Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 81 - Chapter 90

158 Chapters

81. Daun Raksasa

Bimala tampak terbangun di dalam kamarnya. Dia sekilas bermimpi melihat Tanaka diserang makhluk-makhluk raksasa. Sesaat kemudian pelayannya datang dengan heran melihat Tuannya terbangun tengah malam begitu.“Apa ada sesuatu yang bisa hamba bantu, Nona,” tawar pelayannya.Bimala duduk di tepi kasur dengan gelisah.“Tidak,” jawab Bimala.Pelayan itu lalu mengangguk, kemudian pergi dari sana. Bimala tampak memikirkan Tanaka, tanpa Pedang Perak Cahaya Merah itu pasti sangat kesusahan melawan Baluku.“Aku harus membantu Tanaka,” gumam Bimala.Bimala pun akhirnya berkemas dan bersiap pergi dari istana itu. Dia keluar dari kamarnya lalu berpesan pada prajurit penjaga dan pelayan di sana untuk menyampaikan kepada Sang Ratu bahwa dia harus pergi membantu Tanaka. Dia ingin menemui langsung Sang Ratu, namun di tengah malam begitu, itu pasti menganggunya, apalagi Sang Ratu tengah hamil tua. Dia butuh istirahat yang cukup.Akhirnya Bimala memacukan kudanya. Dia kembali ke mata air untuk pergi ke n
Read more

82. Alam Keabadian

“Kalian siapa?” tanya yang paling tinggi dari kelima manusia itu pada Tanaka, Roh Panglima dan Jabali.“Kalian yang siapa?” tanya balik Tanaka. “Kenapa kalian ada di alam ini?”Kelima manusia itu saling menatap dengan bingung. Lalu yang paling tinggi dan paling kurus itu mendekat ke Tanaka.“Namaku, Tasir,” jawabnya. “Kami tersesat di negeri ini sudah sepuluh tahun lamanya dan kami belum menemukan jalan untuk kembali.”Tanaka, Roh Panglima dan Jabali terbelalak mendengarnya.“Apa tujuan kalian ke sini?” tanya Tanaka sekali lagi.Tasir dan keempat temannya kembali saling menatap dengan bingung. Sepertinya mereka tidak ingin menceritakan alasan sesungguhnya mereka terjebak ke sana pada Tanaka.“Jika ingin tahu ceritanya, ikutlah ke markas kami. Di sini tidak aman, kalian akan dimakan binatang raksasa jika mereka melihat,” jawab Tasir.Tanaka pun menoleh pada Roh Panglima.“Bagaimana?” tanya Tanaka.“Kita ikuti saja mereka, Tuanku,” jawab Roh Panglima.Tasir menatap heran ke Roh Panglima
Read more

83. Mencari Jalan Keluar

Tanaka menarik tangan Roh Panglima untuk menjauh dari Sakwa. Sakwa terdiam melihatnya. Jabali mengikuti Tanaka dan Roh Panglima yang berjalan menuju pintu gua itu.“Kenapa kau tidak tahu kalau siapapun yang memasuki alam ini tak akan bisa kembali lagi?” tanya Tanaka menahan amarahnya pada Roh Panglima. “Kenapa kau tidak mengetahui soal batu permata itu?”Roh Panglima pun berlutut di hadapan Tanaka. Sementara Jabali tampak bingung. Dia hanya berdiri melihat dua tuannya itu yang tampak akan bertengkar.“Ampun, Tuanku,” ucap Roh Panglima. “Hamba benar-benar tidak tahu akan hal itu, namun hamba akan berusaha sekuat tenaga untuk mengeluarkan kita dari sini. Nyawa hamba akan hamba pertaruhkan untuk, Tuan.”Tanaka menghela napas. Sakwa mendekat ke arah mereka.“Jangan panik,” ucap Sakwa. “Tinggal lah di sini, kami sedang berusaha mencari cara agar bisa kembali ke alam manusia.”Tanaka menoleh pada Sakwa.“Berapa umurmu?” tanya Tanaka.“Aku tidak tahu karena di sini matahari tak pernah tengge
Read more

