"Menikah? Kamu kira nikah itu gampang, ngomong terus berangkat?" protesku.Ia mengangguk cepat. "Gampang, mau, kan?" ucapnya lagi."Kayak kena grebek warga pas berzina aja, nih, Si Abi, nih! Sukanya dadakan mulu, nggak mau modal!" celetukku tak terima, menikah dengan balutan kebaya modern nan indah,pelaminan yang berhiaskan bunga-bunga hanya akan menjadi angan jika aku menuruti kata Abi."Nggak modal gimana? Lah, emang kamu mau mahar berapa? Aku bakal berusaha menuruti, kok, berapa, Bell?" tanyanya tak sabar."Bukan ... bukan masalah mahar, Abi." "Terus?""Dasar, Abi! nggak peka, nggak romantis! Kalau aja nggak ganteng, udah tak, hih, kali!" batinku berucap, tanganku meremas."Ah, sudahlah, Bi. Terserah kamu aja!""Oke.""Oke?oke, Gimana?""Oke, nikah, dong. Kamu bilang terserah aku."Aku tersenyum paksa, rasa tak percaya seakan ada ... saja saat aku bersama Abimana. Mungkin yang bisa aku katakan sekarang hanyalah, orang pintar selalu berpikir sesuai logika bukan perasaan, dan Abiman
Baca selengkapnya