Home / Pernikahan / Setahun Tanpa Sentuhanmu / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Setahun Tanpa Sentuhanmu: Chapter 61 - Chapter 70

214 Chapters

61. Sahabat Lama

Happy Reading*****"Kamu beneran Risma, kan?" tanya seorang lelaki berpenampilan rapi dengan kemeja ketat membentuk lekukan tubuhnya yang sedikit kekar. Risma menatap lelaki itu dari ujung rambut sampai ujung kaki. Merasa tak mengenal siapa lelaki di depannya, dia berkata, "Kamu siapa?" Soso lelaki itu tersenyum. "Kamu lupa? Aku temen sekolahmu dulu. Masak nggak ingat sama rumah ini?"Menggaruk kepala di balik jilbabnya, Risma mengangguk. "Aku lupa siapa kamu dan seingetku aku nggak punya temen seperti dirimu. Maaf, ya. Bukannya sombong atau melupakan temen lama, tapi aku emang nggak inget siapa dirimu."Di depannya, lelaki itu tertawa keras. Beruntung adik Risma sudah berkumpul dengan teman-temannya. Jadi, tidak bisa menguping pembicaraan mereka. Jika sampai Riska mendengar, pasti ejekan dan olokan terlontar pada Risma. Perempuan itu memang sangat lemah dalam hal ingatan. "Masuk dulu, yuk. Aku jelaskan siapa aku sebenarnya. Ngomong-ngomong kenapa kamu sampai ke sini." Lelaki deng
Read more

62. Reuni

Happy Reading*****"Beneran kalian nggak saling tertarik satu sama lain? Kok, aku nggak percaya, sih?" tanya Davian masih dengan senyum menghiasi wajahnya. Risma mengangguk. "Beneranlah. Kalau kami ada rasa satu sama lain nggak mungkin dia melamar perempuan. Harusnya melamar aku, dong." Perempuan itu menggembungkan pipinya. Sesekali, Davian mencuri pandang ke arah Risma. "Kalau gitu aku punya kesempatan buat deketin kamu, dong. Secara aku sudah ganteng kayak gini. Nggak jelek dan cupu kayak dulu pas kamu nggak mau temenan sama aku." Lelaki itu memainkan kedua alisnya. "Elah, masih inget aja tentang itu. Kamu tetap nggak bisa deketin aku, Dav. Sorry," balas Risma. "Lah, kenapa emanganya?""Kamu telat. Aku udah nikah kali." Risma mengerlingkan mata. "Yah, patah hati lagi, dong." Davian pun tertawa. "Kita agendakan reunian, yuk. Ajak Zikri juga.""Ayok kapan?" jawab Risma penuh semangat. "Akhir pekan gimana?" tawar Davian, "aku free kalau weekend. Maklum masih jomblo. Nanti ke re
Read more

63. Peringatan Keras

Happy Reading*****Setelah mengeluh dan mengomel sendiri. Risma mengetikkan chat pada suaminya. Memberi peringatan, mengingatkan janji lelaki itu yang diucapkannya beberapa jam lalu pada ayah dan ibunya.[Mas, ngasih tahu Yustina kalau mau ke Situbondo? Nggak usah kebanyakan gaya kalau masih pengen jadi menantu Ayah. Aku bisa bongkar semua masalah rumah tangga kita yang sebenarnya. Sekali lagi berbuat salah dan nyerempet ke hal-hal kayak kemarin, jangan harap aku bisa memaafkanmu, Mas.] Tulis Risma pada suaminya, ada emotikon marah di dalamnya. Kekesalan hati perempuan itu sudah pada puncak yang tidak bisa dikendalikan lagi. Enteng sekali, Yustina berkata sedang dalam perjalanan menemui suaminya. Apa pula maksudnya? Ingin memanasi hati Risma. Terlihat murahan sekali perempuan seperti itu. Sudah tahu Riswan cuma menganggapnya teman, tetapi masih saja mengejar cinta sang lelaki. Sedikit lama, Risma baru mendapat balasan dari suaminya. Senyum itu langsung terbit. [Mas, cuma ngasih ta
Read more

