Semua Bab Setahun Tanpa Sentuhanmu: Bab 21 - Bab 30

214 Bab

21. Salah Duga

Happy Reading*****Lelah memikirkan siapa perempuan yang ditemui Riswan di taman kota tadi. Indera penglihatan Risma mulai meredup dan perlahan menutup sempurna.Sebuah pergerakan di atas ranjang berpegas menggangu tidur Risma. Bola matanya bergerak-gerak masih susah untuk di buka. Mencoba membuka mata, di sampingnya sudah ada Riswan.Risma sengaja mengerjap-ngerjapkan mata. Mencoba peruntungan dan berharap suaminya akan menjelaskan tentang pertemuannya tadi dengan perempuan lain di taman kota. Sampai beberapa menit, tidak ada tanda-tanda pertanyaan atau perkataan dari lelaki di sebelahnya. Malah terdengar dengkuran halus beberapa saat kemudian.Risma menaikkan tubuh dengan hati-hati. Setengah duduk dan bersandar pada kepala ranjang. Melirik jam, ternyata sudah pukul dua dini hari. Tanpa sengaja, Risma menyenggol kepala Riswan. "Kok aneh? Apa Mas Riswan habis keramas? Jam segini rambutnya basah. Apa yang telah dia lakukan dengan perempuan tadi? Astagfirullah. Semoga pikiranku salah."
Baca selengkapnya

22. Ternyata

Happy reading*****Perempuan berjilbab pasmina itu segera menghampiri Riswan. Membuat hati Risma makin cemburu."Awas aja sampai ada adegan peluk-peluk kayak sama Yustina. Bakalan minggat aku," bisik Risma."Hust," bentak Riswan lirih. Lalu, dia membalas senyuman sang perempuan. "Sudah lama nunggu? Sorry, ya, telat.""Belum lima menit," jelas perempuan itu, "Istrimu, ya?"Riswan memberi isyarat berupa anggukan. "Sayang, kenalkan. Salah satu sahabat kecilku yang akan menjadi pemodal untuk usaha warung sate kita. Namanya, Fatiya.""Assalamualaikum. Aku Fatiya, salam kenal," kata si perempuan mengulurkan tangan pada Risma."Risma," jawab perempuan istri dari Riswan."Kenapa semalam nggak ikut ketemuan padahal aku sama suami dan anak-anak?" Fatiya terlihat begitu ramah dan cepat akrab sekalipun baru bertemu dengan Risma.'Apa bawa suami sama anak? Kok aku nggak tahu, sih. Apa memang aku ini terlalu suuzon sama Mas Riswan hingga semua kebaikannya tak terlihat sama sekali? Apa jangan-janga
Baca selengkapnya

23. Susu Hamil

Happy Reading***** Risma berlari sekuat tenaga. Melewati sahabat suaminya yang berteriak memanggil namanya. Menjauh sejauh-jauhnya dari warung. Bukan terkejut melihat wajah perempuan tadi, tetapi mengapa dua orang berlainan jenis itu harus melakukan panggilan video seintim itu. Pakaian Yustina sungguh sangat minim dan mengapa Riswan tidak merasa risih saat melihatnya. Sementara ketika Risma yang memakai pakaian seperti itu, sang lelaki malah memalingkan wajah. Apakah Riswan memang mencintai Yustina? Terus berjalan sambil memikirkan suaminya. Risma sampai di depan rumah sang mertua. Ternyata terlampau jauh dia berlari tadi. Jarak yang biasa ditempuh dengan motor kurang lebih 5 menit bisa dicapai dengan berlari. "Lho, Ris. Kenapa berdiri di sana?" tanya Rofikoh. Perempuan sepuh itu baru saja membuang sampah dan melihat menantunya terengah-engah sambil memegangi lutut berdiri di depan pagar. Risma sedikit terkejut. Memutar otak dengan cepat, lalu menjawab pertanyaan bundanya. "Tadi
Baca selengkapnya

