Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 41 - Chapter 50

158 Chapters

41. Pencarian

“Kenapa kau memaksaku untuk segera menikahi Bimala?” tanya Putra Mahkota pada Roh Penjaganya yang kini berdiri di hadapannya. “Aku memang mencintainya, tapi melihat sikapnya yang tidak menyukai aku, aku merasa menjadi lelaki tidak terhormat!”“Gadis itu memiliki Pedang Perak Cahaya merah. Dia pewaris benda pusaka itu. Meskipun saat ini benda pusaka itu telah kembali ke tempatnya, tapi gadis itulah yang menguasainya. Dia hanya belum tahu cara untuk menggunakannya,” jawab Roh Penjaganya.“Memangnya kenapa dengan benda pusaka itu?” tanya Putra Mahkota yang ingin tahu sebenarnya meskipun sebelumnya Roh Penjaganya sudah pernah menjelaskannya.“Dengan benda pusaka itu, sewaktu-waktu jika Raja Iblis yang saat ini tengah dikurung berhasil mendapatkan seorang murid, kau bisa membunuhnya dengan benda pusaka itu. Hanya dengan benda pusaka itulah Raja Iblis itu akan terbunuh.”Putra Mahkota terbelalak mendengarnya.“Apa hubungannya aku dengan Raja Iblis itu?” tanya Putra Mahkota penasaran.“Dia b
Read more

42. Rahasia Benda Pusaka

Putra Mahkota dan Bimala pun tiba di kediaman baru Kakek dan Neneknya menggunakan kereta kencana yang dikawal para Prajurit Penjaga. Bimala tampak lega melihat kediamannya begitu luas dan indah. Tempat itu berada cukup jauh dari istana. Bimala lega melihat banyak prajurit yang menjaga kediaman itu. Dan terlihat beberapa pelayan yang menyambut kedatangan mereka dengan penuh hormat.Saat Bimala dan Putra Mahkota turun dari sana, Kakek dan Neneknya keluar dari kediaman itu dan langsung berlari mendekati Bimala.“Cucuku!” teriak Neneknya penuh haru.Neneknya langsung memeluk gadis itu dengan lega.“Apa kau baik-baik saja?” tanya Neneknya.Bimala mengangguk sambil berurai air mata. Dia sungguh lega melihat Kakek dan Neneknya berada di tempat itu dengan aman.“Kenapa kau menangis?” tanya Kakeknya heran.“Dia terharu bisa bertemu dengan kalian lagi,” ucap Putra Mahkota.“Terima kasih telah menjaga cucuku,” ucap Kakek itu. Dia yakin Bimala bahagia bersama Pangeran itu.Mereka pun memasuki ked
Read more

43. Niat Jahat Putra Mahkota

Putra Mahkota dan Bimala tiba di Istana. Calon raja yang tampan itu mengantarkan Bimala ke dalam kediamannya. Bimala tampak risih. Dia khawatir Putra Mahkota berbuat yang tidak-tidak.“Kau bisa kembali ke kediamanmu,” pinta Bimala.Putra Mahkota pun mendekat lalu seketika memeluknya dari belakang. Bimala mendorong tubuh Putra Mahkota dengan keras hingga dia terjatuh ke atas lantai.“Apa yang kau lakukan?” tanya Bimala dengan geramnya.Putra Mahkota tampak kesal. Amarahnya memuncak. Dia bangkit lalu menatap Bimala dengan amarah.“Aku calon suamimu! Jadi aku bebas untuk melakukan apapun yang kuinginkan darimu!” teriak Putra Mahkota penuh amarah.“Kita belum menikah! Aku harap kau jangan menyentuhku sebelum pernikahan dilakukan!” pinta Bimala dengan amarah.Putra Mahkota pun menarik paksa tangan Bimala menuju kamar. Bimala hendak melawan, namun tarikan tangan Putra Mahkota begitu kuat.“Lepaskan aku! Lepaskan!” teriak Bimala.Putra Mahkota terus saja menariknya ke dalam kamar. Saat merek
Read more