64. Sungguh Menggelikan

Happy Reading*****Riswan masih terdiam dan mencoba mengembalikan kesadarannya. Dari mana Yustina tahu tempatnya menginap, sedang dia sama sekali tidak pernah mengatakan atau bercerita. "Sial, apa mungkin dia tanya sama Fatiya?"Cepat Riswan menuliskan chat pada Fatiya. Walaupun masih dini hari, dia tak peduli lagi. Chat yang dikirimkan dengan cepat mendapat balasan. Ibu dua anak itu mengiyakan pertanyaan Riswan. [Tanggung jawab. Temui sahabat sontoloyomu itu. Aku nggak mau ada fitnah dan orang yang melaporkan masalah ini pada istriku. Ah, Fatiya. Kenapa kamu mesti ngasih tahu tempatku nginep?] Riswan kembali mengirimkan chat balasan. Sedetik saja, Fatiya terlihat melakukan panggilan. "Aku, nggak tega lihat suaranya kayak orang mau nangis. Mohon-mohon suapaya aku ngasih tahu alamat penginapanmu. Lagian, ya. Kalian itu kenapa, sih. Sudah tahu punya keluarga masing-masing, kok, masih aja berhubungan. Kamu nggak kasihan sama istrimu?" Harusnya Riswan yang marah pada partner kerjanya.
Read more

65. Sungguh Menggelikan 2

Happy Reading*****"Tega kamu, Wan? Aku jauh-jauh datang ke sini pengen makan malam sama kamu. Bukan inginku meminta ini, tapi bayiku." Dia menyentuh perut buncitnya. Suara Yustina dibuat semanja dan sesedih mungkin. Matanya mulai merebak dengan kaca-kaca membias. Riswan memejamkan mata dan menggeleng pelan. "Aku bukan jahat atau tega, Yus. Tolong ngertiin posisiku saat ini. Kita ini cuma sahabat, sama seperti aku dan Fatiya, Iklima atau yang lainnya. Ada saatnya kita wajib saling membantu, tapi nggak boleh menyakiti hati pasangan. Aku, kamu dan Fatiya kan sudah punya keluarga masing-masing walau posisimu saat ini sudah sendiri. Tetep prioritas utama menjaga hati perasaan pasangan kita. Kamu sudah menyulut api dalam hubunganku dengan Risma. Aku nggak tahu apa yang kamu katakan padanya ketika akan berangkat ke sini. Yang jelas semua itu memicu pertengkaran dan memperuncing masalah yang ada."Yustina menyela, "Kenapa aku yang kamu salahkan? Lagian dia kenapa ngadu, sih. Gitu aja cembu
Read more

66. Pulang

Happy Reading*****"Ayah," sapa Riswan, "maaf, Yah. Mas kelamaan nitipin Dik Risma." Suami Risma itu segera menyalami mertuanya. "Lama di rumah ini nggak masalah, Mas. Asal dia bahagia." Lutfi menepuk punggung menantunya. "Jangan sekali-kali menyakiti hati Risma lagi," nasihatnya. Berulang kali, Lutfi sudah mengatakan hal itu dan tak akan pernah bosan mengingatkan menantunya. Dia mengajak Riswan duduk di ruang tengah sambil menunggu kue yang dibuat Risma. Mulai berbincang mengenai pembangunan cabang baru warung sate milik Riswan. Lelaki paruh baya itu terus saja mengajak menantunya ngobrol padahal Riswan sudah berkali-kali melirik ke arah dapur. Berharap sang mertua mengerti bahwa dia tengah menahan rindu pada istrinya. "Nah, kuenya sudah jadi kayaknya. Mbak, sini," panggil Lutfi setelah melihat putrinya keluar dari kamar. "Bentar, Yah. Mbak, mau menghias kuenya. Setelah itu baru duduk dan cicipi bersama. Sekalian biar tahu rasa lapis Surabaya buatanku." Risma menyunggingkan sen
Read more

67. Rencana yang Gagal

Happy Reading*****"Lho... lho. Kenapa malah nangis? Apa Mas salah?" Riswan mengurai pelukannya. Mengusap air mata yang mulai turun di pipi sang istri. Risma masih sesenggukan beberapa saat. Dia benar-benar sedih karena tidak bisa memenuhi keinginan suaminya. Menatap pada mawar berbentuk hati di atas sprei yang sudah berserakan, Risma makin mengeraskan tangisan. Perempuan itu sudah mengecewakan hati suaminya. "Kenapa, apa kamu belum siap?" tanya Riswan kembali. "Bukan begitu, Mas. Aku ...." Risma berkata dengan terbata-bata di antara isak tangis yang masih keras. "Hei. Mas, nggak masalah kalau kamu belum siap. Kapan-kapan kita bisa memulainya lagi. Setidaknya, Mas, bener-bener mengharapkannya." Riswan menghapus jejak air mata yang terus mengaliri pipi sang istri. "Ya, sudah kamu istirahat saja dulu. Mas, mau ke musala sudah azan magrib." Risma mencekal pergelangan sang suami yang akan melangkah pergi. "Mas, empat sampai lima hari ke depan, aku belum bisa melakukannya."Bola mata
Read more

