Home / Pernikahan / Tak Semanis Madu / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Tak Semanis Madu: Chapter 81 - Chapter 90

174 Chapters

81. Pertemuan Bella dengan Tari 2

Deg ... deg ... deg! Jantungku berpacu saat aku mendengar kata Batam dari mulut Tari. Langkah kami pun terhenti, sama seperti jantungku yang tiba-tiba terasa berhenti berdetak saat genggaman tangan Abi terasa semakin erat. Seolah mengatakan bahwa apa yang Tari ucapkan adalah benar."Abi ... kamu dan Tari ...?" lirihku. Rasanya bibir ini Kelu, tak bisa lagi mengeluarkan suara dan melanjutkan kalimatku."Aku akan menjelaskan semuanya nanti, tapi tidak di sini," kata Abi membawaku pergi, kulihat Tari mengulas sebuah senyum. Senyum yang tak bisa aku artikan. Apakah dia akan mengambil Abi dariku lagi? Aku hanya bisa mengikuti langkah panjang Abi yang semakin dipercepat tanpa suara ataupun penolakan. Aku sudah lelah dengan semuanya.Sesampainya di hotel seberang kedai ice cream yang sudah Abi kirim alamatnya tersebut, Abi segera membawaku ke kamar nomor 101. Tampaknya Abi sudah memesan kamar sebelumnya."Kalian ketemuan di Batam? Tanpa sepengetahuanku?!" Kuhempaskan tangan Abi dariku set
Read more

82. Masa Lalu

Aku masih terjaga saat kulihat jam dinding yang terpajang di dinding kamar hotel sudah menunjukkan pukul 12 malam. Berbeda dengan lelakiku yang sudah tertidur pulas usai melampiaskan hasratnya padaku. Ya, saat ini kami sedang berada di hotel, kami menginap di sini malam ini. Anggap saja kami sedang berbulan madu.Meski aku rasa malam ini kurang tepat karena bukan akhir pekan yang mengharuskan aku tetap bekerja besok. Namun, aku tetap menikmati. Sadar bahwa perkejaan sudah menunggu, aku pun segera mengambil benda pipih persegi panjang yang aku letakkan di atas nakas. "Jangan pergi, Bell ...," gerutu Abi yang sempat membuatku menoleh. Namun, saat aku menoleh, Abi terlihat mengubah posisinya.Aku pun tersenyum lalu mendekatinya. Rupanya dia hanya mengigau. "Kenapa kamu begitu menggemaskan saat tidur? Tapi sangat menyebalkan saat bangun?" lirihku memandang dan mendekati wajah Abi yang semakin dipandang semakin membuatku ketagihan. Pantas saja para wanita menginginkannya dan parahnya, a
Read more

83. Masa lalu 2

Bisa aku bayangkan kehidupan Abi di tengah keluarga yang tidak pernah mengharapkannya. Ya, mana mungkin mengharapkan Abi yang lahir dari seorang madu jika rasa diduakan saja seperti itu. Tapi sejujurnya, tidak seharusnya Abi ikut merasakan penderitaan. Terlepas dari siapa yang salah dan siapa yang benar, Abi hanyalah anak yang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa. Seperti apa yang aku alami di masa lalu. Mungkin tujuan Abi menikahi Tari adalah baik untukku dan salah satunya untuk melindungiku, meski Abi juga mencintai Tari pada saat itu. Tapi nyatanya berbuah pahit dan berujung perpisahan. Karena setiap orang punya sudut pandang serta penilaiannya masing-masing dalam melihat dan menyikapi sebuah masalah. Tak jarang pula kita salah menilai, karena kita bukan Tuhan. Itulah sebabnya kita harus berpikir panjang dalam mengambil keputusan. Begitu juga dengan Papa, kita tidak tahu kenapa menikah lagi dengan mama kandung Abi. Meski aku tahu rasanya dimadu, aku tetap tidak bisa menghakimi Pap
Read more