44. Dewi Air

Hawa dingin menyeruak menembus tulang Tanaka. Tubuhnya menggigil di hari kedua dia melakukan pertapaan itu. Roh Panglima masih setia berdiri menunggunya. Dia menatap lekat Tuan buruk rupanya itu.Seketika, dalam bayangan Tanaka, datang seorang gadis bergaun putih dan bermahkota perak yang bercahaya.“Tanaka!” panggil gadis itu dengan lembut.Tanaka tampak kesusahan untuk berkonsentrasi. Tiba-tiba jiwanya terangkat. Dia berdiri di sebuah alam yang dipenuhi kabut putih. Tanaka terbelalak melihat gadis cantik bermahkota perak itu tengah tersenyum padanya.“Si... siapa kamu?” tanya Tanaka.“Aku bisa merubah wajahmu menjadi tampan jika kau mau,” rayu gadis itu.“Be... benarkah?” tanya Tanaka yang mulai tertarik padanya.Sementar itu, Roh Panglima melihat Tanaka seperti bicara sendiri dalam pertapaannya. Dia mendekat lalu duduk di hadapannya dengan heran.“Apa yang terjadi padanya?” tanya Roh Panglima dengan heran.Tak lama kemudian dia melihat ular putih berukuran kecil sedang meniki tubuh
Read more

45. Ujung Hari Pertapaan

Tetes-tetes air dari langit-langit gua menetes ke bahu kiri Tanaka. Roh Panglima tampak khawatir melihatnya. Jika air itu terus menetes dari langit-langit gua hingga pertapaannya selesai, tetesan itu akan melukai bahu kiri Tuannya. Roh Panglima pun berdiri lalu menengadahkan tangannya ke tetesan air itu. Dia menghalangi tetesan air itu untuk jatuh ke bahu kiri Tuannya.Tanaka mulai merasa sangat lapar dan haus. Di mencoba menahannya saat tenaganya mulai berkurang. Dia mencoba untuk terus berkonsentrasi agar pertapaannya berhasil sempurna sampai hari terakhirnya.Sementara itu, Kuda Putih yang membawa Bimala tiba di depan mata air yang jernih. Mata air yang berbeda dari sebelumnya yang pernah dia kunjungi bersama Kakek dan Neneknya. Gadis itu heran kenapa Kuda itu membawanya ke sana.Bimala pun turun dari kuda sambil memegang pedangnya. Dia melihat ke sekitarnya dengan heran. Tempat itu begitu dingin. Pohon-pohon di sekitar aliran air terjun itu tampak rimbun dan tinggi-tinggi. Semak-s
Read more

46. Imbalan Sepadan

“Kenapa aku harus merasakan ini, Tuan Guruku?!” erang Tanaka sambil menahan sakit dari anak panah yang bertubi-tubi menusuk dadanya.Tak ada suara yang terdengar lagi. Sesaat kemudian dia tampak lemas. Kepalanya menjutai tak berdaya. Air liur menetesi tanah di bawahnya. Dan tepat di tengah malam itu, Lelaki Buruk Rupa itu terbangun. Dia terkejut melihat Baluku tersenyum di hadapannya. Tanaka melihat ke sekitar. Dia masih berada di dalam gua itu. Dia cubit lengannya. Rupanya yang dia rasakan tadi hanya mimpi. Namun tanaka heran, kenapa dia bisa merasakan sakitnya? Bukan kah jika bermimpi tak akan terasa sakit? Pikirnya.Seketika Roh Panglima memberikan makanan dan minuman padanya. Tanaka langsung meminum airnya dengan kehausan dan memakan makanannya dengan cepat dan lahap.“Kau telah selesai melakukan tugas terakhirmu, muridku,” ucap Baluku.Tanaka terbelalak mendengarnya hingga dia berhenti makan.“Aku telah selesai melakukan tugas terakhirku?”“Ya,” sahut Baluku. “Sekarang semua roh
Read more

47. Terbongkarnya Sebuah Rahasia

Pagi sekali Ratu Anin tampak gelisah di kamarnya. Dia masih belum mendapatkan jawaban alasan Raja Tala untuk menggugurkan kandungannya. Sudah lebih satu bulan dia mencari tahu bersama Kepala Pelayannya, namun tak kunjung mendapatkan jawaban juga.“Aku harus menyamar,” ucap Ratu Anin dalam hatinya.Saat itu juga, Ratu Anin menyamar menjadi pelayan. Dia meminta Kepala Pelayan untuk mendadaninya. Dia ingin memasuki kediaman Raja dan berharap bisa menemukan sebuah petunjuk untuk jawabannya. Saat sudah berdandan ala pelayan, Ratu Anin pun diam-diam pergi ke kediaman Raja. Dia bersekongkol dengan pelayan yang selalu mengantarkan makanan dan keperluan di kediaman Raja. Kini Sang Ratu dapat masuk dengan lega sambil membawa makanan dan minuman untuk Sang Raja.Prajurit Penjaga di kediaman Sang Raja pun membiarkan Ratu Anin masuk. Mereka sama sekali tidak menyadarinya. Saat Ratu Anin hampir tiba di depan pintu ruangan Raja, tiba-tiba dia mendengar obrolan Sang Raja dengan Pejabat Istana di dala
Read more

