Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 91 - Chapter 100

158 Chapters

91. Ingatan Akan Sa

Kapal Layar itu masih berlayar dengan cepat mengarungi samudera luas menuju Nusantara. Entah akan berapa lama mereka tiba di sana. Tanaka duduk di tepi ranjang di dalam kamar perut kapal itu. Dia membuka buntalan kainnya. Dia keluarkan mahkota emas di dalamnya. Mahkota Emas yang akan diserahkannya pada penerus tahta kerajaan sesungguhnya. Melihat itu, kenangannya bersama Sa kembali teringat. Tak ada ayah angkat yang sebaik Sa. Mendiang ayahnya itu sangat menyayanginya. Bahkan dia hampir tertipu olehnya karena Sa memperlakukannya seperti anak kandungnya sendiri.“Bawa seratus batu lagi ke sini!” tegas Sa pada Tanaka sewaktu dia berumur 10 tahun.Tanaka terbelalak mendengar itu.“Itu sangat banyak, Ayah. Aku tidak sanggup mengumpulkan dan membawa batu sebanyak itu ke sini,” protes Tanaka.“Kau harus berlatih sejak sekarang,” ujar Sa. “Otot-otot tangan dan kakimu harus dilatih dengan itu agar pukulan dan tendangan dari jurus yang ayah ajarkan padamu mampu menopangnya. Ingat, otot-otot ku
Read more

92. Mahkota Emas

Sudah sekian lamanya kapal layar itu mengarungi samudera dengan kecepatan yang tidak biasa. Nahkoda itu terkejut ketika mendapati di jauh sana terdapat puluhan kapal layar asing yang seperti tengah menghadang mereka.“Hentikan kapalnya!” teriak Nahkoda pada awak kapalnya.Awak-awak kapal itu bergegas mengendalikan layar yang terbentang di atas mereka. Sementara Sang Nahkoda kembali membacakan mantaranya agar kapal itu berlayar dengan tenang. Saat Kapal layar itu sudah berlayar dengan tenang, para awak kapal itu menggulung layar di atas mereka hingga kapal layar itu berhenti.Sang Nahkoda bergegas turun untuk membangunkan Tanaka yang istirahat di sebuah kamar di perut kapal itu. Setiba di depan pintu kamar, Sang Nahkoda mengetuk pintu.“Tuan! Tuan!” teriak Sang Nahkoda.Pintu kamar itu terbuka. Tanaka keluar sambil menguap. Dia tampak masih mengantuk. Dia menatap Sang Nahkoda dengan heran.“Apa kita sudah sampai ke Nusantara?” tanya Tanaka dengan herannya.“Sepertinya sudah, Tuan. Namu
Read more

93. Siluman Kera

Tanaka pun menghentikan kudanya di dekat perkampungan. Dia turun dari kudanya sambil mengelus punggungnya.“Pergilah,” pinta Tanaka.Kuda itu lalu pergi. Setelah kuda itu menghilang dari hadapannya, Tanaka keluar dari dalam hutan itu lalu berjalan ke tengah-tengah kampung. Anak-anak kecil berlarian ketakutan saat melihat wajah Tanaka. Sebagian ada yang menangis lalu langsung memasuki rumah-rumah mereka yang sederhana.Beberapa warga pun langsung memasuki rumah masing-masing ketika mendapati Tanaka. Tampaknya mereka baru itu melihat wajah yang menyeramkan itu.“Silumaaaan!” teriak salah satu warga ketakutan lalu berlari menjauh dari Tanaka. Dia menurunkan rumput untuk pakan ternaknya.Tanaka menggeleng melihatnya. Dia pun melompat lalu berputar-putar di atas lelaki yang berlari itu kemudian mendarat tepat di hadapannya. Lelaki itu terpaksa berhenti dengan wajah takutnya.“Aku bukan siluman,” ucap Tanaka mencoba ramah.“Ta... tapi... wajahmu.... mi... mi... rip... kera!” ucap warga itu
Read more

