Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 61 - Chapter 70

158 Chapters

61. Rahasia Tanaka

“Jangan mengada-ada!” teriak Tanaka pada Bimala. Mendengar kabar itu seakan mendengar petir di siang bolong.“Aku tidak mengada-ada! Sekarang Ibu kandungmu sedang berada bersamaku. Dia sedang mencarimu karena baru tahu akan hal ini,” ucap Bimala dengan lemah.Roh Panglima menghampiri Tanaka dengan kudanya.“Ayo, kita harus segera pergi dari sini, Tuanku,” pinta Roh Panglima.Tanaka tidak menggubris panggilan Roh Panglima. Sebenarnya dia masih penasaran dengan apa yang dikatakan Bimala.“Ayo, Tuanku. Kita harus segera pergi dari sini sebelum adik Baluku kembali dan membawa pasukannya,” pinta Roh Panglima sekali lagi.Tanaka menatap Bimala yang lemah.“Maafkan aku. Kali ini aku tidak percaya padamu dan maafkan aku telah merebut benda pusaka milikmu,” ucap Tanaka. “Aku melakukan ini untuk sebuah alasan.”“Karena ingin balas dendam kan?” ucap Bimala.Tanaka bergetar mendengarnya. Dia heran kenapa Bimala tahu akan hal itu.“Aku tahu kau telah membunuh ayahku,” ucap Bimala. “Dan aku memaafk
Read more

62. Surat dari Sa

Tanaka mamacukan kuda berkepala apinya dengan kencang menembus hutan. Roh Panglima mengejarnya dari belakang.“Tuanku! Kita harus ke istana Tuanku! Kita harus merebut Pedang Perak Cahaya Merah Itu dari adik Baluku!” teriak Roh Panglima.Tanaka tidak menggubris teriakannya. Dia terus saja memacukan kudanya. Ketika dia tiba di depan mulut gua tempat penyimpanan semua harta benda, Tanaka menghentikan kudanya lalu turun dari gua. Roh Panglima tiba lalu turun dari kuda dan mendekatinya dengan khawatir.“Tuanku, kita harus ke istana sekarang juga sebelum adik Baluku menggunakan pedang itu untuk membunuh Yang Mulia Baluku,” mohon Roh Panglima.Tanaka menoleh padanya dengan geram. Dia mengeluarkan golok hitamnya.“Kau sudah tidak mau lagi mendengar omonganku?!” tegas Tanaka.“Ampun, Tuanku. Hamba akan selalu setia pada Tuanku sampai akhir hayat Tuanku,” ucap Roh Panglima berlutut padanya.“Aku bisa saja membunuhmu sekarang juga! Sekarang ikuti mauku atau kau akan mati dengan golokmu sendiri?!
Read more

63. Kembali Pada Ratu

Angin berhembus kencang saat Bimala tiba di kediamannya bersama Tanaka dan Roh Panglima. Gadis itu turun dari kudanya, diikuti oleh Tanaka dan Roh Panglima. Saat Bimala memeriksa kediamannya, dia terkejut melihat Sang Ratu dan Pelayannya itu sudah tidak ada di sana.“Kemana mereka?” tanya Bimala dengan khawatir dan bingung.Sementara Tanaka dan Roh Panglima terdiam heran. Tanaka curiga kalau Bimala telah membohonginya.“Kau sengaja membohongiku bahwa Ibu kandungku ada bersamamu?” tanya Tanaka curiga.Bimala menoleh padanya. “Aku tidak berbohong. Dia bersamaku dengan pelayannya sudah beberapa hari ini. Aku memintanya untuk tinggal di sini.”Bimala pun mencari sesuatu di sana. Dia berharap Sang Ratu meninggalkan pesan padanya. Namun saat dia mencoba mencari-cari, dia tidak menemukan pesan apapun di sana.“Mungkin dia pergi dari sini,” ucap Bimala. “Yang Mulia ingin mencarimu dan sangat ingin bertemu denganmu, Tanaka.”“Kalau begitu ayo kita cari,” pinta Tanaka yang sudah mulai percaya p
Read more