24. Traagedi Susu Hamil

Happy Reading***** Jempol Risma cepat membuka aplikasi ojek online. Sebelum mertuanya mengetahui air mata yang mengalir tanpa diperintah, dia berniat pulang ke rumahnya sendiri. Pantas Riswan tak mengejarnya tadi. Ternyata itulah alasannya. Siapakah gerangan perempuan yang sedang hamil dan dibelikan susu olehnya. "Ris, kayaknya kue kita udah mateng, deh," kata Rofikoh yang baru keluar dari kamar. Wajahnya terlihat segar dan berseri. Jauh berbeda dengan menantunya. "Bun, Risma mau pulang. Tadi Mas Riswan telpon mau ngajak keluar dan aku disuruh siap-siap." Perempuan berbaju daster batik itu menautkan alis. "Kenapa masmu nggak jemput aja ke sini? Jarak rumah kalian sama rumah bunda lebih deket dari warung, kan?" "Mas Riswan masih sama temennya yang bakalan gabung dalam waralaba kita," alibi Risma. Jangan tanyakan betapa gugupnya dia. Demi menutupi semua kesedihannya, perempuan itu terpaksa berbohong pada sang mertua. "Dasar Riswan, selalu saja aneh kemauannya." Rofikoh kecewa, te
Baca selengkapnya

25. Debat

Happy Reading*****"Ris, apa kamu masih di sana? Kenapa diem? Aku ke rumahmu sekarang, ya? Nggak tega, deh, lihat kamu terus dizolimi sama Mas Riswan. Eh, kelihatannya aja pendiem, tapi kok kelakuan kayak gitu, sih. Makin sebel sama suamimu itu." Suara Intan sarat kejengkelan. Sekalipun tak sekeras tadi, tetapi sesekali isakannya masih terdengar oleh Risma."Iya. Aku masih di sini. Kamu tenang aja, deh. Aku baik-baik saja. Nggak perlu kamu ke rumahku. Ini udah sore banget. Kata orang tua jaman dulu. Perempuan hamil dilarang keluar pas waktu pergantian hari apalagi mau magrib kayak gini," alibi Risma.Perempuan itu perlu waktu untuk menenangkan diri. Menyiapkan mental menghadapi suaminya ketika pulang nanti. Memainkan peran sebagai istri yang baik. Tidak akan bertanya apa pun atau berniat mengkonfirmasi semua yang dilakukan Riswan hari ini.Jika memang ada itikad baik dari Riswan, maka Risma sudah siap dengan segala kabar buruk itu. Perempuan itu turun dari pembaringannya, melangkah k
Baca selengkapnya

26. Ajakan Intan

Happy Reading*****Semalaman Risma tak dapat memejamkan mata. Setelah tragedi di meja makan yang membuatnya begitu marah pada Riswan, lelaki itu malah tidak tidur di kamar mereka. Satu masalah belum mampu diselesaikan, si lelaki malah menambah masalah lagi dengan membiarkan istrinya bertanya-tanya. Namun begitu, Risma tetap melaksanakan semua tugasnya sebagai seorang istri.Selesai salat subuh, Risma memasak untuk sarapan. Mencuci baju dan segala pekerjaan lainnya sebagai ibu rumah tangga biasa. Dia sendiri tak berniat sama sekali mencari keberadaan suaminya. Pukul enam pagi semua pekerjaan Risma beres. Tinggal mengepel dan menyapu halaman depan. Setelah itu, dia free sampai nanti jam makan siang.Pagi ini, Risma bertekat mewujudkan keinginannya untuk bekerja. Semalam sudah sempat menguhubungi beberapa teman kuliah. Bertanya apakah ada lowongan di kantor mereka.Risma melirik kamar di sebelah ruang tamu yang biasa digunakan Riswan untuk bekerja. Terkadang lelaki itupun tidur di sana.
Baca selengkapnya

27. Perkenalan dengan Farel

Happy Reading*****"Maksud dokter apa, ya?" Tak kuat menyembunyikan rasa penasaran, Risma melontarkan pertanyaan itu."Boleh duduk di sini?" tanya Farel menunjuk kursi kosong di sebelah Risma. "Beberapa waktu lalu, suamimu sempat berkonsultasi agar cepat mendapat momongan. Kayaknya berhasil, nih. Buktinya kamu sekarang lagi kontrol ke dokter kandungan."Risma tersenyum miris, antara bahagia dan juga sedih. Bahagia karena sang suami juga tengah berusaha mewujudkan keinginannya dan juga harapan para orang tua. Sedih, karena sampai saat ini sikap Riswan belum berubah. Haruskah dia menceritakan yang sebenarnya?"Lah, malah ngelamun? Jadi, sudah berapa bulan nih kandungannya?" Sang dokter sampai memiringkan kepala agar pertanyaannya tak diabaikan."Alhamdulillah belum, Dok. Ke sini cuma nganter temen, kebetulan suaminya lagi sibuk kerja, jadi nggak ada yang nemeni."Ada ekspresi aneh dari wajah Farel yang ditangkap indera Risma. Belum bisa diartikan antara terkejut atau kecewa. Risma memb
Baca selengkapnya

