Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Tak Semanis Madu: Chapter 121 - Chapter 130

174 Chapters

121. Bicara dari hati ke hati 3

Aku pun masuk, tak lupa kututup pintu, karena pembicaraan kami akan sangat serius, dan tidak boleh ada yang mendengar. Kudekati dan kututup koper tersebut sebelum semua barang berpindah ke sana. "Hentikan! Duduklah, aku ingin bicara pada istriku," ucapku lembut."Kau bahkan sudah tidak menganggapku istri dengan mengatakan urusanmu bukan urusanku," ucapnya sesenggukan sambil sesekali membersihkan air mata, menyingkirkan tanganku dari atas koper lalu membukanya kembali. Memasukkan kembali barang yang masih tersisa, bahkan aku melihat barangku ada di sana. Kemarahannya itu selalu membuatku justru ingin tertawa."Kamu marah, tapi kenapa parfum mahal hadiah dari luar negeri itu kamu bawa juga?!" candaku mencairkan suasana. "Hah? Mana? Ini? Nih, ambil nggak sengaja kebawa! Jangan berpikir aku mau mencuri dan menjualnya!" celetuk Bella memberikan parfum milikku di dada dengan kasar diikuti wajah cemberut, membuatku semakin tak sabar ingin menghujaninya dengan c*uman dan pelukan.Kuraih tan
Read more

122. Mas!

POV BellaKemarahan pada sikap Abi yang menghabiskan kesabaran membuatku mengambil keputusan yang sangat aku sesali, yaitu pergi dari sini. Dengan menahan sesak aku mengemasi seluruh barang-barang yang aku anggap perlu untuk di bawa. Jujur, dalam hati aku berharap Abi berubah pikiran dan datang menemuiku. Namun, sudah hampir satu jam dia belum juga terlihat datang. Air mata yang sudah berdesakan pun akhirnya tak bisa kutahan lagi. Akankah semua harus berakhir seperti ini?Hatiku menghangat saat kudengar suara pintu di buka dan Abi datang dengan penampilan yang sudah rapi. Rupanya dia masih mandi tadi.Selanjutnya, Abi mengajakku untuk bicara lebih dalam. Hingga akhirnya kami menemukan titik temu. Namun, ketenanganku kembali terusik saat aku bertanya perihal memar dan luka di wajahnya, karena dia mengatakan bahwa itu adalah ulah Kaka Raka."Kamu ngapain emangnya?" tanyaku penasaran."Menidurimu," ceplos Abi tanpa berpikir. "Apa sih, Bi?!" Kukeluarkan P3K yang kebetulan menjadi salah s
Read more

123. Mas 2

"Nggak, Bell. Aku tidak akan memecat Raka selama dia tidak lagi berusaha untuk mendekatimu. Dari sikapnya, dia terlihat begitu melindungimu. Bagaimana mungkin aku memecat orang yang begitu baik pada istriku dan berniat melindungi istriku sendiri? Kecuali kalau kamu ...." Kuletakkan jari telunjuk di bibirnya. Aku tau dia akan mengatakan kalau aku akan menanggapi perasaannya."Nggak, Bi, bukankah sudah kubilang kalau Salsa Bella hanya milik Abimana, dan sebaliknya?""Tapi, Bell, yang membuatku tidak suka adalah kata-katanya yang mengatakan bahwa aku hanya menjadikan kamu simpanan. Ini gara-gara kamu yang ngotot menyelesaikan edisi maret.""Sudah ... jangan dipikirkan, aku sudah menamparnya karena kata-katanya itu!""O, ya?" "Hem, sama seperti aku menamparmu semalam."Ia tersenyum sangat manis, menurunkan tanganku lalu mengecupnya singkat. "Terimakasih sudah mau menjadi istri Abimana."Abimana adalah pria pilihan Papa. Semoga hatinya seluas samudera yang senantiasa memaafkan, semoga
Read more

