Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 31 - Chapter 40

158 Chapters

31. Dua Cahaya

Hari sudah malam. Baluku berdiri di hadapan Tanaka di pinggir laut berbatu karang itu. Dia sudah siap mengikuti gerakan ilmu bela diri yang akan diajarkan gurunya itu.“Sekarang kau ikuti aku!” pinta Baluku. “Semua gerakan dasar yang aku kuasai berbeda dengan gerakan dasar yang kau pelajari sebelumnya.”Tanaka mengangguk.“Baik, Tuan Guru.”Tak lama kemudian Baluku tertawa. Tiba-tiba tubuhnya menjadi dua. Baluku yang asli hanya berdiri memperhatikan. Sementara tubuh bayangannya mulai melakukan gerakan dasar ilmu bela diri yang dikuasainya. Tanaka terkejut sembari mengikuti semua gerakan dasar yang dilakukan oleh tubuh bayangan Baluku.“Hebat sekali,” puji Tanaka. Baru ini dia melihat ada manusia menjadi dua.“Jaga konsentrasimu!” teriak Baluku.“Baik, Tuan Guru!” jawab Tanaka dengan gugup dan gemetar.Setelah Tanaka berhasil mengikuti semua gerakan dari bayangan tubuh Baluku. Penguasa Kegelapan itu meminta Tanaka melakukannya sendiri. Tanaka pun mencoba mengingat apa yang tadi diajark
Read more

32. Roh-Roh Sakti Mandraguna

Putra Mahkota berdiri di hadapan benda pusaka yang terbungkus kain putih itu. Benda pusaka itu diletakkan di atas meja batu. Prajurit Penjaga dan Pengawal lainnya tampak berdiri melingkari benda pusaka itu. Malam kian larut. Hembusan angin terasa menggigil di tubuh Putra Mahkota itu.“Wahai engkau Leluhur Penjagaku, tampakkanlah dirimu di hadapanku!” ucap Putra Mahkota itu.Tak lama kemudian, asap hitam keluar dari tubuh Putra Mahkota. Asap hitam itu membentuk lelaki berjubah hitam dengan wajah yang menyeramkan.“Hamba datang Yang Mulia,” ucap Leluhur Penjaga itu.Putra Mahkota menatap Leluhur Penjaga itu dengan lekat.“Bagaimana caranya agar benda pusaka ini menjadi milikku?” tanya Putra Mahkota penasaran.“Yang Mulia tinggal membuka kain pembungkusnya lalu pegang benda pusaka itu,” jawab Leluhur Penjaga itu.Putra Mahkota pun dengan tangan agak gemetar membuka kain penutup benda pusaka itu. Saat berhasil dibukanya, dia melihat sebuah pedang yang bercahaya. Perlahan dia meraih pedang
Read more

33. Roh Api

Tabib istana tengah membuat ramuan untuk Ratu Anin. Dia meracik rumuan yang seharusnya untuk kesehatan janin yang sedang dikandung Sang Ratu. Tak lama kemudian seorang pelayan mengintip cari celah-celah dinding bambu. Dia terbelalak ketika melihat Tabib menumbuk daun yang dikenal mematikan itu. Pelayan itu heran, untuk apa Tabib memasukkan daun mematikan ke dalam ramuannya.Saat Tabib selesai membuatkan ramuannya, dia keluar dari ruangan itu lalu pergi menuju kediaman Ratu Anin sambil membawa ramuan itu. Diam-diam pelayan mengikuti langkahnya. Tabib merasa ada yang mengikutinya. Dia berhenti melangkah. Saat menoleh, dia tidak melihat siapa-siapa. Rupanya pelayan itu bersembunyi di balik rimbun bebungaan.Tabib kembali melangkah menuju kediaman Ratu Anin. Dia harus melaksanakan perintah Raja Tala untuk menggugurkan kandungan Sang Ratu. Raja Tala tidak mau terlahir kembali bayi buruk rupa seperti dahulu. Dia tidak mau aibnya terbongkar karena meminta pertolongan Penguasa Kegelapan.Saat
Read more

