Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 131 - Bab 140

214 Bab

131. Puncak Kerinduan

Happy Reading*****Fadil, hanya bisa menggelengkan kepala mendengar perkataan istrinya. "Jadi, Dik Risma sudah di sini?" tanya Riswan. Dia segera menaikkan tombol ranjang agar bisa berbaring dengan keadaan setengah duduk. Setelah itu dia mencoba berdiri. "Mas harus melihat keadaannya.""Tunggu!" peringat Fadil, "Mas nggak boleh turun dari ranjang. Keadaanmu masih sangat lemah. Mbak Risma nggak papa, keadaannya baik-baik saja. Cuma sedikit kelelahan karena perjalanan panjang yang dilakukannya semalam. Nanti, setelah agak mendingan. Ayah janji akan membawanya menemuimu." Terpaksa lelaki itu berbohong demi kebaikan. "Jadi, di mana dia sekarang, Yah?" selidik Riswan. "Di rawat di ruang sebelahmu. Selisih satu kamar saja dari sini. Setelah sarapan dan minum vitamin, dia tertidur, makanya Ayah tinggal lihat keadaanmu, Mas." Fadil duduk dan mengambil makanan yang sudah disiapkan oleh istrinya. Perutnya sudah keroncongan sejak tadi. Selama berada di rumah sakit, dia sudah berpesan pada p
Baca selengkapnya

132. Ikhlas

Happy Reading*****"Kenapa baru menjenguk sekarang?" tanya Riswan pada perempuan yang kini berdiri dengan wajah menunduk. Wajahnya tak terlihat semringah dan glowing seperti biasa. Cenderung pucat dan kusam. "Maafkan saya, Mas. Sungguh, semua yang terjadi karena ulah keisengan saja. Saya bener-bener menyesal." Wajah perempuan itu makin menunduk, tanda penyesalan begitu dalam. "Iseng? Maksudmu apa?" tanya Risma bingung. Seperti potongan puzzle yang tak lengkap, dia merasa ada sesuatu yang terjadi dan disembunyikan. Entahlah, perasaan Risma tiba-tiba gelisah. "Tenanglah, Mbak. Nggak ada apa-apa. Cuma masalah pekerjaan saja," sahut Rofikoh. Mencoba mengalihkan pikiran negatif menantunya. "Kok seperti nggak mungkin kalau cuma tentang kerjaan. Kemarin, saat kami bertemu. Ayah juga sempat mengatakan sesuatu, seolah dia sudah melakukan suatu kejahatan. Sekarang, kalian juga mengatakan hal yang menimbulkan pertanyaan. Gimana aku nggak khawatir."Fadil mengedipkan mata pada Riswan dan Rof
Baca selengkapnya

133. Kehendak-Mu

Happy Reading*****Suara teriakan Rofikoh menyadarkan Fadil, inilah saatnya dia harus ikhlas menghadapi semua ketetapan Allah. "Kenapa sama Mbak Risma, Bun?" tanya lelaki yang tak muda lagi itu. "Dia bilang perutnya mules dan sakit. Bunda bingung, Yah.""Mas, kamu di sini sendirian nggak masalah, kan? Sebentar lagi, Ayah Lutfi sampai. Kami dampingi Mbak Risma dulu," kata Fadil. "Nggak papa, Yah. Aku bisa jaga diriku sendiri," jawab Riswan, "maaf, sudah merepotkan Ayah sama Bunda. Temani saja Dik Risma, dia lebih membutuhkan."Kedua orang tua Riswan mengangguk. Sampai di kamar perawatan Risma, dia mendesis kesakitan. "Tahan dulu, Mbak. Ayah panggilkan Dokter," kata Fadil. Melihat menantunya kesakitan seperti itu, Fadil seperti mengulang kembali kenangan ketika Rofikoh melahirkan. Sakit di atas sakit, itulah yang dialami para kaum Hawa ketika menghadirkan seorang insan di dunia ini. Kembali air matanya menetes. Sampai di ruangan dokter jaga, Fadil mengatakan keadaan menantunya ya
Baca selengkapnya

