Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Tak Semanis Madu: Chapter 111 - Chapter 120

174 Chapters

111. Menantu Papa 2

"Bella?" kata papa dengan suara serak."Mau minum, Pa?" tanyaku menawarkan.Papa mengangguk. Kubantu papa untuk sedikit duduk agar lebih mudah untuk minum."Kenapa kemari, Bell?" tanya Papa kembali berbaring."Mulai sekarang Bella yang akan menemani Papa di sini."Papa tersenyum samar, lalu menghela napas. Pandangannya pun tampak menerawang. Entah apa yang dipikirkan olehnya saat ini."Pulanglah, Bell ... papa nggak mau kamu dan Abi harus ribut karena Papa. Papa bisa jaga diri Papa sendiri," ucap Papa membuatku merasa sangat tidak berguna."Apa Papa ingin kami menjadi anak durhaka yang tidak mau merawat Papanya yang hanya sendirian?" celetukku."Kamu ...?""Iya, Pa. Bella sudah tau semuanya. Mulai sekarang Bella lah keluarga Papa.""Tapi, Abi ....""Jangan pikirkan masalah Abi, Pa. Itu biar menjadi urusan Bella," putusku."Papa cuma nggak mau kalian bertengkar," ulangnya."Insyaallah nggak akan, Pa," jawabku, saat ini yang terpenting adalah membuat Papa tidak stress dan banyak pikira
Read more

112. Menantu Papa 3

"Bella akan mencoba untuk bicara pada Abi. Bella yakin, Abi hanya terbawa emosi. Papa tau, 'kan? Anak Papa itu seperti apa? Anak Papa itu sangatlah manis, baik, bahkan seorang Asri pun merasakannya," kataku mencoba untuk menghibur Papa, aku tak mau kondisi Papa kembali memburuk hanya karena masa lalu yang sudah jelas tidak perlu dipermasalahkan. Karena pada kenyataannya, dia sangatlah mencintai Mama , bukan? Masalah Mama Abi yang membenci Abi, itu beda cerita.Setelah Papa terlihat lebih tenang dan bisa beristirahat, aku pun bisa meninggalkannya untuk melakukan sholat dhuhur, sekalian mencari makan siang.Kuambil tas dan kubuka pintu perlahan agar tidak menimbulkan suara dan mengganggu istirahat Papa.Begitu aku membuka pintu, terlihat ada kerumunan di kursi depan kamar yang menyita perhatianku, kerumunan para perawat muda yang tampak mengambil video dan gambar di kursi tunggu. Rasa penasaranku pun menyeruak. Segera aku berjalan membelah kerumunan tersebut. Dadaku kembali naik turun
Read more

113. CEO atau Cameo

POV AbiWanita oh wanita, jika ada pepatah yang mengatakan bahwa wanita tidak pernah salah maka itulah yang aku alami saat ini. Bella bersi keras akan menginap di rumah sakit malam ini. Selain itu, aku pun merasa saat ini Bella sudah membalikkan keadaan. Jika dulu dia begitu menolak saat aku mencampuri urusan pekerjaannya, berbeda dengan sekarang. Dia justru memintaku melakukan apa saja agar bisa libur. Semua daya dan upaya sudah aku lakukan untuk membujuk dan menolak itu. Namun, bukan Bella namanya jika tidak bisa membuatku menuruti semua maunya. Bella adalah prioritasku dan itu mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Aku pun harus mencari alasan untuk beberapa hari ke depan. Bukan mengalah atau kalah, tapi aku sedang menjaga kewarasan wanitaku. Apa yang dilakukan Bella tadi pagi, yang nekat menabrakkan dirinya pada kendaraan yang melaju, membuatku tidak bisa menolak permintaannya kali ini. Keinginannya merawat Papa sangat besar. Aku tak mau Bella berbuat lebih nekat lagi kalau aku sampa
Read more

