Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Tak Semanis Madu: Chapter 91 - Chapter 100

174 Chapters

91. Saatnya membungkam mulut mantan 2

"Assalamualaikum, Mas," jawab Asri dengan suara serak dan malas. Sepertinya dia masih tidur."Waalaikumsalam, Sri. Bangun, Sri. Buka mata kamu!" tegasku."Iyo ... Iyo, Mas. Asri bangun ini.""Sri, kamu ambil surat nikah yang saya simpan di laci meja kerja saya. Sekarang! Dan berangkat ke Bandung, sekarang juga!" perintahku pada Asri, hanya Asri yang aku harapkan sekarang.Mendengar pembicaraanku dengan Asri, wajah Tari tampak pucat pasi."Hah? Bandung? Mau ngajak saya liburan, Mas?""Iya liburan di Bandung, alamatnya saya kirim." Berbicara terlalu panjang dengan Asri hanya akan membuang waktu."Lah, Asri sama siapa to, Mas, ke sananya?" Astaga, aku lupa bahwa Asri tidak pernah pergi kemana-mana selain ke Pasar dan mini market dekat perumahan. Bagaimana bisa menyuruhnya ke Bandung. "Gini ya, Sri. Pokoknya kamu siap-siap. Nanti saya suruh sopir kantor. Pak Rudi. Kamu tau kan Pak Rudi?""Iya, Mas, Asri ingat. Yang suka ngambil dokumen di rumah kalau Mas Abi lupa bawa itu kan, Mas?""Y
Read more

92. Saatnya membungkam mulut mantan 3

"Mereka bukan kakak beradik, tapi tinggal bersama sebagi kakak adik, Pak." Tari mencoba untuk memperjelas. Aku tersenyum tipis sedangkan Bella tampak ketakutan dengan memegang erat lenganku."Benar itu, Pak Abi? Kalian melakukannya?" tanya polisi."Jadi, kami memang bukan kakak beradik . Tapi kami adalah suami istri yang menginap di kontrakan ini, Pak. Di mana coba letak kesalahan kami?" jelasku santai seraya mengusap tangan Bella agar ketegangannya berkurang."Bohong," teriak warga."Tenang," teriak polisi."Apa kalian bisa menunjukkan buktinya bahwa kalian adalah suami istri?" tanya polisi lagi."Bisa, Pak. Kami sedang menunggu asisten kami datang membawakan surat nikah kami ke sini. Kebetulan rumah kami di Jakarta. Jadi kami harus mengambilnya dan membutuhkan waktu. Seperti asas praduga tak bersalah maka jangan menghakimi kami, itu mau saya," tegasku."Kelamaan," teriak Bu Gunawan. Lama-lama aku ingin sekali menonjok wanita ini, gemas sekali rasanya."Jarak Jakarta-Bandung tidak d
Read more

93. Tetap pada pendirian

Semua tampak terkejut saat aku memutuskan untuk menuntut balik. Terlihat Tari, Bu Gunawan, dan Dilla terperangah. Dengan mulut dan mata yang membulat sempurna."Asri, bawa Bella masuk ke kamar," perintahku pada Asri. Mengamankan Bella jauh lebih penting dari pada nantinya kasus ini harus berakhir dengan kata damai karena sifat Bella yang melankolis dan mudah memberi maaf pada seseorang kecuali kalau aku yang salah. Susah sekali dia memaafkannya."Lah, kenapa?" protes Bella."Udah, Mbak, ayo. Dari pada ikut kena asap. Ayo masuk sama Asri!" Dengan sigap Asri membawa Bella masuk. Dengan begini aku bisa lebih bebas bertindak.Setelah Bella dan Asri masuk, aku pun melanjutkan percakapanku dengan petugas kepolisian yang tampak memeriksa surat nikah kami. "Gimana? Asli, kan? Kalau perlu dicek aja ke KUA," tantangku lagi, mereka semakin pucat. Tak berbeda dengan para warga yang mulai berbisik."Ya, sepetinya ini asli," jawab Pak RT mengangguk pelan."Huuu ... dasar kalian bikin gosip nggak ta
Read more