94. Menculik Budak

Bimala berdiri ketika melihat kedatangan Putra Mahkota Gontala bersama prajuritnya. Para Peri pun heran, mereka ikut berdiri menyambut kedatangan Putra Mahkota itu. Sementara Roh Panglima dan Jabali tampak diam saja. Mereka pikir kedatangan Gontala bersama prajuritnya itu hanya untuk mengingatkan sesuatu saja.“Yang Mulia Raja akan mengeluarkan kalian dari penjara!” ucap Putra Mahkota Gontala.Bimala dan yang lain terkejut mendengar itu.“Maksudmu, Yang Mulia Raja akan membiarkan kami keluar dari negeri ini?” tanya Bimala memastikan.“Tidak!” jawab Putra Mahkota Gontala. “Ayahku akan memberikan kalian tempat tinggal di sekitar istana. Kalian bisa hidup bebas di negeri kami, tapi biar begitu, kalian tetap tidak akan bisa keluar dari negeri ini hingga Pemuda itu datang membawa batu permata milik negeri ini.”Bimala memandang Para Peri di dekatnya.“Apa ada sesuatu dibalik ini semua?” tanya Bimala dengan berbisik pada para Peri itu.Sebelum Peri itu menjawab, Gontala yang mendengarnya la
Read more

95. Gua di Bukit Telunjuk

“Rupanya mahkota itu ada di tanganmu? Darimana kau mendapatkannya? Kami sudah lama mencarinya, bahkan mahkota yang digunakan Raja yang sekarang adalah mahkota palsu,” ucap Saka dengan herannya.“Utusan dari negeri ini yang memintaku untuk menghantarkan mahkota ini padamu,” jawab Tanaka yang tidak ingin menceritakan kisah hidupnya pada Saka. Dia tidak akan mungkin mengisahkannya, karena bagaimana pun kerajaan Nusantara bisa hancur karena ulah ayah kandungnya yang memerangi kerajaan Nusantara lalu mengambil semua kekayaan di sana, yang meminta bantuan Raja Iblis itu. Jika Saka mengetahui semuanya, Putra Mahkota itu pasti akan menganggapnya sebagai musuh. Pemuda itu pasti menyimpan dendam begitu besar kepada kerajaan Manggala tempat Tanaka dibesarkan.“Apa mereka yang memiliki nama samaran Sa, Si, Su dan Se?” tanya Saka.Tanaka terbelalak. Rupanya Putra Mahkota yang terbuang itu mengetahui ayah dan paman-pamannya.“Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Tanaka tak percaya.“Sebelum ayah meningg
Read more

96. Penculikan di Tengah Hutan

Istana yang dibangun kembali di Nusantara itu tampak megah. Bangunan-bangunannya begitu luas. Setelah keruntuhannya akibat peperangan yang terjadi dengan kerajaan Manggala, kini kerjaan kembali berdiri. Namun sayang, raja yang sekarang berkuasa bukan keturunan raja yang asli setelah keruntuhannya.Raja yang sekarang berkuasa adalah dari golongan hitam di negeri itu. Mereka yang dahulu membelot dan kerap membuat keonaran di atas bumi Nusantara. Saat keturunan asli kerajaan itu menghilang karena lemahnya kekuatan yang melindunginya, akhirnya pimpinan golongan hitam menguasai daratan Nusantara.Dia berusaha merampas sisa-sisa kekayaan yang dimliki para penduduk secara paksa untuk membangun kerajaannya, setelah semua harta benda dibawa kerajaan Manggala ke istananya. Akhirnya, para penduduk yang lemah, mau tidak mau harus menuruti titah pimpinan golongan hitam itu. Mereka terpaksa tunduk karena takut. Pimpinan hitam itu bernama Nepis. Raja yang bengis dan tidak kenal ampun.Dan di ruangan
Read more

97. Pendekar Langit

“Jangan campuri urusan kami!” teriak salah satu dari pendekar berkuda itu. “Mereka adalah budak Tuan kami, mereka harus kami bawa ke Tuan kami!”“Lepaskan kedua pemuda itu!” Tanaka membalas teriakannya.Dua Pendekar dari tiga Pendekar itu melompat dari kuda lalu mendarat di hadapan Tanaka. Mereka mengeluarkan pedang masing-masing dan bersiap menyerang Tanaka. Sementara satu pendekar lainnya memegangi Saka dan Bari dengan kuat di dekat kudanya.Tanaka pun langsung menarik golok hitamnya lalu menyerang dua pendekar di hadapannya itu. Dua pendekar itu mampu mengelak serangan dari Tanaka. Saat kedua pendekar itu hendak membalas serangan dengan pedang masing-masing, Tanaka pun mampu mengelaknya. Namun satu tendangan dari Tanaka mampu membuat satu pendekar terpelanting ke belakang hingga tubuhnya menghantam pohon. Mulutnya mengeluarkan darah. Dia tampak lemas dan tak berdaya.Satu pendekar tersisa tampak geram. Dia kembali menyerang Tanaka dengan pedangnya. Tanaka masih dapat menghindarinya
Read more