125. Mas 3

"Apa maksudmu, Bell? Siapa?" tanya Abi tak sabar."Itu, Ema, anak dari divisi pemasaran. Dan kamu malah menugaskan aku di sana?" keluhku kecewa."Apa? Ema? Ema yang mana?" "Yang suka merendahkan aku itu, Bi. Yang bilang kemampuanku itu dibawah, dia taruhan dengan temannya untuk edisi maret. Merasa terancam dan nggak mau kehilangan uang, dia pun melakukan itu agar aku kapok terus keluar dari sana," jelasku persis apa yang aku sudah dengar tanpa menambah atau menguranginya."Barani-beraninya bermain kotor di tempatku?" kata Abi dengan rahang mengeras. "Kamu mau Papa ajarin pemasaran?" tanya Papa tiba-tiba."Beneran, Pa?" tanyaku tak percaya. Papa mengangguk."Nggak, nggak usah! Nggak perlu!" sela Abi."Loh, kenapa?" protesku."Karena aku sendiri yang akan mengambil alih tugas kamu secara diam-diam. Kamu cukup bergabung dengan mereka dan mencari bukti, kita beri pelajaran orang-orang yang tidak bertanggung jawab." Dahiku mengerut saat mendengar perkataan Abi, mengambil alih tugas. Apa
Read more

126. Lingerie

POV AbimanaPenting bagiku mengetahui perihal Hayuda Company untuk mengambil langkah selanjutnya, terlebih setelah Meta mengatakan, bahwa Papa mundur dari sana. Kuputuskan untuk mengetahuinya malam ini juga karena pihak Batam sudah mendesak kami. Ya, seperti yang diketahui. Bahwa yang bertandatangan di sana adalah Papa, aku, dan pihak Tari. Sedangkan aku memutuskan mundur karena masalah dengan Papa dan Mama kemarin. Untuk pihak Tari, Batam memutuskan kontrak dengan mereka secara sepihak karena kasus Tari. Jika Papa juga memutusakan untuk mundur, jelas pihak Hayuda akan menanggung penalti yang cukup besar seperti apa yang sudah tertera dalam perjanjian kontrak yang sudah kami sepakati. Jika sampai itu terjadi lalu apa yang akan terjadi pada Hayuda, haruskah aku mengambil alih proyek sebagai mana apa yang dikatakan oleh Meta?Setelah Bella pergi, meja makan ini pun hanya meninggalkan aku dan Papa yang duduk berseberangan. Ada rasa tak biasa dan canggung menyelimuti kami. Aku Berdehem
Read more

127. Lingerie 2

"Sini, Mas. Duduk!" kata Bella menepuk sisi sebelahnya. Dahiku semakin mengerut kala mendengar Bella benar-benar memanggilku dengan sebutan, Mas. Ada rasa panas yang menjalar di sekujur tubuhku kala melihat tubuh Bella untuk kali pertama mengenakan pakaian seperti itu. Tubuh indah, itu terlihat begitu mulus, s*ksi, dan menggoda. Membuat darah lelakiku berdesir hebat. "Asatag!" Segera kuhapus segala pikiran nakal yang berkeliaran di kepalaku lalu mendekatinya saat kulirik korden yang naik turun karena terpaan angin. Yang menjadi pertanyaanku adalah dari mana Bella mendapat pakaian seperti itu. Aku bahkan tidak pernah tahu."Apaan ini, Bell? Kita beli pakaian muslim kan, kemarin? Kenapa ada baju jahanam kayak gini?" tanyaku mendekati sambil menahan gejolak dalam dada. Terakhir kali kami keluar untuk belanja adalah saat membeli pakaian muslim yang pernah aku janjikan sewaktu di Jakarta dulu dan sekarang Bella pun sudah mulai mengenakannya. Karena aku sendiri yang mengantar dan yaki
Read more

128. Saat istri dibilang pembantu

POV BellaMalam memalukan akibat lingerie akhirnya berakhir indah. Tanpa lingerie pun semua berjalan lancar, cinta tak memerlukan sebuah penunjang, karena cinta akan saling mengagumi dan saling melengkapi. Lingerie hanya penunjang sedangkan hati adalah yang utama.Saat ini netraku tak bisa beralih dari laki-laki dengan wajah awet muda yang sedang tertidur pulas di sebelahku setelah peristiwa semalam, merajut mimpi bersama, dengan doa yang senantiasa tertuang sebagai harapan agar secepatnya mendapatkan momongan. Tak terasa kedua sudut bibirku pun tertarik sempurna. Melihat wajah polos menggemaskan yang semakin hari semakin terlihat muda meski begitu usianya semakin bertambah. Namun, senyumku memudar kala teringat pertanyaan Abi yang terakhir mengenai kebimbangan hatinya. Ya, aku tahu saat ini dia sedang mengalami kegalauan serius, hanya saja kali ini ia tak menampakkannya padaku karena masalah yang ia hadapi adalah masalah perusahaan yang aku tidak begitu paham dan bisa banyak memba
Read more