34. Golok Hitam

“Tuan Guru! Bolehkan aku pergi dari pulau ini untuk segera membalaskan dendamku pada Raja Tala?” tanya Tanaka yang sudah dikuasai dendamnya. Matanya masih menyala terang. Tangannya terkepal penuh emosi. “Aku sudah tidak sabar untuk membakar istana dan membunuh semua orang yang terlibat dalam pembataian keluargaku!” Baluku tertawa mendengar itu. “Sabar, muridku! Kau baru mendapatkan ilmu tingkat pertama dariku! Masih ada beberapa tingkat lagi yang harus kau kuasai,” jawab Baluku. “Sekarang tumbuhkan selalu rasa dendam itu di hatimu! Agar roh-roh sakti itu selalu berpihak padamu!” “Baik, Tuan Guru!” Tanaka pun mengatur napasnya. Seketika api yang menyala di tangannya padam. Cahaya di matanya meredup. Dia mendarat di hadapan Baluku dengan sorot mata tajam penuh dendamnya. “Hamba siap mendapatkan ilmu berikutnya, Tuan Guru,” ucap Tanaka penuh hormat di hadapan Baluku. Baluku tertawa senang mendengar itu. *** Ratu Anin tampak gelisah di singgasananya. Kepala Pelayan dan para pelayan
Read more

35. Roh Panglima

Golok Hitam di tangan Roh Panglima tiba-tiba mengeluarkan api yang menyala. Tanaka kembali mengenang semua dendam dan kebencian yang selama ini dia rasakan. Itulah cara agar roh-roh sakti di dalam tubuhnya menyatukan kekuatan dengannya. Seketika mata Tanaka bercahaya merah. Bola api keluar di kedua tangannya. Dia sudah siap melawan Roh Panglima itu dengan apa yang dia dapatkan dari Baluku.Baluku tertawa melihat Tanaka berhasil membangkitkan kesaktian roh-roh di dalam tubuhnya.“Ayo lawan aku!” tantang Tanaka pada Roh Panglima itu.Roh Panglima langsung menyerangnya dengan golok hitamnya. Tanaka melawannya dengan melesatkan bola-bola api di tangannya itu kepada Roh Panglima. Roh Panglima menangkisi bola-bola api itu hingga bola-bola api itu melesat ke dinding gua dan hampir saja membakar seisi gua itu.Tanaka semakin tertantang. Dia pun mengeluarkan gerakan ilmu bela dirinya yang menyatu dengan roh-roh sakti itu. Roh Panglima pun menahan serangan itu dengan baik. Tanaka hampir saja ke
Read more

36. Teriakan Tengah Malam

Bimala yang tengah tertidur di dalam penjara bawah tanah itu tampak terkejut mendengar suara orang membuka pintu penjara itu. Matanya terbelalak ketika mendapati Putra Mahkota datang dan tengah berdiri di depan pintu. Bimala tampak ketakutan.“Kenapa kau datang menemuiku malam-malam begini?” tanya Bimala ketakutan. Dia takut Putra Mahkota berbuat macam-macam padanya.Putra Mahkota tampak berlutut di hadapannya dengan tatapan tajam. Bimala mundur takut hingga menyandar di dinding ruangan itu.“Aku hanya ingin bicara sesuatu padamu,” ucap Putra Mahkota.“Bicara apa?” tanya Bimala ketakutan.“Ikuti kemauanku, maka Kakek dan Nenekmu akan hidup aman dan tentram di luar sana. Bila perlu aku akan membuatkan rumah yang indah untuk mereka dan aku akan kirimkan penjaga untuk rumahnya,” pinta Putra Mahkota dengan nada mengancam.Bimala kesal mendengarnya. “Sampai kapan pun, aku tak akan mengikuti kemauanmu! Aku tidak mencintaimu!” tegas Bimala.Putra Mahkota mengangkat dagu Bimala dengan tatapan
Read more

37. Prajurit Bayangan

Saat Roh Panglima berbicara dengan hatinya begitu. Baluku datang padanya.“Itulah tujuanku untuk menurunkan semua ilmuku padanya,” ucap Baluku tiba-tiba.Roh Panglima terbelalak melihatnya.“Ampun, Yang Mulia. Ampuni hamba telah bepikiran tidak baik,” ucap Roh Panglima.Baluku tertawa.“Patuhlah padanya,” ucap Baluku sambil melihat Tanaka yang sudah terlelap. “Kelak dia akan memimpinmu untuk membalaskan dendam kita pada manusia. Kelak di tanganya lah semua manusia akan mati dan kerajaan kita kembali berdiri.”“Baik, Yang Mulia,” ucap Roh Panglima.Seketika Baluku kembali menghilang dari hadapannya. Saat itu juga Roh Panglima kembali tenang. Dia memiliki tujuan untuk menjadi abdi Tanaka. Dia sudah tidak sabar melihat Tanaka berhasil mendapatkan semua ilmu dari Baluku hingga dendamnya di masa lalu bisa terbalaskan.***Dan di pagi itu, Putra Mahkota membawa Bimala yang sudah diurus dengan baik oleh para pelayan istana ke hadapan Sang Raja dan Ratu. Bimala tampak cantik mengenakan pakaia
Read more

