara Dania bergetar seperti akan menangis. "Bun, kenapa kamu merusak semuanya?" kata Fadil. "Merusak bagaimana?""Ayah itu sudah hilang akal atau gimana, sih? Mbak Risma itu sudah akan mewujudkan semua harapan kita."Dua keluarga itu saling berdebat dengan pasangan masing-masing. Tanpa diketahui bahwa
Read more

115. Susah Dirayu

Happy Reading*****Untuk sesaat Rofikoh terdiam. Namun detik berikutnya, dia tersadar. Melihat marah pada suaminya yang membawa tasnya ke kamar. "Mau Ayah apa, sih?" teriak Rofikoh keras. "Tunggu di sana! Kita sama-sama jemput anak-anak." Diam, tak ada jawaban lagi. Namun, hati perempuan itu masih ada sedikit kecewa pada suaminya. Gara-gara dialah Riswan meninggalkan rumahnya. Padahal susah payah Rofikoh sudah menyembunyikan ketidak sukaan Fadil pada Risma. Hanya karena kurang sabar, perempuan itu harus berpisah lagi dengan putranya. Sambil menunggu Fadil keluar kamar, Rofikoh berjalan ke arah dapur. "Mbok, kami mau ke rumah Mas Riswan. Tolong jaga rumah, kayaknya nggak usah masak buat makan malam. Mungkin kita akan makan di luar," titah Rofikoh pada sang asisten rumah tangga. "Saya sudah siapin, lho, Bu.""Nggak papa, taruh aja di kulkas. Saya nggak tahu berapa lama perginya. Pasti akan sangat sulit meyakinkan Mas Riswan untuk kembali lagi ke rumah ini." Seperti menahan beban
Read more

116. Teguh Pendirian

Happy Reading*****"Kamu?" tanya Fadil disertai delikan. "Kurang ajar sekali kata-katamu, Mas. Kenapa kamu berubah durhaka?""Mas nggak durhaka, Yah. Apa yang Mas sampaikan tadi memang kenyataan.""Sudahlah," teriak Rofikoh tak mau kedua lelakinya berdebat lagi. Dia tidak mau Riswan semakin kasar dan tidak menjaga perkataannya pada sang Ayah hingga nanti di cap sebagai anak durhaka."Sabar, Mas. Nggak boleh ngomong kayak gitu sama Ayah. Adanya Mas di dunia ini lantaran Ayah juga, kan?" bisik Risma disertai usapan lembut pada lengan Riswan. "Mas cuma nggak mau kalau kamu sampai disakiti lagi oleh Ayah," balas Riswan. Dia kemudian menatap kedua orang tuanya. "Jika memang Ayah masih sayang sama Mas. Maka, biarkan Mas menemani Risma sampai dia melahirkan nanti. Untuk Bunda, njenengan masih bisa nengok kami di sini, kok. Walau kami sudah nggak tinggal di rumah sana."Keputusan Riswan rasanya tidak akan bisa dibelokkan lagi. Dia tetap kukuh pada pemikirannya. Entahlah, mungkin sifat yang
Read more

117. Pecel Rawon

Happy Reading*****Risma menatap ayahnya. Senyum-senyum sendiri melihat wajah lelaki sepuh itu kebingungan. Ingin sekali mengerjai Lutfi, tetapi teringat bahwa hal itu tidak diperbolehkan. "Kalian harus jelaskan apa maksudnya panggilan bumil. Kok, Ayah nggak dikasih tahu? Memangnya kamu hamil, Mbak?" Lutfi merangkul putrinya. Sudah cukup lama dia tidak bertemu dengan si sulung. Hampir satu bulan yang lalu, ketika dia berkunjung di rumah sahabatnya. "Nanti, Yah. Mas, akan jelaskan semua, tapi sekarang mau minta bantuan ibu dulu," kata Riswan. "Ayah tunggu penjelasannya, Mas.""Siap, Yah." Riswan memberikan hormat pada mertuanya. Mendengar suara sang menantu, Rini keluar dari kamar. "Eh, sudah datang. Lho, bawa apa itu?" katanya heran. "Bu, tolong bantuin Mas masak. Bumilnya lagi ngidam pecel rawon." Kembali, Riswan mengatakan hal itu yang membuat sang mertua bingung. "Astagfirullah. Ini sudah malam, lho," kaget perempuan yang sudah tampak keriput halus menghiasi wajah. "Beneran
Read more