129. Saat istri dibilang pembantu 2

POV AbiFlashback OnKata-kata Bella membuatku berpikir keras. Dia benar juga, aku seharusnya menemaninya, kan? Katanya cinta? "Ah, gimana, sih, Abi!" Aku pun melepas seat belt dan berniat mengikuti Bella. Namun, tanganku terhenti saat k lihat keramaian, dan teriakan. Rupanya seorang sedang berlari ke arahku dan dikejar beberapa orang dengan teriakan copet. Dengan cepat aku membuka pintu kala copet itu sampai di hadapanku. Mengakibatkan ia terjatuh ditanah. "Aduh," teriaknya kesakitan.Aku pun turun. " Sini, dompetnya!" pintaku baik-baik. "Ha ha ha, enak aja, tangkap, Bro!" ia pun berdiri lalu melempar dompet tersebut pada temannya yang lain. "Nantang!" Emosiku terusik. Brugh! Kujegal kaki saat ia hendak berlari untuk pergi yang mengakibatkan ia terjatuh lagi. Setelahnya, kuambil balok dan kulempar pada temannya yang berhasil membawa dompet itu lari."Mau jadi preman?" Kupukul mereka dengan balok kayu. Aku tak mau beradu kekuatan, mukaku yang masih terasa ngilu akibat ulah Raka,
Read more

130. Kedatangan Adip

POV AbiSetelah aku tutup panggilan dari kantor, dengan cepat aku memasukkan potong demi potong roti lalu menutupnya dengan segelas susu hangat. Kemudian aku beranjak dari tempat duduk."Tunggu, aku belum selesai, buru-buru sekali!" kata Bella yang belum menghabiskan sarapannya pun terlihat kesal."Kamu berangkat sama, Mang Usman hari ini." "Mang Usman, Mang!" teriakku memanggil dengan tidak sabar."Uhuk uhuk! Kamu mau ke mana? Aku bisa pesan taksi," kata Bella memegang lenganku menghentikan aku memanggil Mang Usman."Ada hal penting, Bell. Nggak bisa, setelah kejadian di pasar tadi kamu harus bersama keluarga kalau keluar!" putusku, aku tak mau Adip melihat Bella. Jika kami berangkat bersama waktu sungguh masih sangat pagi sehingga, tidak akan menutup kemungkinan mereka akan bertemu dan menimbulkan keributan lagi. "Iya, Mas." Mang Usman berlari menuju meja makan."Mang, nanti antar istri saya ke kantor." "O, siap, Mas. Tapi cuma ada mobil bak, Mas. Gimana?" tanya Mang Usman menggar
Read more

131. Kedatangan Adip 2

"Ha ha ha, kesambet setan mana, Dip? Kamu pikir aku percaya?" Sejak aku mengalami depresi dan pihak pemegang saham tidak menerimaku di sana. Sejak itu aku sudah tak ada keinginan atau niat untuk bergabung dengan Hayuda kembali."Ayo lah, Bi. Kamu satu-satunya harapan kami. Mereka pun menginginkan kamu kembali," kata Adip dengan wajah penuh harap. Mereka sudah menyampaikan keinginan untuk aku kembali ke sana sejak melihat Bimantara yang semakin berkembang setelah aku mengalami depresi melalui Papa. Namun, aku tetap pada pendirian untuk tidak bergabung. Untuk apa harus menjadi orang yang dicari saat hanya dibutuhkan dan dibuang saat sudah tidak dibutuhkan, sedekah tenaga lebih terhormat dari pada harus seperti itu. Mendapat gaji namun tidak dihargai."Aku tidak berminat." "Kamu membiarkan Hayuda hancur hanya karena keegoisanku, Bi?" sentak Adip penuh amarah. Beranjak dari sofa memunggungiku."Apa yang akan kamu lakukan kalau Hayuda jatuh ke tanganku, Dip?" Aku ingin tahu jawaban apa yan
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
18
DMCA.com Protection Status