Home / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Legenda Pendekar Buruk Rupa: Chapter 121 - Chapter 130

158 Chapters

121. Surat dari Negeri Kabut

Saat para pendekar itu sedang keluar mencari makanan, Bimala tampak duduk bersila di dekat Raja Saka dan Bari. Dia mencoba kembali menerawang keberadaan Tanaka saat ini. Namun saat berkali-kali dia mencoba melakukannya, dia tidak bisa menerawangnya. Bimala pun mencoba melakukannya sekali lagi. Saat Bimala kembali mencoba menerawang keberadaan Tanaka, Bari mengajak Saka pergi dari sana untuk berkeliling gua. Bari tidak ingin menganggu Bimala. Saka dan Bari pun pergi dari sana lalu melihat-lihat keadaan isi gua itu. Dua pendekar yang sengaja menjaga Saka mengikuti mereka.Bimala kembali membuka matanya karena masih belum berhasil mencari tahu keberadaan Tanaka.“Di mana kamu, Tanaka,” tanya Bimala dengan khawatirnya.Dia pun teringat saat Roh Panglima begitu sedih saat Raja di negeri raksasa itu hanya mengizinkan Bimala dan para perinya saja yang keluar dari negeri raksasa itu. Roh Panglima berpikir Bimala dan Tanaka tak akan kembali untuk mengeluarkan mereka di sana.“Tenang saja, aku
Read more

122. Takdir Keabadian?

Sementara itu, Tanaka tengah duduk di atas batu bersama Pendekar Dua Alam itu. Mereka memandangi pemandangan di negeri kabut itu. Tanaka heran, kenapa negeri itu dinamai dengan negeri kabut padahal dia tidak melihat kabut sama sekali. Dia melihat pemandangan padang rumput yang luas dan di ujung sana dia melihat hutan belantara yang membentuk garis dari ujung ke ujung.“Apa yang ingin kau ajarkan padaku agar aku bisa melawan raja Nepis itu?” tanya Tanaka penasaran.“Aku tidak akan menurunkan ilmuku padamu,” jawab Pendekar Dua Alam. “Kekuatan itu adalah mata air abadi itu.”Tanaka terkejut mendengar itu. Dia pikir Pendekar Dua Alam akan menurunkan kesaktiannya padanya.“Aku tidak mau meminum mata air abadi itu,” ucap Tanaka.“Kenapa? Maha Dewa memintaku menolongku karena itu,” tanya Pendekar Dua Alam heran.“Aku tidak akan sanggup jika perempuan yang aku cintai meninggalkanku duluan sementara aku harus hidup abadi.”“Tapi itulah satu-satunya cara agar kau bisa mengalahkan Raja Nepis dan
Read more

123. Kecepatan Cahaya

Pendekar Dua Alam membangunkan Tanaka di pagi itu. Tanaka terbangun dengan heran.“Apakah sudah tiba waktunya?” tanya Tanaka heran.“Iya, sudah tiba waktunya.”Tanaka pun langsung bangkit dan bersiap pergi bersama Pendekar Dua Alam itu.“Mari kita pergi ke negeri abadi itu,” ucap Tanaka yang sudah tidak sabar untuk dibawa Pendekar Dua Alam ke sana.Pendekar Dua Alam tertawa.“Sabar, anak muda! Sekarang kau cuci dulu wajahmu itu lalu setelah itu habiskan makananmu. Aku sudah membakar seekor ayam untukmu. Kau harus habiskan semuanya.”Tanaka terbelalak mendengar itu. “Yang benar saja? Kau kira perutku ini perut apa?”“Ingat,” ucap Pendekar Dua Alam. “Kita akan melakukan perjalanan dengan kekuatan cahaya. Tempat itu sangat jauh dari sini. Kedua umurku jauh lebh tua darimu, kau harus menunjukkan rasa hormat padaku.”“Maaf, Kek.”“Kau pikir aku sudah kakek-kakek?” protes Pendekar Dua Alam.Tanaka malah menghela napas.“Kalau bukan aku memanggilmu dengan panggilan kakek, memangnya kau ingin
Read more