114. CEO atau Cameo 2

POV BellaSenang rasanya saat Abi menuruti keinginanku. Ya, walau hanya diberi waktu 3 hari aku tak mengapa. Aku bisa menyuruh Asri setelah ini, tapi semoga saja dalam waktu 3 hari, Papa sudah diperbolehkan untuk pulang.Tak hanya menuruti, ia pun bersedia untuk ikut tidur di rumah sakit malam ini. Meski aku tidak memaksa, namun ia tetap bersi keras menemani.Dari raut wajah dan perilakunya sudah jelas ia belum bisa memaafkan Papa. Ia masih begitu kaku. Bahkan, menatap Papa pun ia masih enggan. Namun, tidak menjadi masalah bagiku. Aku yakin, dengan terus bersama, sedikit demi sedikit hubungan mereka bisa kembali seperti dulu.Namun, yang membuatku khawatir adalah sudah hampir 2 jam Abi pergi untuk mencari kopi dan sampai belum juga ia kembali. Bahkan, pesanku yang aku kirim tidak dibalas olehnya. "Pa, boleh Bella menyusul Abi? Sudah 2 jam dia belum kembali. Bella khawatir," pamitku pada Papa sedikit tak enak, namun apa boleh buat. Abi juga penting bagiku."Kamu sudah tidak sabar rup
Read more

115. Perdebatan Abi dan Bella

POV BellaKeadaan Papa semakin membaik dari hari ke hari. Hingga tiga hari aku di sini, keadaanya sudah stabil, dari kadar gula hingga tekanan darah. Aku pun bisa membawanya ke villa tepat saat waktu 3 hari untukku habis dan aku harus kembali ke majalah besok pagi. Dengan adanya Asri di sini memang sangat membantuku, dengan begini aku bisa meninggalkan Papa tanpa rasa khawatir saat aku harus bekerja. Sedangkan Abi? Dia masih setia dengan egonya yang tidak mau memaafkan Papa. Sepertinya aku harus lebih berusaha untuk meluluhkan Abi. Masalah tas juga dibuat panjang lebar, hingga detik ini pun dia masih saja mencari barang-barangku yang berhubungan dengan Kak Raka. Aneh, tapi itu lah Abi. Nyatanya sifat dingin yang ia miliki itu beda tipis dengan tidak tahu malu."Masuk, Pa!" seruku membawa Papa turun dari taksi sore ini."Bella, apa Abi tidak akan marah?" tanya Papa menahan langkah kami. Meski berkali-kali beliau bertanya dan jawabannya tetap sama, namun Papa terus saja bertanya dna
Read more

116. Perdebatan Abi dan Bella 2

"Taukah kamu, Abi? Betapa besar kasih sayang Papa kamu terhadapmu? Besar ... sangat besar! Dan tau kah kamu bahwa kematian itu tidak bisa kita minta atau kita tolak? Belajar apa kamu di pesantren? Kalau masalah seperti ini saja kamu tidak paham? Apa gunanya? Kamu memang suamiku, tapi ingat! Darah orang yang kamu anggap hina dan rendah itu mengalir di tubuhmu? Jika kamu bisa sekejam ini terhadapnya hanya karena kesalahan yang aku yakin, jauh di dalam hati kamu pun kamu tahu bahwa itu tidak benar, lantas akan seperti apa perlakuanmu padaku yang sejatinya bukan siapa-siapa kamu ini jika aku bersalah sedikit saja nanti?!" Hening."Pikirkan baik-baik perkataanku, sebelum kamu menyesal." Kutinggalkan Abi dan keluar membawa serta koper yang tadinya aku hanya ingin menggunakannya untuk menggertak namun nyatanya semua menjadi kenyataan."Bell, kenapa kamu jadi membawa-bawa hubungan kita? Dan kamu mau ke mana?" Abi mengikutiku ke luar kamar, merampas koper yang aku bawa."Kita hanya akan ke
Read more

117. Masuk ke Kandang Singa

Senyumku memudar, kala kulihat Abi berdiri di depan pintu saat aku dan Kak Raka masih berdebat panjang. Tidak seperti biasanya yang begitu melihatku dengan Kak Raka langsung tersulut emosi. Untuk kali ini dia hanya diam dan melenggang pergi. Melihatnya seperti itu aku pun merasa kecewa. "Jangan mencampuri urusanku, Kak. Lebih baik urus urusan Kakak sendiri. Dan tolong, jangan membocorkan hal ini pada yang lain. Karena aku tidak akan memaafkan Kakak kalau sampai hal itu terjadi." Kutinggalkan ruangan yang membuatku semakin panas ini dengan peringatan keras. Sebab, mengumumkan hubungan kami adalah hak kami, bukan Kak Raka."Bell, apa itu artinya kamu tidak diakui? Hanya dijadikan simpanan?" ucapnya mencekal tanganku.Plak!Dalam dua hari aku harus menampar kedua laki-laki terdekatku. Semalam Abi dan sekarang Kak Raka. "Jaga bicara Kakak. Itu tidak benar dan berapa kali aku bilang? Jangan coba memegang tangan ini. Jika ada yang memiliki tangan ini seperti yang pernah aku katakan, dia
Read more

