Home / Pendekar / Pewaris Pedang Sulur Naga / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Pewaris Pedang Sulur Naga : Chapter 111 - Chapter 120

239 Chapters

Bab 111. Bertemu Kembali.

"Aku Prana Kusuma mengucapkan terima kasih, Nenek Bunga Seruni," ucap Raden Prana Kusuma tersenyum. Pemuda itu bersandar pada dinding. Dia merasa keadaannya lebih baik. Yang dikatakan Selasih tentang Nenek Bunga Seruni ternyata benar. Wanita itu bukan orang bhumi Majapahit. Dia berasal dari India."Nenek berasal dari India daerah mana?" Dia bertanya dengan halus tapi jelas."Apa pedulimu?" Bukan jawaban yang keluar dari mulutnya tetapi serangan pertanyaan balik."Aku kenal banyak pedagang dari India." Nenek Bunga Seruni menatap wajah Raden Prana Kusuma lekat-lekat. Cahaya dari jendela yang ada di samping pemuda itu menunjukkan raut wajahnya dengan jelas. Wajah itu terkejut."Kau dari kota raja, Anak muda?" Dia bertanya dengan pelan. Sepasang mata lebar dengan celak tebal itu tidak berkedip menatap tamunya."Aku hanya pengembara yang tidak memiliki rumah. Kebetulan aku sering berjumpa dengan orang-orang asing yang masuk ke wilayah Majapahi
last updateLast Updated : 2023-05-23
Read more

Bab 112. Jurus Langkah Ajaib Dewi Kahyangan

"Aku senang bisa melihatmu dalam keadaan baik-baik saja. Aku sangat takut saat Nenek Bunga Seruni mengatakan kalau kau diracun seseorang dan pedangmu dicuri," gumam Raden Prana Kusuma. Pemuda itu terus berbicara sendiri. Asta Renggo berdiri. "Siapa kau, Kisanak? Saat ini Sekar Pandan tengah berlatih. Tolong jangan diganggu." Suara berat pria bertubuh tinggi besar itu mengagetkan Sekar Pandan. Raden Prana Kusuma menyatukan kedua telapak tangan di depan dada seraya berujar, "Aku Prana Kusuma, kakak Sekar Pandan. Kami berpisah karena suatu hal."Sekar Pandan tetap bergeming.Raden Prana Kusuma menatap Sekar Pandan yang tiba-tiba berlari kencang meninggalkan dirinya. Bergegas dia mengejar gadis itu. Asta Renggo hanya bisa menatap keduanya dengan tidak mengerti. Akan tetapi, dia yakin, Sekar Pandan akan mampu mengatasi masalahnya."Putih, kita tunggu mereka di sini," ucap pria itu pada harimaunya. Si Putih merebahkan kepalanya ke rumput yang
last updateLast Updated : 2023-05-24
Read more

Bab 113. Getaran Indah

Sebelum pemuda itu menyelesaikan kalimatnya. Sekar Pandan telah membungkam mulutnya dengan telapak tangan. Pemuda itu melotot. Sekar Pandan tersenyum lebar memamerkan gigi gingsulnya yang manis. Baru kali ini ada gadis yang berani membungkam mulutnya. Setahunya, para wanita di wilayah Majapahit akan selalu manut atau menurut pada laki-laki karena derajat laki-laki berada di atas perempuan. Mereka tidak akan berani berbuat sesuatu yang nyeleneh atau tidak lumrah. Bahkan untuk menatap wajahnya secara terang-terangan saja para gadis di kota raja tidak ada yang berani. Itu termasuk melanggar unggah ungguh sopan santun perempuan terhormat.Namun, Sekar Pandan tidak demikian. Gadis itu polos dan bebas. Dia juga tidak tahu hukum dan undang-undang yang mengatur hidup wanita di lingkungan Majapahit seperti perempuan lain. Dia bagai bunga hutan yang baru mekar.Bisa jadi Sekar Pandan bersikap seperti itu karena dia sendiri yang mengajarinya. Dialah yang meminta gad
last updateLast Updated : 2023-05-27
Read more