124. Petuah Pendekar Dua Alam

Pendekar Dua Alam pun membawa Tanaka pada batu pipih yang cukup diinjak oleh sepuluh orang. Dia pun meminta Tanaka untuk menginjak batu pipih itu bersamanya. Sepertinya batu itu adalah landasan untuk Pendekar Dua Alam melakukan ilmu menghilangnya.“Akhir-akhir ini aku pernah bermipi yang sama berkali-kali,” ucap Pendekar Dua Alam.“Mimpi apa itu, Guru?” tanya Tanaka penasaran.Pendekar Dua Alam pun memandangi Tanaka dengan lekat. “Aku melihat seorang pendekar berkaki satu membawa pasukannya menemuiku di negeri kabut ini. Dia memintaku untuk membangunkanmu kembali.”Tanaka terbelalak mendengar itu.“Maksudmu, aku akan mati muda?”“Tidak, bukan begitu maksudku. Makanya kau diam dulu jangan sela omonganku.”“Maaf,” ucap Tanaka yang akhirnya kembali terdiam.Pendekar Dua Alam pun kembali melanjutkan kata-katanya. “Dia bilang, dia adalah Chandaka Uddhiharta utusan para dewa. Dia memintaku membangkitkanmu kembali untuk membunuh anak-anak iblis yang pada saat itu sudah keluar dari kurunganny
Read more

125. Ramuan Tenaga Dalam

Pendekar Dua Alam pun dengan sigap mengarahkan pedangnya ke arah ular besar yang siap mematoknya itu. Seketika cahaya keluar dari ujung pedangnya. Tanaka masih gemetar di dekatnya. Selama ini dia sudah berhasil menaklukkan seekor naga, namun entah kenapa disaat lemah tak bertenaga seperti itu dia tampak ciut dan lagi, di dekat Pendekar Dua Alam itu dia tidak berdaya.Ular itu pun akhirnya menjauh dari mereka. Tanaka tampak lega melihatnya.“Apa dia menyerah?” tanya Tanaka.“Ia tahu kalau kita bukan ancaman buatnya, makanya ia tidak berani menyerang kita,” jawab Pendekar Dua Alam.Tiba-tiba dia melihat daun biru yang dicari-carinya itu tumbuh di dalam semak-semak. Tanaman itu seperti rumput yang tidak begitu tinggi, namun daun-daunnya terlihat lebar dan terdapat bunga kecil berwarna putih di atasnya.“Itu tanamannya,” ucap Pendekar Dua Alam bergegas menuju tanaman itu lalu menarik satu daun di dalam semak-semak itu kemudian menyerahkannya pada Tanaka.“Kunyah lah,” pinta Pendekar Dua A
Read more

126. Pasar Budak

Salah satu Tetua menghadap Raja Nepis dengan gemetar.“Ampun Yang Mulia, hamba telah mengumumkan kepada seluruh penduduk nusantara, namun tak ada satupun yang mau mendaftar untuk menjadi calon prajuritmu.”Raja Nepis geram mendengar itu.“Kenapa sampai begitu? Apakah mereka tidak takut padaku?” tanya raja Nepis dengan geram.“Katanya... katanya...”“Katanya kenapa?!!!” teriak raja Nepis yang semakin kesal melihat Tetua itu berkata dengan gemetar ketakutan.“Katanya engkau sudah bukan raja mereka lagi. Mereka malah menyuruh engkau untuk keluar dari istana agar raja Saka yang kini bersembunyi bisa menduduki istananya,” jawab Tetua itu.Raja Nepis semakin geram mendengar itu.“Kita harus menemukan budak yang ingin menggulingkan tahtaku itu,” ucap Raja Nepis dengan geramnya. “Kalau dia sudah mati, maka tak ada asalan bagi penduduk untuk menolakku! Jika budak itu sudah berhasil kita bunuh dan penduduk masih saja tidak mau menerimaku sebagai raja di negeri ini, maka tunggulah hukuman dariku
Read more

127. Lebah Akar

Tanpa berpikir panjang, pasukan berkuda yang mengenakan pakaian perang itu langsung melesatkan anak panah dan tombak ke arah Tanaka. Seketika Tanaka mengeluarkan api di tubuhnya lalu menangkis satu persatu senjata yang diarahkan padanya. Pasukan itu ternganga melihat anak panah dan tombak itu tampak terbakar lalu melesat jauh ke luar pasar.Kobaran api menyala membuat orang-orang di pasar itu berlarian ketakutan. Tanaka menatap pimpinan dan pasukan itu.“Aku datang ke sini tidak berniat untuk mengusik kalian!” tegas Tanaka. “Aku hanya tidak suka melihat ada manusia yang diperjual belikan!”Pimpinan pasukan itu pun menatap ke seluruh pasukannya untuk memberikan kode agar pergi dari sana. Akhirnya semuanya pergi dari sana. Kobaran api di tubuh Tanaka tampak lenyap. Dia lega melihat pasukan itu akhirnya pergi dari sana.“Kau memang senang membuat ulah!” kesal Pendekar Dua Alam.“Maafkan aku,” ucap Tanaka. “Aku tidak tahan melihat orang itu menjual manusia.”Pendekar Dua Alam pun menghela
Read more