84. Buah Ajaib

Saat Tanaka tertidur di sebuah rongga gua ditemani Roh Panglima dan Jabali, Tasir diam-diam mengunjungi Sakwa di tempatnya.“Apa Tuan sudah tidur?” tanya Tasir.Sakwa yang sudah berbaring tampak bangkit. Dia heran melihat kedatangan Tasir.“Ada apa?” tanya Sakwa.“Aku ingin bicara soal kedatangan manusia buruk rupa dan dua temannya dari bangsa roh itu,” jawab Tasir.Sakwa tampak tertarik. Dia menggeser tubuhnya lalu duduk di tepi kasur menghadap Tasir.“Memangnya mereka kenapa?”“Apa Tuan tidak curiga pada mereka?” tanya Tasir dengan was-was.“Curiga bagaimana?”“Dia datang bersekutu dengan dua makhluk dari bangsa roh. Apa Tuan tidak melihat itu sebagai sebuah keanehan? Bukan kah di dalam kitab leluhur kita yang terjebak di negeri raksasa ini bahwa mereka datang ke negeri ini untuk mendapatkan kekuatan karena pada saat itu negeri leluhur kita sedang diserang para Iblis dari bangsa roh itu? Namun karena tidak tahu jalan pulang, leluhur kita akhirnya terjebak di sini dan menyisakan kita
Read more

85. Keputusan Besar

Sakwa baru saja memejamkan matanya. Tidurnya terganggu saat mendengar suara langkah kaki yang menuju kediamannya di dalam rongga gua itu. Sakwa pun duduk dan terkejut melihat kedatangan Tanaka, Roh Panglima dan Jabali.“Ini waktu tidur kami,” ucap Sakwa yang merasa terganggu atas kedatangan mereka.“Ada sesuatu yang ingin aku katakan padamu,” ucap Tanaka sambil berjalan mendekat ke arah Sakwa.Sakwa mundur. Dia seperti takut pada Tanaka. Ini diakibatkan oleh Tasir yang telah mempengaruhi pikirannya. Tasir yang mengatakan untuk berhati-hati pada mereka.“Apa yang ingin kau katakan, katakanlah,” pinta Sakwa.“Kudengar di negeri ini ada buah yang jika kita makan akan membuat tubuh kita berubah menjadi raksa-raksasa hingga sama seperti bangsa Sajuna,” ujar Tanaka.Sakwa terbelalak mendengarnya.“Dari mana kalian tahu?” tanya Sakwa tak percaya.Tanaka menoleh pada Jabali.“Dari dia,” jawab Tanaka.Sakwa semakin curiga dengan bangsa roh itu.“Maksudmu, kau ingin mencoba memakan buah itu?”“
Read more

86. Hembusan Angin

Kapal layar yang dinaiki Bimala tampak bergoyang. Bimala pun berpegangan pada tiang layar dengar erat. Gelombang laut tampak tinggi. Nahkoda dan awak kapal yang mengendalikan kapal layar itu tampak sibuk menggerakkan layar-layar agar kapal tidak terbalik dan selamat dari gelombang yang tinggi.Para Peri yang menemani Bimala kini bernyanyi. Nyaian penenang lautan. Bimala tidak gentar meski kapal yang dinaikinya sudah berkali-kali dimasuki gelombang laut. Di pikirannya hanya segera ingin tiba di negeri tempat Tanaka terjebak.Tak lama kemudian laut tampak agak tenang. Jika ada gelombang pun tidak tampak begitu besar. Bimala dan Para Peri tampak sudah tenang melihat lautan yang mulai bersahabat.“Apakah kita masih jauh?” tanya Bimala pada salah satu Peri yang menemaninya itu.Peri itu menatap ke hadapan, dia melihat ada batas kabut putih yang seolah menjadi dinding raksasa di sepanjang garis batas penglihatan.“Sepertinya tak akan lama lagi,” jawab Peri itu. “Gerbang ke negeri itu sudah
Read more

87. Gontala

Bimala dan Para Peri itu pun berusaha menghindari kaki-kaki raksasa yang sedang berlari ke arah mereka. Untung saja semuanya cepat menghindar. Rupanya raksasa yang melewati tempat mereka terjatuh itu hendak mengambil seekor burung yang berhasil dipanahnya. Bimala tampak lega melihat itu. Saat Pasukan Raksasa itu pergi menjauhi pohon raksasa itu, Pimpinan Peri berdiri lalu menatap Bimala dengan tenang.“Kita harus segera tiba ke pohon itu,” pinta Pimpinan Peri itu.Bimala pun mengangguk. Pimpinan Peri itu kembali membawa Bimala terbang diikuti pasukan Peri lainnya menuju pohon raksasa yang tidak begitu jauh lagi dari mereka. Saat mereka tiba di sana, Bimala melihat buah besar seperti apel yang merah warnanya.“Apa buah itu yang dapat membuat tubuh kita membesar sebesar raksasa penghuni negeri ini?” tanya Bimala penasaran.“Benar,” jawab Peri itu.Peri itu pun mengajak Bimala dan pasukannya menuju buah yang terjatuh ke atas tanah itu. Buahnya tampak masih segar. Pimpinan Peri langsung m
Read more