64. Tawanan Prajurit Istana

Putra Mahkota tampak tengah menghadap Raja Tala. Di punggungnya tampak terlihat Pedang Perak Cahaya Merah sudah dimilikinya.“Kenapa kau pulang? Harusnya kau cari ibumu sampai ketemu!” ucap Raja Tala dengan penuh amarah.“Ampun, Yang Mulia,” ucap Putra Mahkota. “Hamba telah mencari Ibu kemana-mana, namun sepertinya ada yang menyembunyikannya. Akhirnya hamba bertemu dengan Panglima Araca yang hendak mencari para iblis itu, akhirnya hamba menemaninya untuk menemukan pimpinan dari pasukan Iblis itu, namun hamba tidak bisa melawannya, hingga Panglima Araca mengorbankan dirinya demi hamba. Namun kabar baiknya, hamba mendapatkan benda pusaka yang selama ini ayah cari-cari.”Raja Tala berdiri mendengar itu.“Benda pusaka apa itu?” tanya Raja Tala penasaran.Putra Mahkota pun mencabut Pedang Perak Cahaya Merah di punggungnya. Melihat Pedang itu menyala-nyala, Raja Tala terbelalak. Pedang itulah yang dicarinya selama ini. Pedang itulah yang membuat anak kandungnya harus mendapatkan kutukan bur
Read more

65. Pilihan Sulit Untuk Roh Panglima

Tanaka dan Bimala berdiri di hadapan air terjun itu. Roh Panglima berdiri jauh dari mereka. Mengawasi apa yang akan terjadi diantara mereka.“Kita sudah menunggu,” ucap Tanaka. “Kenapa Pedang Perak Cahaya Merah itu tidak kembali padamu? Apa kau mencoba membohongiku?”“Aku akan melakukan ritual tengah malam nanti di sini,” jawab Bimala. “Tengah Malam nanti Pedang Perak Cahaya Merah itu pasti akan kembali.”Tanaka duduk di atas batu. Dia memandangi air terjun yang terlihat indah itu. Dia masih tidak percaya akan semua kenyataan yang dia dapatkan. Melihat itu, Bimala pun duduk di sebelahnya.“Bagaimana kau bisa menjadi murid Baluku dan mendapat Panglima Iblis itu?” bisik Bimala.“Saat aku tidak sengaja bertemu denganmu di dekat air terjun itu, tiba-tiba ada roh hitam yang mendatangiku dan mengatakan ingin membantuku untuk membalaskan dendam pada Putra Mahkota yang membunuh ayah dan Ibuku, serta membalaskan dendamku pada Raja yang telah menghukum gantung paman-pamanku,” jawab Tanaka.Bima
Read more

66. Menarik Kembali Benda Pusaka

Tepat tengah malam itu, Bimala duduk di atas batu. Tanaka dan Roh Panglima berdiri memperhatikannya. Bulan di atas sana tampak bersinar terang. Purnama telah menghiasi langit malam di atas bumi Manggala. Sesaat kemudian tubuh Bimala terangkat ke atas, tepat di atas aliran mata air yang memancarkan cahaya bulan.“Apakah benda pusaka itu akan kembali padanya?” tanya Roh Panglima pada Tanaka.“Kita lihat saja,” jawab Tanaka. “Jika benda pusaka itu tak bisa kembali padanya, aku akan ke sana untuk merebutnya.”“Yang Mulia sudah berubah pikiran?” tanya Roh Panglima heran.“Maksudmu?” tanya Tanaka heran.“Maksudku, Yang Mulia akan tetap mengikuti syarat terakhir dari Yang Mulia Baluku?”Tanaka geram mendengarnya.“Aku tak akan menyerahkan benda pusaka itu padanya,” tegas Tanaka. “Aku malah akan membunuhnya dengan benda pusaka itu agar kutukan pada keluarga kandungku lenyap. Adikku bisa terlahir normal dan aku... aku berharap bisa menjadi seperti manusia normal yang tampan.”Roh Panglima mene
Read more

67. Menuju Istana

Bulan masih bersinar terang di atas sana. Bimala menoleh kembali pada Tanaka.“Bagaimana dengan jurus-jurus lamamu?” tanya Bimala tiba-tiba.“Maksudmu?”“Seperti jurus Mengibas-Ngibas Angin dalam Kendi dan jurus Angin dudukmu,” jawab Bimala.Tanaka terkekeh mendengar itu.“Itu jurus aneh dari paman-pamanku. Sebenarnya paman-pamanku sendiri tidak tahu apa nama sebenarnya dari jurus itu. Aku sendirilah yang menamainya,” jawab Tanaka.“Tapi waktu itu kau sudah hebat.”“Aku yang dulu lemah,” ucap Tanaka.Roh Panglima tampak kesal menunggui mereka.“Maaf, Tuanku,” ucap Roh Panglima pada Tanaka.Tanaka menoleh padanya.“Ada apa?”“Bukankah Nona Bimala akan mengembalikan tenaga dalamnya? Aku sudah tidak sabar mengerahkan tentaraku untuk merebut kembali benda pusaka itu,” jawab Roh Panglima.“Kau mengganggu saja,” kesal Tanaka.Roh Panglima pun terdiam. Bimala tersenyum lalu berdiri.“Baiklah. Aku akan kembali ke kediamanku. Di dekat kediamanku ada sebuah tempat untuk kalian istirahat. Nanti
Read more

