Bab 1Kenyataan Pahit"Bell, aku akan menikahi Tari," kata Abi, laki-laki yang mengucap ikrar di depan Papa dan penghulu, sebuah janji suci yang bernama pernikahan satu bulan yang lalu, begitu mantap dia ber-ijab, begitu juga hari ini, begitu mantap dan begitu mudahnya dia berkata akan menikah lagi.Aku berdiri di depan jendela dan dia di depan pintu. Begitu lantangnya ia mengucapkan sebuah kalimat yang membuat hatiku luluh lantah.Aku tak menjawab, hanya melirik, dan kembali pada pandanganku ke luar jendela. Rasanya lebih baik melihat hamparan rumput hias yang bergoyang oleh terpaan angin sore dari pada harus memandang wajah itu, wajah rupawan dan bersahaja saat pertama kali aku melihatnya. Namun, mampu menorehkan luka yang amat sangat dalam. "Aku akan tetap menikahinya walau kamu tidak setuju. Kamu tau, kan? Aku sangat mencintai Tari?" sambungnya.Kusunggingkan senyumku, senyum yang menyimpan sejuta tangis, sesak, sakit, dan kecewa. "Kalau kamu tidak membutuhkan ijinku, kenapa m
Baca selengkapnya