134. Kehadiranmu

Happy Reading*****Sang mentari mulai meninggalkan kekasihnya berganti dengan cahaya rembulan. Fadil dan Lutfi kembali ke ruangan Riswan menggantikan Rini. Dua perempuan yang sudah memiliki pengalaman melahirkan kini berjaga menemani Risma yang tengah berjuang. Pukul tujuh tadi, Risma mengalami pembukaan sempurna. Mau tak mau, janin yang sedang dikandung perempuan itu harus dilahirkan. Setengah jam lalu, Rini dan Rofikoh sudah berada di ruang bersalin. Peluh mulai membanjiri dua perempuan yang menunggu proses kelahiran cucu mereka. Rini memegang tangan kiri sulungnya, sedangkan Rofikoh di sisi seberang perempuan itu. "Sekali lagi, ya, Bu. Kepala bayi sudah mulai terlihat," kata sang dokter. "Saat saya mengatakan dorong silakan Ibu mengejan. Sekarang tarik napas dulu, setelah itu hempuskan dengan dorongan perut sekuat tenaga.""Kamu pasti bisa, Mbak," bisik Rini dan Rofikoh bersamaan, memberi semangat. Satu tarikan napas dan dorongan yang kuat pada bagian perutnya. Risma melahirk
Baca selengkapnya

135. Ujian

Happy Reading*****"Dia kenapa, Sus?" tanya Riswan. "Mungkin Ibu syok lihat kondisi putranya. Apakah obatnya sudah diminunkan tadi?" tanya suster itu pada Rini. "Sudah." Si suster sibuk memasangkan infus pada Risma. Sementara Riswan, terus mencoba untuk menenangkan istrinya. Lebih sepuluh menit kemudian, Risma terlelap dalam tidur. "Sebenarnya ada apa dengan putra kami, Sus?" Riswan mulai penasaran. "Tidak ada apa-apa, Pak. Bisa jadi melihat banyaknya selang penunjang yang terpasang pada tubuh si dedek menyebabkan rasa sedih, takut, ataupun rasa yang lainnya lagi. Perasaan perempuan kan sensitif sekali.""Ya Allah, jadi begitu? Saya boleh nengok putra saya, Sus?" "Silakan. Saya permisi dulu, masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan."Baik Rini maupun Riswan mengangguk."Mas, mau ke ruang NICU dulu, Bu," pamit lelaki yang duduk di kursi roda itu. "Jangan sendirian ke sana, Mas. Ibu panggilkan ayahmu dulu. Harus ada seseorang yang menemani supaya kejadian seperti Risma nggak
Baca selengkapnya

136. Bersyukur

Happy Reading*****"Ada apa dengannya?" tanya Lutfi. Lelaki itu yakin sesuatu tengah terjadi dengan si bungsu."Bukan menyangkut Mbak Riska, Pak. Saya cuma mau ngabari kalau nggak bisa balik lagi ke rumah njenengan. Anak saya masuk rumah sakit dan saat ini, hanya saya yang bisa menjaganya," jelas suara di seberang. "Ya Allah. Kapan masuk rumah sakit, Bu?""Baru saja, Pak. Apa Mbak Riska nggak ngasih tahu? Tadi, sebelum berangkat katanya akan memberi tahu Bapak masalah ini. Maafkan saya karena lambat ngasih kabar.""Mungkin sudah, Bu. Saya sedang nggak megang HP soalnya. Ya, sudah nggak papa. Nanti saya minta salah satu karyawan toko untuk menemani Riska. Semoga putra njenengan cepat sehat kembali dan tolong doakan kami di sini juga," pinta Lutfi pada perempuan sepuh yang sudah menemani Riska selama dia berada di Situbondo. "Amin. Semoga kita semua bisa melewati semua ini dan seluruh keluarga kita diberi kesehatan. Terima kasih atas ijinnya, Pak," ucap Hamdiyah. "Oh, ya, Bu sampai
Baca selengkapnya

137. Jangan Tinggalkan

Happy Reading*****"Yah, kita harus kembali ke rumah sakit," pinta Riswan. Wajahnya mulai terlihat panik. "Kenapa dengan anak kita, Mas?" tanya Risma. Dia berbalik arah dan kembali mendekati suaminya. Walau suaminya tak menceritakan apa pun, tetapi naluri sebagai seorang ibu terpancing. Pasti ada sesuatu yang terjadi dengan kesehatan putranya."Belum tahu kenapa, Yang. Kita cuma diminta untuk kembali ke sana," bohong Riswan agar istrinya tidak panik. Riswan tak ingin membagi info yang diperoleh perawat rumah sakit saat meneleponnya tadi. Dia sendiri syok ketika dikabarkan apalagi istrinya. Pasti perempuan itu akan histeris seperti kejadian yang sudah-sudah. Sekali saja mendengar berita putranya drop, Risma selalu tak bisa menguasai keadaan. "Ayo, Yah. Kita harus kembali ke rumah sakit secepatnya." Rofikoh menarik pergelangan tangan suaminya. Beberapa detik lalu, Fadil sempat bengong. Entah apa yang dipikirkannya. "Iya. Ayo cepat masuk. Kita harus gerak cepat." Kembali dari kesada
Baca selengkapnya

