Tanaka sudah berdiri di atas kapal layar itu. Dia memperhatikan lautan di hadapannya. Langit tampak cerah. Awan-awannya membetuk gumpalan kapas. Di punggungnya Golok Hitam dan Pedang Perak Cahaya Merah.Nahkoda itu mendekat ke Roh Panglima. Dia pensaran kenapa mereka hendak membunuh Baluku, padahal dialah yang memberi kekuatan pada Pemuda Buruk Rupa itu.“Apa yang membuat Tuan ingin membunuh Yang Mulia Baluku?” bisik Nahkoda itu pada Roh Panglima.“Kau tak pantas bertanya begitu padaku,” jawab Roh Panglima dengan geram.“Memangnya kenapa, Tuanku. Aku ini hambamu. Aku setia padamu, seperti kesetiaanmu pada manusia itu,” protes Nahkoda itu.“Jika sekarang aku menyuruhmu terjun dari atas kapal layar ini, apakah kau akan menuruti perintahku?”“Tentu, meskipun itu tanpa alasan, Tuanku. Bagaimana aku bisa keluar dari kuasamu, jika nyawaku sudah berada di dalam genggamanmu. Darahku telah kujadikan sebagai saksi sumpahku untuk mengikutimu dan setia padamu, begitupun dengan para tentaramu yang
Magbasa pa