Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Tak Semanis Madu: Chapter 71 - Chapter 80

174 Chapters

71. Tunjukkan Kemampuanmu 2

Suami? Oh tidak, kali ini aku tidak akan melibatkan Abi, kalau Abi terlibat berarti tuduhan mereka benar dong? Ya, aku akan berusaha semampuku sendiri. Aku harus menunjukkan pada semua bahwa aku tidak seperti yang mereka pikirkan, bahwa aku mampu."Baiklah, kamu pelajari semua dan gunakan waktu satu bulan ini dengan sebaik-baiknya!" kata Mbak Mei penuh penekanan."Siap, percayakan semua padaku," ucapku penuh percaya diri.Semua berkas sudah disiapkan, kali ini yang diinginkan oleh redaksi adalah tema keluarga, arti sebuah keluarga. Kucari dari berbagai sumber dan kupelajari dengan sangat hati-hati."Eh, Raka nggak masuk, ya?" tanya Mbak Mei pada Mbak Selly, begitu seriusnya aku memikirkan edisi bulan depan membuatku tak sadar Kak Raka tidak ada di meja."Ijin ke Surabaya, nganter ceweknya, sakit katanya," jelas Mbak Mei. Aku tersenyum kecut, tapi tak mengapa, setidaknya dia mendengar saranku untuk setia pada satu wanita."O, oke. Eh, Sell, kok Pak Abi nggak kelihatan, ya? Kira-kira b
Read more

72. Pencuri tetaplah pencuri

Kuikuti langkah Pak Christian, tentunya dengan perasaan tak karuan. "Duduk!" serunya begitu kami masuk dan beliau duduk di kursi kebesaran.Aku mengikuti perintah, duduk di kursi yang sudah disediakan. "Ada yang harus saya sampaikan pada kamu, Bella," ucapnya begitu aku duduk.Aku hanya mengangguk, lebih baik diam daripada salah bicara. Bukan Abimana yang aku hadapi saat ini, melainkan pemimpin Redaksi."Jadi, Edisi bulan Maret itu sangat menentukan prospek ke depan dari Majalah ini. Satu tahun akan di akumulasi pada bulan Maret dan diambil rata-ratanya untuk menentukan peringkat Majalah. Kamu tau, kan? Pak Abimana itu perfectionist, semua yang ditangani hampir menduduki posisi pertama di bidangnya dan redaksi ini adalah yang pertama kalinya untuk Pak Abi. Saya nggak mau membuat Pak Abimana kecewa. Saya hanya mengingatkan, kalau kamu tidak mampu, kamu bisa mundur," ucap Pak Christian. Rupanya bukan rekan-rekan saja, tapi Pak Christian juga ragu akan kemampuan dan kinerjaku.Aku menghe
Read more

73. Pencuri tetaplah pencuri 2

Begitu pesan kukirim, aku pun bergegas menghampiri Papa yang duduk dan bersandar di bahu ranjang. Ya, Abimana hanyalah seorang anak dan suami saat di rumah. Jadi, harus tetap patuh pada perintah mereka-mereka yang berkuasa di rumah. Patuh pada Papa saat sedang bersama Papa dan patuh pada istri saat bersama istri.Segera kukerjakan apa yang diperintahkan oleh Papa. Seperti sabda Rasulullah. "Berbuat baiklah kamu terhadap ibu dan bapakmu, niscaya anak-anakmu akan berbuat baik terhadapmu.'' (HR Thabrani). Itulah yang coba aku terapkan dan tanamkan saat ini. Semoga kelak akan berbuah manis untukku dan juga untuk Bella. Amin."Kamu sudah siap untuk besok, Bi?" tanya Papa sambil membaca majalah yang disediakan hotel."Sudah," jawabku singkat."Nggak ada Meta, Kamu nggak kesusahan menyiapkannya sendiri?""Nggak, Pa, Meta itu asistenku, tentu aku bisa melakukan yang lebih dari asisten," jawabku, aku tak mau membuat Papa cemas memikirkan besok. Biarlah aku yang menghandle semuanya."Terus? Bell
Read more