28. Pekerjaan Baru

Happy Reading*****"Duduk, dulu. Nggak perlu kaget gitu. Nggak nyangka kamu yang melamar kerja jadi admin. Apa Riswan mengijinkanmu kerja?" tanya lelaki yang kini duduk di depan Risma. Ya, dia adalah Farel. Seorang dokter yang bersahabat dengan Riswan."Dunia ini sempit sekali ternyata. Tadi di rumah sakit ketemu. Eh, sekarang ketemu lagi." Untuk menetralisir rasa terkejutnya, Risma sedikit memberikan gurauan. "Saya sudah ijin suami, kok, Dok. Jadi, nggak perlu kuatir bakalan dimarah sama Mas Riswan.""Oke. Kalau gitu, besok kamu boleh langsung kerja. Masalah sif, nanti diatur bergantian sama Septi. Selamat bergabung, semoga betah kerja di klinik kecil ini." Farel mengulurkan tangan hendak menjabat, tetapi Risma malah menangkupkan kedua tangan."Saya permisi, Dok." Tak ingin berlama-lama berada di ruangan Farel, Risma berpamitan.Dokter muda itu tersenyum penuh arti. Berkata dalam hati, 'gila kamu, Wan. Ngebiarin perempuan sebaik Risma sampai setahun. Aku tikung baru tahu rasa, kamu.
Baca selengkapnya

29. Larangan Kerja

Happy Reading*****"Siapa yang kamu maksud dokter Farel? Apa doktet Farel Hardiyan, sahabatku yang waktu itu datang di pembukaan warung sate?" Suara Riswan terdengar mengintimidasi."Iya. Kenapa memangnya, Mas? Bukannya lebih baik bekerja pada atasan yang sudah mengenal latar belakang kita?" Risma sudah menyelesaikan acara cuci cangkir dan peralatan lainnya. "Aku mau salat dulu udah azan magrib."Risma meninggalkan suaminya yang berdiri di dekat wastafel. Entah apa yang sedang dipikirkan lelaki itu. Dia sudah tak mau ambil pusing.*****Mengawali hari penuh semangat. Risma sudah bersiap berangkat kerja setelah menyelesaikan semua urusan rumah tangganya. Janjinya semalam pada sang suami tak akan mengabaikan kewajiban sebagai istri telah dijalankan dengan baik.Risma tetap melayani segala kebutuhan Riswan. Tak kurang sedikit pun meski harus bangun lebih pagi menyiapkan semuanya."Mas antar kamu kerja sekalian pengen tahu kamu beneran kerja di klinik Farel atau tidak." Tatapan mata Risw
Baca selengkapnya

30. Cemburu

Happy Reading*****Setelah menutup percakapan dengan Risma. Riswan segera menghubungi sahabatnya. Begitu panggilannya terangkat, suami Risma itu langsung berkata dengan suara keras. "Ngapain kamu beliin makan siang istriku? Nggak usah sok perhatian sama Risma. Aku emang ngasih ijin dia kerja, tapi bukan berarti ngasih kebebasan buat lelaki lain deket-deket."Masih di ruangannya, Farel menahan tawa. Apa-apaan sahabatnya itu. Belum juga dia ngasih perhatian lebih sama Risma. Riswan sudah kebakaran jenggot karena cemburu. "Salah sendiri kenapa istri secantik dan sebaik Risma dianggurin gitu aja. Jiwa jombloku tergerak deketin jadinya," jawabnya enteng. Si dokter yakin bahwa di seberang sana, Riswan mengumpat dan semakin kesal. "Aku pernah ngomong, kalau emang nggak bisa ngasih jatah batin sama istrimu. Aku bersedia kok membantu.""Sialan. Bisa nggak mulutmu ngomong yang baik-baik aja. Temen macam apa kamu itu?" Suara Riswan terdengar makin keras dan sukses membuat Farel terpingkal-pingk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
22
DMCA.com Protection Status