84. Bell Merajuk

POV Abi"Bella." Aku memanggil namun, tak ada jawaban, Bella tetap berlalu meninggalkanku. Apa dia marah padaku? Aku akan mengurusnya nanti karena ponsel yang ada di dalam saku dari tadi terus bergetar. Nampaknya Mama sudah tidak sabar menunggu. Seperti janjiku semalam, aku akan bertemu dengan Mama pagi ini. Aku bergegas setelah taksi yang Bella tumpangi tidak lagi terlihat. Menuju hotel yang kemarin aku datangi. Melangkahkan kaki ke kamar hotel dengan sedikit berlari karena panggilan dari Mama terus saja masuk tanpa henti.Kuketuk pintu kamar dengan nomor 201 dan Mama pun membukanya."Assalamualaikum," sapaku lalu kukecup punggung tangan Mama."Waalaikumsalam," jawab Mama datar.Kuikuti langkah Mama masuk ke dalam kamar. Tak nampak Adip ada di sana. Hanya ada Mama seorang."Bukankah seharusnya ada Papa? Di mana Papa?" tanyaku begitu kami duduk di sofa."Papa masih keluar bersama Adip," jawab Mama dingin, perlakuan yang tidak pernah berubah itu masih saja aku rasakan hingga deti
Read more

85. Bella Merajuk 2

Kuhela napas, keputusan yang aku ambil ini memang tidak lah mudah. Setelahnya, aku bergegas menuju kantor majalah. Sekarang giliran aku menyelesaikan masalah dengan Bella yang sedang merajuk karena berkali-kali aku menghubungi, berkali-kali juga ia menolaknya.Waktu sudah menunjukkan pukul 11 siang, kulajukan kuda besiku dengan kecepatan tinggi. Berharap bisa melewati makan siang bersama Bella di kantor. Tak lupa pula kubawa makan siang yang sudah aku beli dari restoran depan hotel. Rawon adalah menu yang aku pilih, menu favorit Bella dan dia pasti menyukainya.Setibanya aku di kantor, aku bergegas menuju ruangan. Namun, langkahku terhenti saat kulewati ruang editor dan meja Bella nampak kosong. Aku pun mampir ke ruangan tersebut."Selamat siang," sapaku begitu masuk ruang editor. Terlihat beberapa orang di sana termasuk Raka dan mereka pun segera berdiri begitu melihatku."Siang, Pak," jawabnya bersamaan seraya membungkukkan badan memberi hormat."Ada yang bisa kami bantu, Pak?" sa
Read more

86. Akibat kata pendek

"Bella benar-benar keterlaluan!" gerutuku saat kulihat jam tangan sudah menunjukkan pukul 6 dan Bella belum juga menemuiku.Aku sengaja untuk tidak pulang saat jam pulang sudah tiba. Aku harus bertemu Bella secepatnya. Seperti apa yang sudah aku dengar dari teman Bella bahwa akan ada pertandingan basket antar divisi yang akan diikuti pula oleh Bella. Aku pun bergegas menuju tempat di mana pertandingan akan di adakan."Pak," sapa Raka yang kebetulan berpapasan denganku."Raka, di mana pertandingannya?" tanyaku pada Raka, sejujurnya aku sangat malas bertemu dengan Raka apa lagi harus bicara dengannya."Di gedung serba guna, Pak." "Ya sudah." Aku pun pergi ke mushola kantor untuk melakukan sholat Maghrib terlebih dahulu karena adzan sudah berkumandang.Kutengok kanan dan kiri, Bella juga tidak tampak ada di Mushola tersebut. "Nggak sholat apa kamu, Bell?" gumamku marah, mau bagaimanapun juga sholat adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan oleh seorang istri Abimana. "Awas kamu, Bell!" a
Read more

87. Akibat kata pendek 2

Aku harus segera mengakhiri pertandingan ini dan bicara dengan Bella. Tak mau membuang waktu, aku pun mengeluarkan seluruh kemampuanku bermain basket. Hingga kami berhasil menang di babak pertama.Istirahat sejenak untuk sekedar minum dan mengeringkan keringat. Namun, lagi-lagi aku harus menahan amarah saat Bella berbincang serius dengan Daffa dan Raka. Sepertinya mereka sedang membicarakan tentang strategi. "Habis kalian setelah ini," ancamku meremas botol air mineral yang ada di tanganku.Tiga putaran aku menghabisi mereka dengan brutal dan tim kami dinyatakan menang. Bella tampak kesal lalu meninggalkan gedung setelah pertandingan kami selesai.Setelahnya, aku mengikuti Bella keluar. "Pak, masih ada final. Kita kan menang?" cegah salah satu dari tim finance."Saya ada urusan, kalian cari pengganti saya saja." Aku beranjak meninggalkan gedung dan membawa serta jas yang aku tinggalkan di kursi penonton.Dengan cepat kulangkahkan kaki mencari keberadaan Bella. Tepat di depan ruang g
Read more

