Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 111 - Chapter 120

158 Chapters

111. Dua Kekuatan Cahaya

Bimala dan Roh Panglima pun tiba di gerbang istana raja Raksasa itu. Para prajurit penjaga heran atas kedatangan mereka.“Apa tujuan kalian untuk memasuki istana? Bukan kah kalian sudah mendapatkan tempat yang layak dan sudah tidak lagi berada di dalam istana?” tanya salah satu dari prajurit itu.“Kami ingin menemui Yang Mulia Raja, tolong bukakan gerbang untuk kami dan izinkan kami menemuia Yang Mulia Raja,” mohon Bimala.“Tunggu sebentar,” ucap Prajurit itu. Mereka harus menanyakannya dulu para pembesar istana apakah saat itu Raja bisa ditemui oleh mereka. Bimala dan Roh Panglima pun menunggu di depan gerbang istana itu dengan was-was. Roh Panglima sudah tidak sabar untuk keluar dari negeri raksasa itu agar bisa merubuhkan pelindung cahaya itu supaya prajuritnya bisa masuk membantu Tanaka yang sekarang sedang kesusahan. Dia pun ingin segera membantu Tanaka untuk mendapatkan batu permata itu.Seorang Prajurit pun datang. Putra Mahkota yang sedang berjalan diikuti para pelayannya tamp
Read more

112. Cahaya Mahkota Emas

Keempat Pendekar yang membantu Tanaka tampak terpental ke belakang karena terkena ledakan dua cahaya dari Tangan Tanaka dan Panglima Sudan. Sementara Tanaka dan Panglima Sudan masih berdiri sambil terengah-engah. Napas mereka memburu. Tenaga mereka tampak sudah kembali berkurang.“Apa yang kau harapkan dari Raja Nepis?” tanya Tanaka kemudian.“Dialah yang menurunkan segala ilmu yang aku punya,” jawab Panglima Sudan. “Sebagaimana seorang murid, dia harus patuh dan tunduk pada Tuan Gurunya selamanya, apapun itu masalah yang akan dihadapi kedepannya.”Tanaka tersenyum sungging mendengarnya. “Meskipun dia menurunkan ilmunya padamu, dia hanya menjadikanmu alat untuk menjadi mesin pelindungnya. Seorang guru yang baik mengajarkan ilmunya untuk menolong sesama, bukan karena tujuan yang tidak bermanfaat!”Panglima Sudan geram mendengar itu. “Kau menghina Tuan Guruku!” Panglima Sudan kembali mengeluarkan cahaya di tangannya lalu melesatkannya ke Tanaka sambil berteriak.Tanaka langsung menghada
Read more

113. Tiga Pendekar Penjaga

“Yang Mulia! Yang Mulia!” teriak prajurit berlari ke arah singgasana raja Nepis.Raja Nepis yang duduk di singgasananya bersama para Tetua di kerajaan itu tampak heran. Raja Nepis pun berdiri.“Ada apa kau berlari begitu di hadapanku? Apakah Panglima Sudan sudah datang membawa Pendekar Buruk Rupa itu?” tanya raja Nepis heran.Prajurit itu langsung berlutut di hadapan raja Nepis. “Ampun, Yang Mulia! Burung Merpati telah mengabarkan pada kami bahwa Tuanku Panglima Sudan telah gugur bersama para prajuritnya melawan Pendekar Buruk Rupa itu.”Raja Nepis geram mendengarnya.“Benar-benar tidak bisa aku maafkan!” teriak raja Nepis murka. Semua yang berada di ruangan itu tampak gemetar ketakutan. Padahal dia sudah meminta Tabib Istana untuk menutup gerbang roh agar Tanaka tidak bisa menarik pasukan rohnya. Ternyata itu sia-sia dilakukannya.“Apakah kau tahu di mana Pendekar Buruk Rupa itu membunuhnya?” tanya raja Nepis yang masih dengan geramnya.“Kabarnya mereka dibunuh di dekat gunung tunjuk
Read more