118. Masuk ke Kandang Singa 2

Aku berbalik meninggalkan ruangan yang tadinya begitu ingin aku datangi. Namun, sekarang sebaliknya, sudah tak tahan aku berada di sana dan ingin segera meninggalkannya."Abimana! Awas kamu, Bi. Beraninya membawa dendam di kantor? Akan aku tunjukkan kemampuanku!" gumamku, tangan ini mengepal sampai kuku ini memutih, berjalan dengan langkah cepat menuju ruanganku.Kuhempaskan tubuh di kursi, kuambil squishy yang kusimpan di dalam laci kemudian aku meremas dan membayangkan itu adalah Abimana"Jahat kamu, Abimana ... keterlaluan!" gumamku seraya meremas squishy sekuat mungkin. Aku rasa itu akan membantu menumpahkan emosiku."Woy, main apa tuh? Udah sebesar ini masih main squishy." Mbak Mei datang menepuk pundakku. Aku tak menoleh dan tetap meremasnya."Ini orang yang aku remas, bejek-bejek ni kalau perlu." jawabku melempar squishy bentuk cup cake itu ke meja setelah berhasil merobeknya."Penyok, dong? Ha ha ha," canda Mbak Mei."Pecel lele!" imbuhku."Besok aku pindah divisi, pemasaran.
Read more

119. Bicara dari hati ke hati

POV AbimanaPagi ini, saat aku terbangun dan ke luar dari kamar. Kulihat makanan sudah tertata di meja makan dengan rapi. Berbagai macam menu tersedia di sana, dari roti baka, sandwich, hingga bubur ayam kegemaranku. Kulihat kamar Bella masih tertutup. Aku pun memutuskan untuk menunggu di meja makan. Aku terlambat bangun setelah semalaman merenung. Tamparan dari Bella membuatku terus berpikir. Ragaku ingin memaafkan, tapi hatiku masih enggan. Apa egoku terlalu tinggi? Sampai aku harus bertengkar dengan istriku yang hanya tidak mau kalau suaminya sampai berdosa? Pukul 3 dini hari aku pun mengetuk kamar Bella, namun tidak ada jawaban atau tanda-tanda Bella akan membuka pintu. Mungkin dia sudah tidur. Berbeda denganku, aku bahkan tidak bisa tidur dengan nyenyak tanpa Bella ada di sisiku. Niatku untuk berbicara dari hati ke hati pun kandas saat kamar Bella dalam keadaan terkunci rapat dan aku tidak bisa masuk ke dalam. Kunci serep yang aku cari pun tak kunjung aku temukan. Aku tak tahu
Read more

120. Bicara dari hati ke hati

Kubuka pintu, aku terkejut saat berbalik dan semua kepala divisi sudah menunggu duduk di sofa. Masalah membuatku lupa bahwa aku sendiri yang mengadakan rapat tertutup hari ini. "Astaga," lirihku, mengatur napas agar emosi tidak lagi terlihat di wajahku. Mereka pun berdiri sebagai tanda hormat padaku. "Pagi," sapaku tersenyum ramah, kulupakan sejenak masalah rumah tangga dan beralih pada pekerjaan."Silahkan duduk!" seruku. Berasama-sama kami pun membahas masalah pemasaran untuk bulan maret. Membahas bulan maret ingatanku pun kembali pada Bella, rasa marah bercampur kecewa membawaku pada keputusan melimpahkan seluruhnya pada Bella. Terlebih saat aku melihat wajah Bella yang terlihat masuk ke ruanganku. Kemarahanku yang aku tahan dalam dada ini pun semakin meradang.Adu argumen pun kembali terjadi. Karena buka Bella namanya jika tidak bisa beralasan untuk membela diri. Meski akhirnya menerima, namun Bella tampak marah dengan keputusan yang aku ambil kali ini.Setelahnya, aku pun berus
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
18
DMCA.com Protection Status