Bab 114. Menolong Selasih

Raden Prana Kusuma telah lebih dulu membantu gadis itu membersihkan makanannya. Nenek Bunga Seruni mengulum senyum melihat raut wajah anaknya. Dia kalah cepat dengan pemuda tampan yang menjadi tamunya.Selesai menyantap makanan, mereka duduk di atas tikar. Suara jangkrik dan serangga malam lainnya turut serta meramaikan malam. Asta Renggo diam. Diam-diam dia selalu mengawasi gerak-gerik Raden Prana Kusuma."Nek, boleh aku meminta agar Selasih tidak lagi dihukum duduk bersimpuh di halaman? Aku tidak tahu dia memiliki kesalahan apa terhadap kalian. Dia datang ke sini karena mengantar aku yang terluka. Jika Nenek ingin menghukum, hukum aku juga."Sekar Pandan dan Asta Renggo menoleh pada Raden Prana Kusuma. Asta Renggo mengerutkan alis tebalnya. Dia merasa pemuda itu bertindak tanpa berpikir. Nenek Bunga Seruni tetap melanjutkan makan sirih yang hampir habis. Tampak tidak peduli."Tolong ampuni dia. Malam sangat dingin. Dia hanya memakai kemban. Aku
last updateLast Updated : 2023-05-29
Read more

Bab 115. Pertarungan dua Gagah

"Aku tidak main-main," bisik Asta Renggo. Tangan pemuda itu mencengkeram pundak Raden Prana Kusuma. Bola matanya yang lebar melotot marah. Dia dan ibunya sudah terlanjur menyayangi gadis itu. Mereka tidak akan membiarkan orang lain menyakitinya.Raden Prana Kusuma tersenyum. "Asta Renggo, kurasa kau terlambat. Sebelum Sekar Pandan bertemu denganmu, dia sudah bertemu denganku terlebih dulu. Jadi aku berhak mengingatkan dirimu untuk tidak terlalu dekat dengannya!" Kedua tangannya menepis tangan Asta Renggo dengan rahang mengeras.Darah Asta Renggo mendidih. Pemuda itu menyerang titik syaraf Raden Prana Kusuma dengan jari-jarinya. Pemuda keturunan India itu ingin mengetahui kemampuan tamunya. Kalau perlu melumpuhkannya dengan totokan. Dengan kedua tangan, pemuda dari kota raja Majapahit itu menangkis serangan Asta Renggo. Kemana pun tangan pemuda tinggi besar itu ingin melumpuhkan dirinya, disitu juga serangannya dipatahkan.Raden Prana Kusuma merupakan pemud
last updateLast Updated : 2023-05-31
Read more

Bab 116. Menguping

Gadis itu melihat Nenek Bunga Seruni mengambil damar untuk dibawa ke lemari kayu tertutup yang ada di dekat tempat tidur.Saat pintu lemari dibuka, Sekar Pandan mencium aroma harum. Sebuah kotak kayu cendana diletakkan di dekat tumpukan kain yang juga diambil dari dalam lemari."Kelak jika kau sudah berkeluarga, urusan membuat makanan menjadi tanggung jawabmu. Aku sudah melihatmu memasak dan masakan yang kau olah cukup lezat. Kau juga harus menjaga pandangan suamimu. Caranya dengan selalu tampil cantik, Sekar." Gadis itu garuk-garuk kepala. Dia belum mengerti perkataan wanita di depannya itu. Nenek Bunga Seruni memberikan damar pada Sekar Pandan. Gadis itu menerima dengan penuh tanda tanya. Tangan keriput itu membuka kotak kayu. Leher Sekar Pandan melongok. Di dalam kotak tersimpan perhiasan indah yang belum pernah dia lihat. Cahaya damar menerangi perhiasan dalam kotak. Perhiasan bersinar memukau. Sekar Pandan belum pernah melihat keindahan sebuah perhiasan
last updateLast Updated : 2023-06-03
Read more

Bab 117. Ruang Rahasia Nenek Bunga Seruni.

Nenek Bunga Seruni mengajak Sekar Pandan keluar kamar. Keduanya melewati Selasih. Wanita itu segera memejamkan mata, pura-pura tidur bersandar dinding. Sekar Pandan meliriknya dengan penuh curiga."Ayo, Sekar."Nenek Bunga Seruni segera menarik lengan Sekar Pandan agar lebih cepat. Selasih membuka mata dengan hati-hati. Bau harum Sekar Pandan tertinggal di hidungnya. Dia masih bisa menangkap bayangan punggung mereka keluar rumah.Pandangan Sekar Pandan tertuju pada Asta Renggo yang duduk bersila. Raden Prana Kusuma pun masih duduk bersila. Raut wajahnya dalam remang malam tampak tenang dalam semadi. Gadis itu heran, Raden Prana Kusuma sangat suka bersemadi. "Kenapa? Gagah dan tampan, bukan?" ledek Nenek Bunga Seruni mengulum senyum. Wanita itu berjalan mendahului Dewi Bunga Malam menuju rumah yang ada di samping pondok kayu tempat tinggal si nenek. Tangannya mengambil sebuah benda dari balik ikat pinggang. Dengan benda itu dia membuka pintu
last updateLast Updated : 2023-06-05
Read more