118. Jungkir Balik

Happy Reading*****"Wis, Mas. Ngalah saja. Perempuan yang sedang hamil itu memang seringnya aneh, dari permintaan maupun suasana hati. Kadang-kadang seneng banget, detik berikutnya sudah nangis-nangis. Ya, persis kayak Mbak Risma gini ini, dah," jelas Lutfi. "Ayah kenapa nggak belain, Mbak. Malah bela Mas Riswan yang memang salah. Hiks ... hiks," kata Risma disertai isakan yang semakin keras. "Sudah... sudah. Mas akan makan ini, kok. Lihat nih." Riswan menyendokkan makanan itu dan memasukkannya ke mulut. "Jangan nangis lagi, dong." Lelaki itu sampai duduk di karpet demi membuat istrinya tidak menangis dan melahap semua makanan yang sudah dia racik sendiri. Ah, kalau tahu akan dimakan sendiri, Riswan tidak akan susah-susah memasaknya. Begitulah pikiran Riswan. Melihat menantunya makan dengan lahap, Lutfi menelan ludah. Sepertinya, perut lelaki itu bereaksi. "Bu, bisa minta tolong buatkan seperti punya Mas Riswan," katanya pada Rini. "Yey, Ayah," kaget Rini. "Hmm, kayaknya liat M
Read more

119. Rahasia yang akan terungkap

Happy Reading*****"Mbak, ada bundamu," panggil Rini pada putrinya.Risma sudah berada di antara para orang tua disusul sang suami dan adiknya. Mereka sudah menyelesaikan sarapannya. "Mbak nginep di sini kok nggak bilang-bilang. Ayahmu sampai nengok ke rumah subuh tadi. Dikira kalian di rumah. Eh, nggak tahunya malah di sini. Gimana keadaanmu, Mbak?" tanya Rofikoh setelah sang menantu menyalaminya."Alhamdulillah, Bun. Mbak baik.""Baik apanya. Mood-mu buruk sekali. Hari ini, Yang. Mas jadi sasaran terus dari semalam," adu Riswan. "Emang Mas yang salah. Kenapa nggak mau di salahin, aneh. Gara-gara Mas, aku belum sarapan."Seketika Rini teringat makanan yang diinginkan putrinya dari semalam. Dia pun menepuk kening karena kelalaiannya. "Ini ada makanan," kata dua perempuan yang sangat disayangi Risma."Lho, kok," kata Risma. "Ini pecel rawon pesenanmu dari semalam. Ayah sudah membelikannya lewat online," terang Rini. Risma sudah akan mengambil bungkusan itu, tetapi suara Rofikoh m
Read more

120. Terbongkar juga

Happy Reading*****Fadil semakin bingung apalagi melihat wajah pucat putranya. "Mas, tolong jelaskan. Ada masalah apa sebenarnya.""Mas juga nggak tahu, Yah." Riswan menatap Fadil, lalu berganti pada mertuanya. "Apa maksud Ayah sebenarnya?""Jika bukan Intan yang menceritakan semua. Selamanya, Ayah nggak akan tahu mengapa sejak dulu kalian belum dikarunia momongan. Lalu, sekarang ayahmu selalu menyalahkan Mbak Risma." Lutfi benar-benar geram. Akumulasi dari kekesalannya sejak sebulan lalu, diluapkan saat ini juga. "Apa yang Intan ceritakan, Yah. Mas Riswan dan aku nggak pernah menyembunyikan apa pun. Semua masalah kami sudah terselesaikan saat tabayun keluarga waktu itu." Risma sudah berdiri di antara keluarga dan suaminya. Di dalam kamar setelah selesai sarapan, Riska segera pamit untuk berangkat sekolah. Sebelum mendengar keributan dan perdebatan semakin besar dari para orang dewasa. Mendengar suara keras ayahnya saja sudah membuat jantungnya berlompatan. "Kamu masih mau menutu
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
22
DMCA.com Protection Status