88. Pertaruhan

Tanaka berlari di dalam hutan gelap menuju istana Raja Sujana. Roh Panglima memberinya petunjuk atas penerawangannya. Jabali mengikuti mereka dengan terengah-engah.“Apakah aku bisa memanggil kudaku?” tanya Tanaka pada Roh Panglima.“Benar, lebih baik panggil saja kuda berkepala api itu, Tuan,” tambah Jabali yang tampak kelelahan.“Kuda itu hanya bisa dipanggil jika kita berada di alam kita,” jawab Roh Panglima.Tanaka pun pasrah. Jabali tampak kecewa. Saat mereka sudah berlari kian jauh. Mereka pun melihat cahaya yang terang dari balik pepohonan rindang.“Sepertinya kita hampir tiba,” ucap Roh Panglima.Mereka pun berhenti lalu berjalan mengendap menuju hutan yang mulai terang itu. Tanaka menyingkap semak-semak di hadapannya. Saat dia melihat ke arah balik semak-semak itu, matanya terbelalak mendapati Bimala dan para Peri hendak dihukum gantung di sebuah lapangan di depan gerbang istana. Raja Sajuna tampak duduk di singgasananya bersama Putra Mahkotanya, Gontala.Tanaka langsung kelu
Read more

89. Kembali Berpetualang

Saat Bimala dan pasukan Perinya sudah dibawa ke dalam penjara dan Roh Panglima serta Jabali juga sudah dimasukkan ke dalam penjara, kini Tanaka sendirian di hadapan Raja Sajuna dan Putra Mahkota Gontala. Para Prajuritnya masih mengelilinginya dengan tombak masing-masing.“Siapa yang mencuri batu permata itu?” tanya Tanaka kemudian.“Dia berasal dari negeri Nusantara,” jawab Raja Sajuna.Tanaka terkejut mendengarnya.“Nusantara?”Tiba-tiba dia teringat ayah dan ibu angkatnya. Mereka berasal dari sana. Tanaka pun teringat akan mahkota di dalam gua tempat ayah dan paman-pamannya bersembunyi dahulu. Sa memintanya untuk membawa mahkota itu ke Nusantara agar keturuan Raja asli dapat menjadi raja dan memimpin Nusantara dengan trahnya.“Siapa namanya?” tanya Tanaka lagi.“Dia menyebut dirinya sebagai Pendekar Langit,” jawab Sajuna. “Aku yakin dia membawa batu permata itu ke negeri asalnya.”“Aku akan mencarinya di Nusantara, tapi sebelum itu, izinkan aku menemui Bimala dan bicara dengannya se
Read more

90. Berlayar ke Nusantara

Sebuah perahu terdampar di pulau batu itu. Di dalamnya ada seorang lelaki yang tampak lemas dan bisa lagi menggerakkan tubuhnya. Dia berusaha untuk keluar dari dalam perahunya karena tidak ingin ombak laut menarik perahunya kembali ke tengah lautan. Seketika Baluku muncul di hadapannya. Lelaki itu terbelalak ketakutan. Dia tak bisa berbuat apa-apa selain pasrah.“Siapa kau?” tanya Baluku dengan heran.Lelaki itu sulit bicara. Jamur di mulutnya membuat lidah dan langit-langit mulutnya dipenuhi luka. Menelan saja dia tidak bisa bagaimana dia mau bicara.Baluku berpikir lalu mengarahkan tangannya ke tubuh lelaki itu. Seketika tenaga dalam mengalir ke tubuhnya. Kini lelaki itu tampak kuat, dia pun mampu bergerak. Namun saat dia sudah bergerak, dia kembali meraih dayungnya untuk meninggalkan pulau itu. Dia takut dengan Baluku.Baluku geram melihatnya. Dia pun mengarahkan tangannya ke arah lautan hingga ombak besar datang lalu menggulung perahunya hingga kembali terdampar di pulau batu itu.
Read more
PREV
1
...
7891011
...
16
DMCA.com Protection Status