Bab 118. Kitab Godhong Usodo

Raden Prana Kusuma membuka matanya. Tubuhnya terasa segar dan penuh dengan kekuatan baru. Hawa dingin yang berasal dari sungai dingin justru menambah kekuatan tenaga dalamnya. Pemuda itu merasa heran dengan kekuatan tenaga dalamnya yang mengalami peningkatan. Dilihatnya Asta Renggo, pria itupun telah menyelesaikan semadinya. Pemuda hitam manis itu melempar senyum padanya."Kau masih di sini?" Dia bertanya dengan nada sedikit mengejek. Dengan adanya Raden Prana Kusuma masih duduk bersila di tempatnya, itu menandakan bahwa si pemuda juga mengalami luka yang sama.Raden Prana Kusuma tertawa kecil. Dia bangkit lalu melangkah meninggalkan Asta Renggo untuk masuk ke dalam pondok. Asta Renggo tidak mengerti dengan tawa pemuda itu. Dia bangkit lalu menyusul masuk. Terlalu lama berada di dekat sungai dingin bisa membuat tubuhnya menggigil. Bertolak belakang dengan Raden Prana Kusuma. Pemuda itu justru merasakan tenaganya berlipat-lipat.Di ruang depan,
last updateLast Updated : 2023-06-07
Read more

Bab 119. Desir Hangat Sekar Pandan.

"Lepih ini berisi catatan obat yang dikumpulkan suamiku semasa hidupnya. Sekarang ... aku ingin menyerahkan kitab ini padamu, Sekar Pandan." Tangan itu terulur ke arah Sekar Pandan. Gadis itu bergeming."Terimalah. Aku merasa hanya kau yang cocok mewarisi ilmu pengobatan milik suamiku." Sekar Pandan menerima lepih itu."Seorang gadis tidak hanya harus terlihat cantik dan berkepandaian tinggi, tapi juga dia harus bisa berguna untuk orang lain. Aku yakin Prana Kusuma akan makin menyayangimu."Sekar Pandan membuat gerak tangan. Dia mengatakan bahwa Raden Prana Kusuma sudah dianggap sebagai kakang olehnya."Tapi aku melihat kalian sangat serasi untuk menjadi pasangan."Dengan panik Sekar Pandan menggoyang-goyangkan telapak tangannya. Gadis itu menolak anggapan sang nenek tentang dirinya dan Raden Prana Kusuma. Namun, jantungnya berdenyut aneh. Ada perasaan asing yang bergetar di dada. Perasaan indah yang belum pernah dirasakan.Denga
last updateLast Updated : 2023-06-10
Read more

Bab 120. Perang Batin Sang Senopati.

"Sekar Pandan."Gadis itu mengulurkan kitab Godhong Usodo pada Raden Prana Kusuma. Pemuda itu menerimanya. Membaca goresan tulisan di sampul depan. Tanpa membuka isinya, dia menimpukan benda itu ke kepala Sekar Pandan.Gadis itu geragapan seraya mengusap kepalanya yang sakit. Keningnya berkerut. Tangannya membuat gerakan yang menanyakan kesalahannya pada Raden Prana Kusuma."Kau sudah pernah kehilangan pedang pusaka peninggalan ayahmu. Masih juga tidak berhati-hati, hah?!" Gadis itu mengusap-usap kepalanya yang sakit. Mulutnya cemberut layaknya anak kecil."Aku yakin kitab ini sangat berharga. Lalu seenaknya kau berikan pada orang lain?! Bagaimana jika aku membawanya kabur? Kau ini, ya." Sekali lagi pemuda itu menimpuk kepala Sekar Pandan dengan kitab itu karena kesal. Gadis itu melindungi kepalanya dengan lengan kanannya."Jangan terlalu percaya pada orang lain meskipun itu padaku. Bisa saja aku mengkhianati dirimu, Sekar. Kau harus bela
last updateLast Updated : 2023-06-12
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
24
DMCA.com Protection Status