93. Tetap pada pendirian 2

POV BELLAAsri membawaku ke dalam kamar, entah apa maksud Abi menyuruhku masuk. Padahal di luar masalah belum selesai. "Sri, harusnya nggak usah masuk. Abi masih di luar sendiri. Aku khawatir," perotesku pada Asri."Nggak usah khawatir, Mbak. Kalau Mas Abi nyuruh masuk itu tandanya mau ngamuk. Takut kalau Mbak marahi, jatuh lah harga diri," jawab Asri."Apa, Sri? Kamu bilang apa tadi? Saya takut?" Kami beranjak saat Abi tiba-tiba membuka pintu dan mendengar perbincanganku dengan Asri. Sepertinya ini akan menjadi masalah. Asri menundukkan wajahnya. "Bi, udah, nggak usah marah sama Asri. Lagi pula memangnya kamu nggak takut sama aku?" tanyaku membalikkan keadaan."Ya bukannya gitu juga, sayang.""Terus?" tanyaku menyelidik, mendekati Abi yang mulai terlihat gelagapan."Aku nggak mau kamu pusing-pusing memikirkan maslah tadi.""Asri! Kamu ke mana aja? Saya sudah memprediksikan waktu yang paling lama loh menuju ke sini. Eh, kamu masih saja telat," omel Abi."Maaf, Mas. Perjalanan subuh i
Read more

95. Kedatangan Pengacara Papa

Aku terperangah saat Abi tidak menurunkanku di gang sempit seperti apa yang sudah dia janjikan di kontrakan tadi. Berpikir, apa yang akan diperbuat oleh Abi dengan masuk bersama. Ini bukanlah hal yang baik menurutku. Ingin bertanya. Namun, Abi terlihat sangat terburu-buru setelah beberapa saat lalu menerima telepon, entah dari siapa, aku juga tidak berani bertanya. Karena setelah itu air mukanya tampak berubah tegang dan menakutkan. Bahkan, ia tidak menatapku sama sekali. Tinggal beberapa meter lagi mobil kami akan memasuki pintu gerbang redaksi. Jantungku semakin berdebar tak karuan.Perut pun mendadak mulas, saat mobil kini benar-benar memasuki pintu gerbang. Sepertinya semu rencana akan gagal dan rahasia terbongkar hari ini. "Siang, Pak Abi," sapa security yang berjaga. Kutundukkan dengan cepat wajahku, karena saat ini Abi justru semakin membuka lebar kaca mobinya. "Pagi, masih aman, Pak?" tanya Abi. Bukanya segera pergi malah ngobrol dengan security. Sepertinya, Abi mulai lupa
Read more

96. Kedatangan Pengacara Papa 2

POV AbiAku bergegas menuju ruangan setelah kurasa cukup menggoda wanita yang menduduki posisi momor satu di hatiku itu. Bella, rasanya kurang kalau sehari saja tidak menggodanya. Dia itu terlalu disayangkan untuk dilewatkan. Membuat emosinya naik turun juga menyenangkan. Bahkan, sudah menjadi candu bagiku. Bukannya bermaksud menjadikannya sebagai hiburanku di tengah penatnya pekerjaan yang melimpah ruah. Namun, bersamanya aku merasa nyaman dan bahagia. Bersama Bella, aku juga bisa sejenak melupakan semua beban yang ada."Pagi," sapaku masuk ke dalam ruangan, aku tahu pengacara keluarga sudah menunggu di sana sejak beberapa waktu yang lalu."Pagi, Pak Abi." Pak Fabian berdiri menyambutku. Pak Fabian, pengacara keluarga, tidak mungkin jauh-jauh sampai menemuiku di Bandung jika tidak ada hal yang penting dan mendesak.Dari keterangannya beberapa menit yang lalu, ada sedikit masalah mengenai Hayuda dan pewarisnya."Maaf ... sekali, Pak. Saya sangat terlambat," ucapku menyalami."Nggak
Read more

97. Terkunci atau sengaja dikunci?

POV AbiTanpa berpikir panjang, aku pun berlari menuju gudang dengan diikuti oleh security yang mengambil kunci serep tersebut. Setahuku gudang itu tertutup tanpa jendela pula, jalan satu-satunya hanyalah pintu. Terlihat beberapa security dan OB sudah menunggu di depan pintu gudang. "Pak," sapa mereka begitu melihatku datang."Ini gimana ceritanya pintu rusak nggak dibenerin?" tanyaku tanpa basa-basi."Mau dibetulin cuma lampunya juga suka konslet, jadi kita nunggu hari sabtu minggu untuk membetulkan sekalian, Pak, supaya kegiatan kantor tidak terganggu. Karena perlu mematikan sumber listriknya. Maaf," ucap salah satu dari mereka. Aku semakin khawatir saat mereka mengatakan bahwa lampu bermasalah, semoga saja lampu tidak mati dan membuat trauma Bella itu kembali terjadi. "Gimana bisa, lampu disamakan sama pintu!" kataku marah, kuusap kasar wajahku yang sudah mulai kehilangan kesabaran."Bapak nggak usah khawatir, Pak, biar kami yang urus.""Udah buruan dibuka!" perintahku tak mau m
Read more