74. Kedatangan tamu yang tidak diharapkan

POV BellaHari ini untuk kegiatan kantor di non aktifkan sementara. Kami akan fokus pada malam perayaan ulang tahun sekaligus pemilihan gadis sampul. Pemilihan gadis sampul dilaksanakan pagi ini sedangkan untuk puncaknya nanti malam. Terlihat Kak Raka dan Nadia juga hadir."Katanya sakit, malah datang!" gumamku."Hai, Bell," sapa Nadia menghampiriku."Hem," jawabku malas."Masih sendiri aja? Nggak capek," sindirnya. Aku hanya bisa tersenyum. Bahkan, aku lebih maju dua langkah darinya. Terbukti, aku sudah menikah dua kali meski dengan orang yang sama sedangkan dia? Sekali saja belum. Ha ha ha tertawa dalam hati rasanya.Bagiku, tak perlu kesana-kemari hanya untuk publikasi sebuah hubungan kalau kenyataannya, sang tunangan baru saja menyatakan cintanya padaku. Untuk apa? Menyedihkan."Terlihat sendiri tapi bahagia itu lebih baik daripada terlihat bersama tapi tidak bahagia," sindirku balik."Apa maksudmu?""Maksudku, aku memang terlihat sendiri. Tapi, aku jauh lebih bahagia darimu," jel
Read more

75. Kedatang tamu yang tidak diharapkan 2

Kusempatkan diri untuk pulang, sebelum melanjutkan acara untuk nanti malam. Kurebahkan tubuhku di ranjang yang tidak begitu empuk dan bagus itu. Perasaan kesal kembali muncul saat melihat gawai yang terlihat sangat sepi. Hanya ada notifikasi pesan group WA.Sejak tadi pagi, Abi juga tidak menghubungiku sama sekali. Jangankan mengatakan cinta, sekedar menanyakan kabar saja tidak. Apa benar dia berselingkuh? Atau memang sangat sibuk?Sepertinya waktu satu Minggu akan terasa bagai setahun jika aku menunggu dengan rasa penasaran yang luar biasa ini. Kalung berlian? Cincin saja kekecilan kalau untukku, wanita mana yang tidak kesal mendengarnya."Apa aku harus menghubunginya terlebih dahulu? Murahan sekali?" gerutuku. Pesan masuk dari Abi mengejutkanku yang tengah asik menerka dan memikirkan Abi. Dengan sigap kubuka lalu kubaca. "Ah, Bella. Biasa aja, dong!" kataku pada diri sendiri yang tanpa sadar terlihat sangat antusias membaca nama Abimana di layar.[Tidak usah datang ke acara nanti
Read more

76. Kejutan

POV BELLASetelah kulakukan penolakan itu. Aku pun bergegas meninggalkan tempat acar. Tak peduli Pak Christian menahan atau Mbak Mei memanggil. Menjaga kewarasanku jauh lebih penting, daripada harus tetap tinggal dan ikut g*la seperti Adip.Taksi yang aku pesan pun sudah sampai dan menunggu di depan gerbang utama, aku bergegas masuk dan pulang. "Sesuai aplikasi, Mbak?" tanya Pak Sopir tentang tujuanku begitu aku masuk."Ya."Drrrttt ... Drrrttt ....Di dalam mobil menuju kontrakan, ponselku bergetar. Kulihat nama Abi tertera di sana. Kuambil napas lalu kubuang perlahan untuk menetralkan suasana. Pastilah dia akan menanyakan perihal kedatanganku atau marah karena tidak mendengarkannya.Kugeser tombol hijau setelah kusiapkan jawaban apa yang akan aku berikan. "Assalamualaikum, Bi, sibuk sekali, sampai jam segini baru menghubungi istrimu?" Siasat pertama yang biasa wanita lakukan adalah lebih baik marah dahulu dari pada dimarahi."Waalaikumsalam. Maaf istriku, aku hanya ada sedikit masa
Read more

77. Kejutan 2

"Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya, apabila Pak Abimana marah atas tindakan saya. Tapi saya rasa Pak Abimana bukan orang yang suka mencampur adukkan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan," sanggahku."Apa kamu siap dipecat? Kalau Pak Abimana ternyata marah padamu?"Degh ... meski aku tahu itu tidak mungkin, tetap saja jantungku berdebar saat aku mendengar kata pemecatan."InsyaAllah, siap!" jawabku mantap setelah aku pikir masak-masak. Mana mungkin itu terjadi, bahkan yang akan marah besar adalah Abi, karena mereka sudah mencampur adukkan masalah pribadi di sini."Ya sudah, kamu boleh keluar. Rapat diundur nanti setelah makan siang. Karena saya masih harus bertemu dengan Pak Adip, untuk meminta maaf," katanya yang seolah menyindirku."Kenapa Bapak harus minta maaf?""Kamu pikir bermasalah dengan mereka tidak akan menjadi Masalah untuk saya?" ucapnya marah."Maaf, Pak, kalau begitu saya permisi." Percuma memberi pengertian pada Pak Christian yang terlihat begitu tunduk dan patu
Read more