38. Naga Hitam

Tanaka terbelalak saat melihat kehebatan tentara hitamnya yang kini tengah menyerang Naga hitam itu. Setiap semburan api yang dilakukan Naga hitam itu berhasil dielak oleh para tentara hitam itu.Roh Panglima menoleh pada Tanaka, “bersiaplah, Tuanku. Kau harus merebut mahkota Naga itu disaat para parjurit berhasil melengahkannya.”Tanaka mengangguk. Dia pun mengangkat goloknya, seketika goloknya menyala terang karena mengeluarkan api. Seketika Tanaka melompat dan bersiap melepaskan mahkota di kepala Naga itu dengan goloknya. Namun saat hampir saja dia berhasil mengibas goloknya ke ujung mahkota, ekor naga itu tiba-tiba memukul Tanaka hingga dia terpental jauh dan golok di tangannya terlepas ke dasar gua.“Tuanku!” teriak Roh Panglima tampak khawatir. Roh itu langsung berlari menuju Tanaka.“Apakah Tuanku baik-baik saja?” tanya Roh Panglima.“Sekarang kau yang membantuku melepeskan mahkota di kepala Naga itu,” pinta Tanaka.“Tidak bisa, Tuanku,” jawab Roh Panglima.Tanaka mengernyit he
Read more

39. Kitab Sakti

Sementara itu, Tanaka sudah tiba di pulau tempat Baluku berada. Naga hitam itu menurunkannya di atas bebatuan karang. Setelah itu dia terbang meninggalkan pulau itu menuju tempat asalnya. Roh Penglima pun datang. Tak lama kemudian Baluku hadir di hadapan mereka. Tanaka dan Roh Panglima langsung membungkuk kepadanya.“Ampun, Tuan Guru. Hamba telah berhasil merebut Mahkota Naga Hitam itu,” ucap Tanaka.Baluku tertawa senang mendengarnya.“Aku percaya kau akan berhasil melakukannya,” ucap Baluku.“Sekarang hamba siap melakukan ajaran selanjutnya,” ujar Tanaka.“Esok, saat matahari sudah terbit, aku akan kembali memberi sesuatu untukmu. Sekarang istirahatlah!” pinta Baluku.“Baik, Tuan Guru!”***Sang Raja tampak bingung di kediamannya. Pejabat istana tengah duduk menemaninya.“Kenapa Yang Mulia ingin cepat-cepat Putra Mahkota menikah?” tanya Pejabat Istana tampak heran.“Aku ingin Putra Mahkota segera mendapatkan keturunan. Aku bermimpi ada hal buruk yang akan terjadi padaku,” jawab Sang
Read more

40. Makhluk Neraka

Tanaka bersembunyi di dalam rongga batu besar. Kini ratusan anak panah itu tak lagi menyerangnya. Sesaat kemudian dia gemetar ketika mendengar suara langkah kaki yang menguncangkan tanah tempatnya berpijak.“Siapa itu?” tanya Tanaka heran. Sementara suara teriakan kesakitan dari makhluk-makhluk yang diikat di tiang-tiang besi di alam itu terdengar semakin mengerikan.Dia pun mengintip dari balik batu itu. Matanya terbelalak ketika mendapati kaki raksasa tengah berjalan hendak melewati tempatnya bersembunyi. Dia seperti penjaga seisi neraka itu. Asap menghalangi penghilatannya untuk melihat dengan jelas siapakah makhluk raksasa itu? Tanaka hanya bisa melihat kaki besar yang kasar bagai permukaan tebing batu.Tanaka semakin gemetar saat kaki itu melangkahi batu tempatnya bersembunyi di dalam rongganya. Tak lama kemudian asap itu menjauh dari pandangannya. Dia kian terbelalak ketika mendatapi sosok raksasa yang begitu tinggi, berwajah kasar dan bermata besar. Dikepalanya ada tanduk satu.
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status