98. Terkunci atau sengaja dikunci? 2

"Tentu, kamu kan istri Abimana ...." Sudah hampir satu setengah jam kami bicara hanya untuk sekedar membuat lupa rasa takut Bella agar traumanya tidak terjadi lagi. Alhamdulillah, ponsel Bella bisa diajak kompromi alias tidak habis baterai sejauh ini. Sampai akhirnya bantuan datang, aku pun beranjak dari lantai. Namun, masih dengan ponsel yang tidak lepas dan masih menempel di telingaku.Kutemui mereka yang datang untuk membantu. "Pak, langsung saja, gimana acaranya pintu ini bisa dibuka secepat mungkin," kataku. Rasanya aku sudah tidak sabar menunggu lebih lama lagi"Apa mereka sudah datang, Bi?" tanya Bella begitu tak sabar."Hem, iya, mereka sudah datang.""Baik, Pak."Dengan sigap mereka mengeluarkan semua alat yang diperlukan dan tidak menunggu waktu lama pintu pun berhasil dibuka. "Alhamdulillah," lirihku."Biar saya saja yang masuk. Kalian langsung persiapkan untuk perbaikan pintunya," kataku saat kulihat security hendak masuk. Aku tahu ia pasti hendak mencari Bella."Oh, i
Read more

99. Surat Mama

Bab 67Surat MamaBergegas menuju ruangan menemui Pak Fabian setelah menyelesaikan tugas negara."Maaf, Pak. Maaf sekali," ucapku menutup pintu setelah masuk, rasanya aku sudah sangat tidak sopan padanya karena sudah meninggalkannya dalam waktu yang cukup lama."Nggak papa, Mas. Nggak usah sungkan.""Kalau gitu langsung saja, ya, Mas." Pak Fabian terlihat mengeluarkan map dari dalam tas lalu meletakkannya di atas meja."Jadi begini, Mas. Kemarin Bu Hayuda menghubungi, beliau menyampaikan, bahwa ...." Pak Fabian menghentikan kalimatnya dan terlihat menundukkan wajah sekarang."Bahwa apa, Pak? Katakan saja. Insyaallah saya akan menerima." Menurutku, apa yang akan disampaikan oleh Pak Fabian tidak akan jauh-jauh dari harta dan tahta."Maaf sebelumnya, Mas. Ibu meminta Mas Abi untuk menandatangani surat ini." Dibukalah map warna biru yang sudah diletakkan di atas meja itu lalu disodorkan padaku. Aku pun meraihnya.Kutautkan kedua alisku saat pertama kali membaca judul dari lembar tersebut
Read more

100.Surat Mama 2

POV BellaSekelibat bayangan terlihat saat aku hendak keluar dari gudang lalu setelah itu pintu gudang tiba-tiba terkunci. Aku sempat kesal saat Abi tidak juga menerima panggilan telepon dariku. Namun, aku beruntung saat tak lama kemudian aku mendengar suara langkah kaki dari balik pintu. Seketika aku menggedor pintu dan berteriak meminta bantuan, ternyata suara itu adalah suara sepatu OB yang sedang membersihkan lantai. Mendengar teriakanku, ia pun segera meminta bantuan pada yang lain. Beruntung, mereka dan Abi berhasil membuka pintu tersebut meski membutuhkan waktu yang cukup lama.Begitu pintu terbuka dan mendengar Abi datang, ingin sekali aku marah karena dia sudah mengabaikanku, namun rasa itu memudar saat rasa tidak nyaman di kaki mendominasi. Ya, terlalu lama meringkuk di bawah meja membuat kakiku kesemutan dan kram.Masalah tak berhenti di situ. Ketika aku kembali ke ruang editor, Masalah kembali muncul saat Abi tanpa sadar bersikap bak suami siaga yang rela membawa tas istri
Read more
PREV
1
...
89101112
...
18
DMCA.com Protection Status