78. Profesional

Kami menuju ruang rapat, tentunya secara terpisah. Aku masuk terlebih dahulu. Terlihat beberapa orang sudah menunggu di sana. Pak Christian, Kepala Divisi, dan tak ketinggalan Mbak Mei juga yang akan menemaniku. "Maaf telat," ucapku menundukkan wajah pada Pak Christian dan yang lain.Setelahnya, aku segera mengambil tempat duduk di sebelah Mbak Mei. "Lama sekali, Bell?" bisik Mbak Mei begitu aku duduk."Maaf." Pintu pun dibuka, semua dengan sigap berdiri saat Abi terlihat memasuki ruangan. "Berlebihan sekali mereka? Biasa saja, bahkan yang kalian hormati itu tunduk dan patuh pada Salsa Bella yang kalian pandang sebelah mata ini kalau di rumah," gumamku. "Eh, Bell, buruan berdiri!" perintah Mbak Mei saat melihat aku masih duduk manis ketika Abi datang. Aku pun mengikuti berdiri dengan membungkukkan sedikit badanku memberi hormat seperti yang lain."Silahkan, duduk," seru Abi pada kami begitu dia duduk di kursi utama. Kami pun duduk mengikuti perintahnya."Langsung saja, bisa kita
Read more

79. Profesional 2

POV ABIAku segera keluar dan pergi ke ruanganku setalah menenangkan Bella. Ya, aku tahu aku sudah keterlaluan terhadapnya. Namun, itu satu-satunya cara agar edisi Maret bisa sukses dan Bella berhasil membuat orang yang selama ini merendahkannya menjadi diam. Edisi Maret harus sempurna tanpa cacat, itu yang menjadi tujuan utamaku. Setelahnya, aku akan membawa Bella pulang ke Jakarta tanpa meninggalkan kesan yang mengganggu pikiran Bella. Bella harus berhasil. Aku tahu istriku itu melankolis. Dia bisa saja berkata baik-baik saja meski hatinya menangis. Itulah sebabnya, aku menuntut hal yang lebih agar Bella tidak lagi dipandang rendah. Jika sampai Bella gagal, aku yakin akan berpengaruh untuk hidup Bella kedepannya nanti.Kubuka pintu, terlihat Pak Christian sudah menunggu di sofa. Ia berdiri setelah melihatku. "Duduk, Pak!" perintahku, kami pun duduk bersama, tepatnya berhadapan."Bapak tau? Kenapa saya panggil?" tanyaku tanpa basa-basi setelah menyandarkan punggungku di bahu sof
Read more

80. Pertemuan Bella dengan Tari

POV BellaHotel and resto adalah alamat yang telah Abi kirimkan beberapa jam yang lalu. Aku pun segera bersiap dan meluncur ke alamat tersebut usai sholat mahgrib aku lakukan. Aku tidak tahu kemana Abi pergi, aku tak mau terlalu ikut campur, cukup berprasangka baik insyaAllah hasilnya juga baik.Kuputuskan untuk menunggu Abi di depan kedai ice cream yang berada di depan Hotel. Sambil menyelam minum air, aku pun memesan ice cream yang sudah lama aku tidak menikmatinya. Ice cream coklat lengkap dengan taburan almond sebagai toppingnya adalah favoritku.Kunikmati seraya memikirkan foto dan design apa yang akan aku berikan pada Abi besok. Kuambil gawai dan ku ambil asal gambar yang ada di sekelilingku. Kedai ice cream adalah salah satu tempat yang banyak dikunjungi oleh keluarga kecil untuk sekedar menghabiskan waktu dengan putra-putri mereka. "Aku rasa cocok," lirihku setelah kulihat hasil jepretanku. Namun, tak begitu jelas dan bagus karena kualitas ponselku kurang tinggi."Sayang seka
Read more
PREV
1
...
678910
...
18
DMCA.com Protection Status