114. Pasukan Leluhur

“Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!! Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!!” teriak seseorang di perkampungan itu sambil menabuhkan bebunyian pada warga. Seluruh warga yang sedang berada di dalam rumah-rumah itu keluar satu persatu.“Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!!”Para warga yang mendengar itu tampak menangis haru. Mereka menatap ke atas langit. Percikan cahaya dari para leluhur terlihat di atas sana. Mereka sudah tahu akan pertanda itu. Melihat itu mereka pun berlutut sembari memberikan pujian pada sang raja. Mereka belum tahu siapakah sosok raja keturunan asli itu. Namun petanda percikan cahaya itu telah membuat mereka yakin dan lega bahwa raja keturunan asli telah tiba dan akan menggantikan raja Nepis yang bengis dan semena-mena pada rakyatnya itu.Bukan hanya di kampung itu saja. Kabar itu sudah tersiar dengan cepatnya ke seluruh perkampungan di wilayah Nusantara. Semuany
Read more

115. Perang Besar 1

Di hadapan gerbang istana itu telah berdiri ribuan pasukan dari raja Nepis. Mereka berbaris berlapis-lapis dengan perisai, tombak dan sebagian menggunakan anak panah. Di atas benteng tinggi yang dibawahnya adalah gerbang istana, sudah berdiri tiga pendekar andalan raja Nepis : Pendekar Selendang, Pendekar Tarung Maut dan Pendekar Rambut Besi.Mereka adalah tiga pendekar yang selama ini menjadi gerbang pertama untuk membantu raja Nepis jika mengalami keadaan genting. Mereka bagai Panglima tertinggi yang disembunyikan. Orang-orang di luar istana tidak begitu mengenal keberadaan mereka. Hanya orang-orang yang berada di dalam istana saja yang tahu akan mereka.Semua penduduk istana sangat takut kepada mereka bertiga. Mereka terkenal kejam dan mesin pembunuh raja Nepis yang sangat handal. Mereka bertiga pandai menyamar hingga tak seorang pun dari penduduk istana tahu dan mengenalinya jika mereka menyamar.Jika raja Nepis tidak suka pada bawahannya yang diketahuinya berkhianat, maka tiga pe
Read more

116. Perang Besar 2

Tanaka masih duduk di atas kudanya sembari memperhatikan pasukannya yang masih berperang dengan pasukan raja Nepis. Perlahan pasukannya tumbang. Tanaka pun langsung bersiul, tiba-tiba seekor merpati datang lalu Tanaka mengaitkan secarik kain di kaki burung merpati itu.Burung Merpati itu pun terbang menuju Raja Saka dan para pendekar yang menjaganya. Di sana masih ada setengah prajurit lagi yang menunggu panggilan. Saat burung merpati itu tiba di hadapan Pendekar Penggebrak Bumi. Pendekar itu meraih surat itu.Raja Saka penasaran lalu berteriak kepada Pendekar Penggebrak Bumi.“Apakah itu surat dari Tanaka?” tanya Raja Saka dengan penasaran.“Benar, Yang Mulia. Tuan Tanaka meminta kita mengirimkan sisa pasukan yang ada,” jawab Pendekar Penggebrak Bumi.Raja Saka pun mulai khawatir bahwa mereka akan kalah. Dia pun menatap Pendekar Penggebrak Bumi dengan lekat. “Segera kirimkan bantuan untuk Tanaka.”Pendekar Penggebrak Bumi pun mengangguk lalu memerintah sisa pasukan yang ada untuk maj
Read more

117. Perang Besar 3

Tanaka langsung melesatkan bola-bola api dari tangannya ke arah tiga pendekar itu. Tiga Pendekar itu pun dengan cepat menghindarinya seketika menghilang dari hadapannya. Tanaka heran di mana posisi ketiga pendekar itu sekarang?Tiba-tiba dia merasakan ada selendang hitam yang datang dari arah belakang hendak melilit tubuhnya. Namun dengan sigap Tanaka melompat dari atas kudanya lalu terbang menghindarinya hingga selendang hitam itu tidak berhasil melilitnya.Tak lama kemudian rambut panjangnya menjalar ke arah kakinya hendak menarik kakinya. Dengan sigap Tanaka meraih golok hitamnya lalu memotong rambut yang berhasil menarik kakinya itu.Setelah itu muncul serangan dua pedang yang melesat ke arahnya. Dengan sigap Tanaka mampu menghalau lesatan dua pedang itu dengan golok hitamnya.“Kalian tak akan bisa mengalahkankuuuu!!!” teriak Tanaka. “Keluarlah!”Pendekar Selendang, Pendekar Tarung Maut dan Pendekar Rambut Besi pun mendadak muncul mengelilingi Tanaka sambil bersiap dengan jurus-ju
Read more