128. Serangan Mendadak

“Kalau kau tidak bisa mendapatkan akar itu, kau harus bekerja dulu dan setelah mendapatkan sepuluh koin emas itu baru kau datang padaku untuk mendapatkan ramuan akar itu,” ucap Kakek itu setengah tidak percaya melihat Tanaka bisa melakukannya.Tanaka pun masih berpikir bagaimana cara untuk mendapatkan akar pepohonan yang menggantung dari tengah-tengah pohon itu. Sesaat kemudian dia menatap kedua telapak tangannya, tiba-tiba di kedua telapak tangannya keluar api. Tanaka mendapatkan solusi, tapi kakek itu malah ketakuan.“Kau...”“Jangan takut... aku ini seorang pendekar yang berbudi... aku bukan orang jahat...” ucap Tanaka menenangkannya.Kakek itu mengatur napas untuk mencoba menghilangkan ketakutannya pada Tanaka. Hanya siluman yang menggunakan ilmu api itu, pikir Kakek itu. Manusia tidak mungkin akan menguasainya. Namun dia mencoba percaya, jika Tanaka jahat, sudah sedari tadi dia mengancam kakek itu untuk segera memberinya ramuan itu, pikir Kakek.Akhirnya Tanaka menyalakan api di
Read more

129. Mantra Pembangkit Kematian

Pendekar Dua Alam pun keluar dari dalam rumah itu. Dia terseyum pada Tanaka yang berhasil mengikuti perkataannya.“Ingat Tanaka, setiap apa yang kita lakukan di dunia ini akan dimintai pertanggung jawaban kelak saat kita berada di alam langit,” ucap Pendekar Dua Alam. “Makanya aku mengajarimu jangan gegabah dan jangan asal menuruti hawa nafsumu untuk memberi keputusan pada dirimu. Kau harus tahu mana yang benar dan kau harus tahu mana yang salah.”“Terima kasih telah mengajarkanku,” ucap Tanaka.Pendekar Dua Alam pun menatap kakek itu. “Kami harus pergi dari sini.”“Baiklah,” ucap Kakek itu. “Aku sangat berterima kasih pada kalian. Kalau bukan karena kalian mungkin aku sudah mati.”“Kamilah yang menyebabkan kakek terancam,” ucap Tanaka. “Harusnya kami yang meminta maaf.”Kakek itu pun tersenyum. Akhirnya Pendekar Dua Alam meraih tangan Tanaka lalu secepat kilat mereka menghilang dari hadapan Kakek itu. Kakek itu tampak mengucek mata tak percaya.“Apa mereka malaikat yang dikirim Dewat
Read more

130. Kendi Pengurung Roh Hitam

Tanaka dan Pendekar Dua Alam kini mendarat di pantai yang di ujung sana terdapat sebuah pulau yang indah. Tanaka heran kenapa dia dibawa ke sana.“Apakah ini perhentian selanjutnya?” tanya Tanaka.“Kau sudah berada di perhentian terakhirmu, Tanaka,” jawab Pendekar Dua Alam.Tanaka lega mendengar itu. Bagaimana pun dia sudah tidak sabar untuk segera tiba ke mata air abadi itu agar semua urusannya bisa segera diselesaikan.“Apakah mata air abadi itu berada di pulau itu?” tanya Tanaka yang semakin penasaran.Pendekar Dua Alam malah tertawa. “Tidak, Tanaka. Mata air itu masih jauh dari sini, namun dengan kekuatanku kau akan sekedip mata untuk tiba di sana.”“Sekarang apa yang harus aku lakukan? Ramuan apa lagi yang harus aku minum?” tanya Tanaka yang ingin segera melanjutkan perjalanan ke sana.“Kau harus mengeluarkan roh-roh hitam yang merasuk ke dalam tubuhmu,” jawab Pendekar Dua Alam. “Roh-roh yang dimasukkan raja Iblis itu.”Tanaka terbelalak mendengar itu.“Kenapa aku harus mengeluar
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status