68. Kencan Romantis

Happy Reading*****Sampai di salah satu restoran cepat saji yang terdapat di dalam mal. Riswan dan Risma memutuskan makan malam di sana dan alangkah terkejutnya pasangan itu ketika melihat Iklima dan Farel duduk berduan.Dara duduk dipangkuan Farel dengan sangat bahagia. Terdengar jelas celotehan bocah berusia hampir dua tahun itu. Di depan si lelaki, tampak Iklima tengah memakan makanannya dan sesekali menyuapi si dokter. Riswan melirik istrinya. "Kita samperin mereka, Yang.""Jangan, Mas. Malah ganggu nanti. Aku tahu banget. Dokter Farel itu dah suka Mbak Iklima sejak dulu.""Itu sudah bukan rahasia lagi, Yang. Sejak jaman cinta monyet dulu, Farel sudah menyatakan cintanya," jelas Riswan. Lelaki itu segera menyapa dua sahabatnya. "Hmm. Sudah berani kencan berdua, tapi nggak mau ngasih tahu," godanya. "Halo, cantik. Tante kangen banget," kata Risma pada Dara dan langsung mengambil bocah itu dari pangkuan Farel. Lalu, duduk di sebelah kanan Iklima. "Kencan nggak ngajak-ngajak," bis
Read more

69. Bersenang-senang

Happy Reading****"Sayang!" Riswan kembali berteriak. Pasalnya Risma malah masuk ke kamar mandi dan tak menjelaskan bagaimana caranya bisa membantu permasalahan yang membuat pusing kepalanya. "Bentar, dong, Mas. Aku kebelet pipis. Setelah ini tak jelaskan gimana caranya." Risma sengaja mengeraskan suaranya. Terpaksa, Riswan menahan rasa ingin tahunya. Di bawah sana, bagian intimnya semakin bergerak tak menentu setelah mendapat angin segar dari sang istri. Sungguh, Risma saat ini banyak memiliki kejutan tak terduga. "Yang, lama kali pipisnya. Ngapain sih di dalam?" Lelaki itu mengetuk pintu kamar mandi. Sudah lima menit berlalu, tetapi istrinya belum juga keluar. Pintu terbuka, menampilkan wajah semringah sang istri. "Mas, ih. Nggak sabaran banget. Kan aku masih ganti itu."Sang suami menarik istrinya ke sofa. "Kamu yang mulai, jadi ayo jelaskan gimana caranya. Mas itu tahunya kalau seorang perempuan berhalangan, maka tidak boleh seorang suami menyetubuhi. Haram lho, Yang, hukumny
Read more

70. Bahagia Selalu

Happy Reading*****Rintik hujan di awal pagi membuat Riswan malas untuk pergi ke warung. Apalagi setelah kegiatannya semalam, lelaki itu seakan enggan untuk meninggalkan sang istri. Begitu selesai dengan dua rakaat kewajiabannya di pagi hari, Riswan menuju dapur. Walau tak ahli dalam hal memasak, tetapi dia memiliki cara jitu untuk memanjakan sang istri hari ini. Setelah cukup lelah memberikan kepuasan padanya semalam, Riswan berniat membalasnya. Pagi-pagi, lelaki itu sudah memesan makanan melalui aplikasi online. Dua mangkuk bubur dan seporsi soto Lamongan rasanya cukup menggugah selera. Sengaja tak membangunkan Risma, lelaki itu malah membereskan rumah. Setelah selasai bersih-bersih baru membuka layar laptopnya. Mengecek laporan hasil penjualan dari dua warung sate miliknya. Riswan tersenyum puas. Para karyawannya cukup tahu posisi dan peran masing-masing. Tidak terganggu walau sang pemilik dan pengelola pergi ke luar kota dan hampir tak menjenguk warungnya. Satu panggilan video
Read more
PREV
1
...
56789
...
22
DMCA.com Protection Status