48. Gadis Pembawa Anak Panah

Sang Ratupun tengah memacukan kudanya menembus hutan belantara. Kepala Pelayan dan empat pelayan lain mengikutinya dengan kuda masing-masing. Mereka tidak tahu kemana Sang Ratu akan membawanya. Tak lama kemudian, sepuluh lelaki bertopeng keluar dari balik pohon lalu menghadang mereka. Sontak Sang Ratu dan kelima pelayannya langsug menghentikan kuda masing-masing.“Bukankah para perampok itu telah dihukum gantung semua? Kenapa masih ada di negeri ini?” tanya Sang Ratu pada pelayannya.“Ampun, Yang Mulia, hamba tidak tahu.”Para perampok itu tertawa.“Kau pikir hanya mereka saja yang bisa merampok di negeri ini?” ucap salah satu dari mereka yang berbadan paling besar dan tinggi itu. “Sekarang turun dari kuda kalian, serahkan semua harta benda yang kalian miliki dan kuda-kuda itu pada kami!”Kelima pelayan yang sudah terlatih itu langsung melompat dari atas kuda masing-masing lalu mengeluarkan pedang di punggung dan bersiap melawan mereka.Para perampok itu tertawa.“Kau pikir kami takut
Read more

49. Kesempurnaan Ilmu

Para Prajurit yang datang dengan kuda masing-masing itu ternganga saat melihat pohon-pohon di tempat persembunyian Putra Mahkota tampak terbakar. Di tengah-tengah berdiri Putra Mahkota dengan mata menyala dan wajah sedikit menghitam. Di sekitar Putra Mahkota tampak puing-puing sisa dahan yang terbakar. Pimpinan Prajurit tampak mengangkat tangan untuk menghentikan pasukan di belakangnya. Pasukan di belakangnya heran.“Kenapa?”“Apa dia benar-benar Putra Mahkota yang kita cari?” tanya Pimpinan Prajurit dengan heran.Pasukannya menatap Putra Mahkota dengan lekat. Seketika Putra Mahkota menoleh pada mereka dengan mata yang sudah tidak lagi menyala.“Ada apa kalian menyusulku kemari?” tanya Putra Mahkota.Semua pun langsung turun dari kuda lalu berlutut padanya saat menyadari dia memang Putra Mahkota.“Ampun, Yang Mulia. Yang Mulia Raja meminta kami untuk menjemput Yang Mulia,” jawab Pimpinan Prajurit itu.Putra Mahkota terbelalak mendengarnya.“Ayah tahu aku sedang bersembunyi di sini?” t
Read more

50. Penghuni Samudera

Salah satu awak kapal tampak sedang menyembunyikan seruling di tepi kapal. Tanaka yang sedang duduk di sisi kapal menatapnya dengan heran. Seruling itu terdengar sedih. Sangat memilukan siapa pun yang mendengarnya. Dia menoleh pada Roh Panglima.“Apa yang sedang mereka lakukan?” tanya Tanaka penasaran. “Jika mereka hendak menghiburku, harusnya bukan dengan nada seruling yang memilukan begitu? Itu sama saja membuatku sedih dan teringat masa laluku.”“Mereka tengah memanggil istri-istri mereka,” jawab Roh Panglima.“Memanggil istri-istri mereka? Hey! Mereka tak punya waktu untuk bercumbu dengan istri masing-masing. Mereka ke sini sedang bertugas untuk mengantarku ke daratan Manggala!” kesal Tanaka. “Apa sebaiknya aku hukum saja mereka dan aku gantikan dengan awak kapal yang lainnya?”“Jangan, Tuanku,” mohon Roh Panglima. “Mereka memanggil istri-istri mereka untuk meminta makanan kepada mereka. Mereka akan memberikan makanan itu untuk Tuan.”Tanaka mengernyit mendengarnya.“Makanan untu
Read more
PREV
1
...
34567
...
16
DMCA.com Protection Status