88. Dikira pasangan kumpul kebo

POV BellaMalam ini aku menghabiskan waktu untuk bekerja lebih keras dengan Abi yang setia menemani."Jangan ditaruh situ, akan lebih bagus kalau diletakkan di sisi bawah sebelah kanan," ucap Abi yang berdiri di sampingku saat aku meletakkan design gambar di sebelah kiri."Ini juga mau diletakkan di situ kok," jawabku."Warnamu kurang hangat, jangan terlalu terang," ocehnya lagi."Iya, ini juga mau dipergelap,""Itu ....""Ish ... Abi. Gimana aku bisa kerja kalau kamu terus bicara? Bisa diem nggak? Ini pekerjaanku. Di kantor kamu boleh memerintah, tapi di rumah jangan.""Hem, ya sudah lah, terserah."Hingga waktu sudah menunjukkan pukul 12 malam, Abi masih setia menjadi papan untukku, tak berpindah sedikitpun dari tempatnya semula. Melihatnya yang begitu menggemaskan dan begitu penurut seperti itu aku pun merasa kasihan.Kututup laptop, setelah kurasa semua sudah cukup dan pekerjaan sudah selesai."Capek?" tanyaku datar seraya melepas kertas yang ada di badan Abi satu per satu."Bias
Read more

89. Dikira pasangan kumpul kebo 2

Brak!Brak!Brak!"Keluar! Bella, Abi!" teriak seseorang menggedor pintu dengan sangat kasar membuat aku dan Abi terbangun di waktu yang masih sangat pagi, bahkan adzan subuh pun belum berkumandang. "Kamu belum mengunci pintu, Bi?" tanyaku begitu aku membuka mata."Sudah, cepat kenakan pakaianmu. Sepertinya mereka datang dengan niat yang kurang baik."Aku dan Abi pun segera memakai pakaian dengan cepat karena suara pintu terdengar didobrak.Brak! Brak! Brak!"Kalian ada di dalam, ' kan? Buka pintunya!" teriak wanita mengetuk pintu kamar kasar. "Sebentar," jawab Abi lalu membuka pintu.Begitu pintu di buka, aku pun terkejut karena di sana sudah ada Bu Gunawan, Dilla, dan juga warga membawa berbagai macam perabot menatap kami penuh kebencian."Lah, benar, kan? Mereka ini pasangan kumpul k*bo. Bukan kakak beradik. Kita sudah di tipu!" seru Bu Gunawan seolah memprovokasi."Bi, bagaimana ini, Bi?" bisikku, bersembunyi di belakang Abi yang bisa aku lakukan saat ini."Tenang, Bell, kita ng
Read more

90. Saatnya membungkam mulut Mantan

POV AbiKedatangan para warga yang menuduh aku dan Bella melakukan perzinahan sungguh sangat kejam dan membuatku geram. Terlebih, kata-kata kasar yang keluar dari para pemuda yang ikut serta. Lucu, baru kali ini aku menemui suami istri digerebek warga. Ingin tertawa, tapi nanti aku dibilang g*la. Ya, kita lihat saja apa yang akan mereka perbuat. Setelahnya, barulah aku bertindak.Bersikap santai saja karena kepanikan hanya akan membuat mereka senang. Kalaupun dinikahkan ya, silahkan. Siapa yang mau menolak. Surat nikah kami ada di Jakarta perlu waktu untuk membawanya di hadapan mereka. Kuputuskan untuk mengulur waktu hingga surat nikah kami berada di tanganku.Namun, rasa tenang dan santai berubah menjadi amarah yang memuncak saat kulihat wajah Tari di hadapanku. Nyatanya, dia adalah dalang dari semua ini. Tari, dia sedang bermain-main denganku rupanya. "Tertawalah sebisa kamu dan menangis lah setelah ini." Janjiku dalam hati pada diriku sendiri.Terlihat Tari melenggang ke arahku me
Read more
PREV
1
...
7891011
...
18
DMCA.com Protection Status