98. Penyergapan Malam

Malam itu, Panglima Sudan membawa pasukannya menembus hutan dengan kuda hitam. Panglima Sudan menghentikan kudanya ketika melihat mayat dua pendekar tanpa kepala di hadapannya. Dia terkejut melihat satu pendekar yang tengah sekarat menyandar di batang pohon. Panglima Sudan langsung turun dari kudanya diikuti oleh prajuritnya yang berjumlah sepuluh orang itu.Panglima Sudan mendekati seorang pendekar yang tengah sekarat itu.“Siapa kalian?” tanya Panglima Sudan dengan heran.“Kami... kami...” Belum sempat pendekar yang sekarat itu menjawab, nyawanya sudah melawan.Panglima Sudan heran lalu memeriksa pakaian yang tengah mereka pakai. Satu Prajurit mendekatinya lalu ikut memeriksa para pendekar yang sudah mati itu.“Sepertinya mereka anak buah si Tuan Tanah yang memiliki ratusan budak itu, Tuan Panglima,” ucap Prajurit itu.Panglima Sudan terkejut mendengarnya. “Apa mereka ada hubungannya dengan Pendekar Buruk Rupa itu?”“Bisa saja, Tuan Panglima. Hamba dengar, Tuan Tanah itu telah menju
Read more

99. Kabar dari Tanaka

Tanaka berbalik badan, dia terkejut mendapati Saka dan Bari tengah memandangnya di mulut gua.“Kalian mengintipku?” tanya Tanaka.Saka dan Bari tampak ketakutan.“Tidak,” jawab Saka. “Kami terbangun, karena tidak melihatmu di dalam sana, kami pun mencarimu khawatir ditinggalkan pergi.”Tanaka tersenyum.“Aku tahu kalian belum tidur,” ujar Tanaka. “Tidurlah, besok hari berat buat kalian. Aku akan mengajari kalian ilmu bela diri dengan keras.”Saka dan Bari menelan ludah. Tanaka kembali berjalan ke dalam gua melewati mereka. Saka dan Bari saling menatap dengan khawatir.“Apa maksudnya besok hari terberat kita?” tanya Bari heran.“Mungkin dia akan mengajari kita ilmu bela diri dengan keras,” jawab Saka.Bari tampak ketakutan. Nampaknya dia belum sanggup jika harus diajari dengan keras.“Tak perlu khawatir,” ucap Saka menenangkannya. “Seharusnya kita bersyukur memiliki kesempatan belajar ilmu bela diri darinya.”Saka pun menyusul Tanaka masuk ke dalam sana. Bari pun bergegas menyusul juga
Read more

100. Serigala Berkepala Api

Tanaka berdiri sambil memperhatikan Saka dan Bari yang tengah berlari mengelilinginya di padang rumput di pinggir sungai itu. Keringat mengucur di dahi Saka dan Bari.“Boleh kah kami beristirahat sejenak?” teriak Bari.“Masi seratus putaran lagi!” tegas Tanaka.Saka dan Bari terbelalak.“Apa kau menginginkan kami mati?” teriak Saka tak percaya.“Berhentilah jika ingin berhenti, tapi setelah itu aku tak akan mau lagi meneruskan mengajari kalian ilmu bela diri,” teriak Tanaka.Saka dan Bari pun terpaksa melanjutkan larinya. Tanaka lalu duduk sambil mengawasi mereka. Dia mengingat ketika pertama kali Sa memintanya berlari saat srigala mengejarnya. Saat itu, Tanaka mengira serigala itu memang mengincarnya untuk memakannya, rupanya serigala itu adalah peliharaan Sa dan paman-pamannya yang sudah menjadi jinak karena kerap diberi makan oleh mereka. Tanaka marah besar ketika tahu akan hal itu. Dia tidak mau bicara berhari-hari dengan Sa dan paman-pamannya. Laras pun ikut membelanya mendiamkan
Read more
PREV
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status