118. Perang Besar 4

Seketika cahaya biru itu dilesatkan ke tubuh Tanaka. Tanaka pun yang masih berusaha mengeluarkan kobaran api dari tangannya terkena cahaya biru itu hingga tubuhnya terpental jauh ke belakang melewati benteng istana itu.Raja Nepis pun terbang mengejar Tanaka yang kini tersungkur di atas tumpukan mayat para prajurit itu. Tanaka terbelalak melihat kedatangan raja Nepis lalu berusaha bangkit. Kini bola api di tangannya telah keluar lalu segera dia lesatkan ke arah Raja Nepis, namun sayang, raja itu mampu mengelaknya hingga lolos dari serangan Tanaka.Kini Raja Nepis kembali melesat ke arah Tanaka dan hendak mendarat ke tubuhnya. Namun Tanaka mampu menghindarinya hingga kaki raja itu tak mampu mendorong dadanya. Tanaka pun akhirnya melesatkan golok hitamnya ke arah raja Nepis, namu raja Nepis mampu menangkap golok hitam itu dengan tangannya.Tanaka terbelalak melihat itu. Raja Nepis malah tertawa.“Aku sudah bilang kalau aku bukan tandinganmu!” geram raja Nepis.Tanaka semakin geram mende
Read more

119. Akhir Perang Besar

Raja Nepis pun mengeluarkan cahaya biru itu kembali. Dia berniat untuk melesatkannya ke arah kereta kencana yang di dalamnya terdapat raja Saka. Dia ingin membunuh keturuan raja asli itu. Sementara roh-roh leluhur yang ada bersama mereka tidak dapat berbuat apa-apa.Pasukan raja Saka itu pun terus memacukan kudanya sebisanya. Seketika Raja Nepis langsung melesatkan cahaya birunya ke arah kereta kencana itu. Raja Nepis terbelalak melihat cahaya birunya terpental mengenai kubah cahaya yang melindungi pasukan raja Saka itu. Kini pasukan raja Saka sudah tidak terlihat lagi di matanya. Mereka melenyap di matanya. Sama seperti yang mereka lihat pada Tanaka.“Kemana mereka?! Siapa yang menyelamatkan musuh-musuhku?!!!” teriak raja Nepis dengan geramnya. “Siapapun kamu!!! Aku akan mencarimu dan akan menemukanmuuu!!!”Raja Nepis pun kembali melesat terbang menuju istananya. Sementara itu, raja Saka yang masih berada di dalam kereta kencana itu tampak heran melihat lesatan cahaya yang diarahkan
Read more

120. Gerbang Ke Dunia Peri

Bimala berhasil membawa pasukan Raja Saka di hadapan air terjun itu. Air terjun itu tampak indah. Airnya sangat jernih. Di sekitar air terjun itu adalah hutan belantara yang ditumbuhi pepohon rimbun dan dibawahnya ditumbuhi semak-semak belukar. Bimala mendarat bersama pasukan perinya setelah terbang mengiringi pasukan raja Saka dengan menunggangi kuda masing-masing.Raja Saka dan Bari turun dari kereta kencananya. Begitupun dengan Pendekar Penggebrak Bumi dan para pendekar lainnya. Mereka turun dari kuda masing-masing.“Aku baru ini melihat air terjun seindah ini,” ucap Saka dengan takjubnya.“Sepertinya air terjun ini sangat tersembunyi hingga tidak terlihat bekas manusia yang pernah mengunjunginya,” sahut Bari.“Iya,” ucap Raja Saka. “Sepertinya kita akan aman bersembunyi di sini.”Tak lama kemudian terdengar suara harimau di dalam hutan sana. Raja Saka tampak ketakutan sementara para pendekarnya lalu mengelilingi raja Saka dan Bari untuk melindungi mereka.“Jangan takut,” ucap Bima
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
16
DMCA.com Protection Status