68. Benteng Pertahanan

Putra Mahkota berdiri di atas gerbang istana. Para prajuritnya tampak berbaris di atas pagar dengan anak panah masing-masing. Seluruh pagar yang mengelilingi istana itu sudah dijaga ketat oleh para prajurit, meskipun dinding pembatas tak terlihat sudah mengerungi istana itu.Putra Mahkota menatap lurus ke hadapan. Dia menunggu jika Tanaka dan tentara iblisnya datang menyerang. Dia juga yakin Bimala sedang berusaha merebut kembali Pedang Perak Cahaya Merah yang kini dimilikinya. Dia harus berjaga seandainya dinding pembatas tak terlihat itu mampu dipecahkan oleh Tanaka.Putra Mahkota itu menoleh pada prajuritnya.“Periksa seluruh pagar istana!” perintahnya.“Siap, Yang Mulia!”Prajurit itu pun berlari di atas pagar istana, dia membawa tompak lalu memeriksa seluruh pagar yang mengelilingi istana. Setelah jauh berlari dan memastikan semua prajurit yang lain telah menjaga ketat seluruh pagar istana, dia kembali tiba di hadapan Putra Mahkota dengan napas terengah-engah.“Semuanya aman, Yan
Read more

69. Suara Dentuman Perang

Tanaka semakin geram. Merasa diremehkan oleh Putra Mahkota. Akhirnya dia panas, seketika bola matanya bercahaya dan tubuhnya mengeluarkan kobaran api yang membara. Tanaka terbang lalu melesatkan bola api yang begitu besar dari tangannya, bola api itu meluncur cepat lalu mengenai dinding pembatas tak terlihat.BOOOM!!!Putra Mahkota terbelalak saat melihat dinding pembatas tak terlihat itu tampak retak seperti kaca yang baru saja terkena lemparan batu yang besar. Retakan itu terlihat mengerlipkan cahaya bagai cahaya kunang-kunang di malam hari.Sementara itu, Raja Tala yang hendak memasuki ruangan pribadinya tampak terkejut mendengar suara keras itu. Dia menoleh pada para prajurit penjaga dengan heran.“Suara apa itu?”“Ampun, Yang Mulia, sepertinya di luar sana pasukan Iblis menyerang Istana,” jawab Prajuritnya.Raja Tala terbelalak mendengar itu.“Ikut saya ke sana,” pinta Raja Tala pada prajuritnya.“Siap, Yang Mulia!”Raja Tala dan prajuritnya pun bergegas keluar dari kediaman itu.
Read more

70. Jalan Lain

Sang Ratu berlari dikejar para prajurit. Di hadapannya ada sang Raja yang juga hendak menuju gerbang Istana. Sang Raja terbelalak melihat Sang Ratu datang bersama Minun. Langkah Sang Ratu dan Minun berhenti saat melihat Sang Raja di hadapan mereka.“Kenapa kalian membiarkan Ratu keluar dari kediamannya!” teriak Sang Raja pada para prajurit yang mengejar itu.“Ampun, Yang Mulia!” ucap para prajurit itu.“Bawa paksa Ratu dan Pelayannya ke kediamannya!” tegas Sang Raja.“Baik, Yang Mulia!”Para prajurit itu akhirnya memegangi Sang Ratu dan Pelayannya untuk dibawa kembali ke kediamannya.“Aku ingin melihat siapa manusia buruk rupa itu! Aku yakin dia anak kandung kita!” teriak Sang Ratu sambil berusaha melepaskan pegangan dari para prajuritnya.Raja Tala terbelalak mendengarnya.“Dia sudah mati!” teriak Sang Raja.“Dia masih hidup! Aku yakin itu dia!” ucap Sang Ratu.Sang Raja kesal mendengarnya.“Bawa mereka ke kediamannya!” tegas Sang Raja.Akhirnya para prajurit itu terpaksa menarik San
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status