138. Kulepas dengan Ikhlas

Happy Reading*****Salah satu tim dokter keluar dan menghampiri Fadil serta Rofikoh. "Maaf, Pak. Berat hati kami mengabarkan ini." Wajah sang dokter sedih. Matanya juga mulai berkaca-kaca. Sang Dokter melepas penutup kepalanya. "Kami tidak bisa menyelamatkan si dedek. Mempertahankan kehadirannya di dunia ini lagi." Di saat bersamaan, Risma yang baru saja datang bersama suaminya dengan membawa sebotol ASI. Lemas dan terduduk di lantai. Tak ada perkataan apa pun, Risma diam. Hanya, tetes-tetes air yang terus berjatuhan di pipinya. Fadil bersandar pada dinding dengan pandangannya kosong entah ke mana. Sementara Rofikoh, menutup mata erat dan sesekali mengusap air mata yang mulai turun. Riswan mengangkat tubuh sang istri agar berdiri. "Kita harus melihatnya untuk yang terakhir kali, Yang. Memberikan nama terbaik bagi putra kita," bisik lelaki itu. Risma diam saja tanpa jawaban bahkan ketika sudah masuk ke ruangan itu. Tatapannya kosong seolah raganya tak bernyawa lagi. Pergi bersama
Baca selengkapnya

139. Rencana Untuk Risma

Happy Reading*****Serta merta Risma bangit dari tidurnya. "Anakku ... anakku," teriaknya. Namun, bukan mendekati cucu Bu Hamdiyah, Risma berlari keluar kamar. Terus berteriak memanggil anaknya. Riswan mengejar dengan perasaan tak karuan. Dipeluknya sang istri dengan erat. "Jangan begini, Yang. Kamu mau ke mana?" tanya Riswan merangkul istrinya. Menuntun agar duduk di sofa. Beruntung lelaki itu bisa mengejar. Fadil dan Lutfi saling menatap. Seakan apa yang ada di pikiran mereka sama. Keduanya mengangguk bersamaan. Lalu, mendekati Hamdiyah. "Ibu mau pulang? Biar saya yang antar," kata Lutfi. Rini menyipitkan mata. Tumben, suaminya bersedia mengantar Hamdiyah. Sengaja, perempuan itu mencolek sang suami untuk mengikuti langkahnya. Sedikit menjauh dari orang-orang yang ada di kamar itu. "Ayah tumben mau ngantar Bu Hamdiyah?" tanya Rini setelah mereka berada di meja makan. Tempat itulah yang paling aman untuknya membahas keheranan sikap Lutfi. "Ayah nggak sendirian, Bu. Ada Fadil
Baca selengkapnya

140. Aksi dimulai

Happy Reading*****Hamdiyah menarik napas dan mengembuskannya perlahan sebelum akhirnya berkata. "Baiklah, Pak, Bu. Saya nggak keberatan. Njenengan-njenengan boleh membawa dan mengasuh cucu saya untuk membantu Mbak Risma kembali seperti dulu. Semoga keputusan saya ini benar.""Alhamdulillah," jawab ketiganya serempak. "Kami nggak akan mengecewakan Bu Hamdiyah. Kami janji akan merawat cucu Ibu sama seperti cucu kami," kata Rofikoh.Hamdiyah tersenyum dan mengangguk."Besok, pagi-pagi sekali kami akan menjemput cucu Ibu. Siapa namanya?" tanya Fadil. "Belum saya kasih nama, Pak. Rencana setelah selamatan tujuh hari ibunya, baru saya ngadain acara sepasaran buat bayi ini. Cuma acara syukuran kecil sebagai pengganti acara akikah karena belum ada biaya. Sekali lagi, terima kasih sudah mau membantu," ucap Hamdiyah tulus. Mereka semua menganggukkan kepala, Rofikoh bahkan memeluk perempuan sepuh itu. Berharap dalam hati bahwa kesehatan Risma akan segera membaik dengan kehadiran cucu Hamdiy
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
22
DMCA.com Protection Status