Beranda / Pendekar / Legenda Pendekar Buruk Rupa / 112. Cahaya Mahkota Emas

Share

112. Cahaya Mahkota Emas

Penulis: Hakayi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keempat Pendekar yang membantu Tanaka tampak terpental ke belakang karena terkena ledakan dua cahaya dari Tangan Tanaka dan Panglima Sudan. Sementara Tanaka dan Panglima Sudan masih berdiri sambil terengah-engah. Napas mereka memburu. Tenaga mereka tampak sudah kembali berkurang.

“Apa yang kau harapkan dari Raja Nepis?” tanya Tanaka kemudian.

“Dialah yang menurunkan segala ilmu yang aku punya,” jawab Panglima Sudan. “Sebagaimana seorang murid, dia harus patuh dan tunduk pada Tuan Gurunya selamanya, apapun itu masalah yang akan dihadapi kedepannya.”

Tanaka tersenyum sungging mendengarnya. “Meskipun dia menurunkan ilmunya padamu, dia hanya menjadikanmu alat untuk menjadi mesin pelindungnya. Seorang guru yang baik mengajarkan ilmunya untuk menolong sesama, bukan karena tujuan yang tidak bermanfaat!”

Panglima Sudan geram mendengar itu. “Kau menghina Tuan Guruku!” Panglima Sudan kembali mengeluarkan cahaya di tangannya lalu melesatkannya ke Tanaka sambil berteriak.

Tanaka langsung menghada
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Ar_key
yesss hidup Yang Mulia ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   113. Tiga Pendekar Penjaga

    “Yang Mulia! Yang Mulia!” teriak prajurit berlari ke arah singgasana raja Nepis.Raja Nepis yang duduk di singgasananya bersama para Tetua di kerajaan itu tampak heran. Raja Nepis pun berdiri.“Ada apa kau berlari begitu di hadapanku? Apakah Panglima Sudan sudah datang membawa Pendekar Buruk Rupa itu?” tanya raja Nepis heran.Prajurit itu langsung berlutut di hadapan raja Nepis. “Ampun, Yang Mulia! Burung Merpati telah mengabarkan pada kami bahwa Tuanku Panglima Sudan telah gugur bersama para prajuritnya melawan Pendekar Buruk Rupa itu.”Raja Nepis geram mendengarnya.“Benar-benar tidak bisa aku maafkan!” teriak raja Nepis murka. Semua yang berada di ruangan itu tampak gemetar ketakutan. Padahal dia sudah meminta Tabib Istana untuk menutup gerbang roh agar Tanaka tidak bisa menarik pasukan rohnya. Ternyata itu sia-sia dilakukannya.“Apakah kau tahu di mana Pendekar Buruk Rupa itu membunuhnya?” tanya raja Nepis yang masih dengan geramnya.“Kabarnya mereka dibunuh di dekat gunung tunjuk

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   114. Pasukan Leluhur

    “Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!! Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!!” teriak seseorang di perkampungan itu sambil menabuhkan bebunyian pada warga. Seluruh warga yang sedang berada di dalam rumah-rumah itu keluar satu persatu.“Yang Mulia Raja keturuan asli raja-raja dari Nusantara telah kembali!!!”Para warga yang mendengar itu tampak menangis haru. Mereka menatap ke atas langit. Percikan cahaya dari para leluhur terlihat di atas sana. Mereka sudah tahu akan pertanda itu. Melihat itu mereka pun berlutut sembari memberikan pujian pada sang raja. Mereka belum tahu siapakah sosok raja keturunan asli itu. Namun petanda percikan cahaya itu telah membuat mereka yakin dan lega bahwa raja keturunan asli telah tiba dan akan menggantikan raja Nepis yang bengis dan semena-mena pada rakyatnya itu.Bukan hanya di kampung itu saja. Kabar itu sudah tersiar dengan cepatnya ke seluruh perkampungan di wilayah Nusantara. Semuany

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   115. Perang Besar 1

    Di hadapan gerbang istana itu telah berdiri ribuan pasukan dari raja Nepis. Mereka berbaris berlapis-lapis dengan perisai, tombak dan sebagian menggunakan anak panah. Di atas benteng tinggi yang dibawahnya adalah gerbang istana, sudah berdiri tiga pendekar andalan raja Nepis : Pendekar Selendang, Pendekar Tarung Maut dan Pendekar Rambut Besi.Mereka adalah tiga pendekar yang selama ini menjadi gerbang pertama untuk membantu raja Nepis jika mengalami keadaan genting. Mereka bagai Panglima tertinggi yang disembunyikan. Orang-orang di luar istana tidak begitu mengenal keberadaan mereka. Hanya orang-orang yang berada di dalam istana saja yang tahu akan mereka.Semua penduduk istana sangat takut kepada mereka bertiga. Mereka terkenal kejam dan mesin pembunuh raja Nepis yang sangat handal. Mereka bertiga pandai menyamar hingga tak seorang pun dari penduduk istana tahu dan mengenalinya jika mereka menyamar.Jika raja Nepis tidak suka pada bawahannya yang diketahuinya berkhianat, maka tiga pe

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   116. Perang Besar 2

    Tanaka masih duduk di atas kudanya sembari memperhatikan pasukannya yang masih berperang dengan pasukan raja Nepis. Perlahan pasukannya tumbang. Tanaka pun langsung bersiul, tiba-tiba seekor merpati datang lalu Tanaka mengaitkan secarik kain di kaki burung merpati itu.Burung Merpati itu pun terbang menuju Raja Saka dan para pendekar yang menjaganya. Di sana masih ada setengah prajurit lagi yang menunggu panggilan. Saat burung merpati itu tiba di hadapan Pendekar Penggebrak Bumi. Pendekar itu meraih surat itu.Raja Saka penasaran lalu berteriak kepada Pendekar Penggebrak Bumi.“Apakah itu surat dari Tanaka?” tanya Raja Saka dengan penasaran.“Benar, Yang Mulia. Tuan Tanaka meminta kita mengirimkan sisa pasukan yang ada,” jawab Pendekar Penggebrak Bumi.Raja Saka pun mulai khawatir bahwa mereka akan kalah. Dia pun menatap Pendekar Penggebrak Bumi dengan lekat. “Segera kirimkan bantuan untuk Tanaka.”Pendekar Penggebrak Bumi pun mengangguk lalu memerintah sisa pasukan yang ada untuk maj

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   117. Perang Besar 3

    Tanaka langsung melesatkan bola-bola api dari tangannya ke arah tiga pendekar itu. Tiga Pendekar itu pun dengan cepat menghindarinya seketika menghilang dari hadapannya. Tanaka heran di mana posisi ketiga pendekar itu sekarang?Tiba-tiba dia merasakan ada selendang hitam yang datang dari arah belakang hendak melilit tubuhnya. Namun dengan sigap Tanaka melompat dari atas kudanya lalu terbang menghindarinya hingga selendang hitam itu tidak berhasil melilitnya.Tak lama kemudian rambut panjangnya menjalar ke arah kakinya hendak menarik kakinya. Dengan sigap Tanaka meraih golok hitamnya lalu memotong rambut yang berhasil menarik kakinya itu.Setelah itu muncul serangan dua pedang yang melesat ke arahnya. Dengan sigap Tanaka mampu menghalau lesatan dua pedang itu dengan golok hitamnya.“Kalian tak akan bisa mengalahkankuuuu!!!” teriak Tanaka. “Keluarlah!”Pendekar Selendang, Pendekar Tarung Maut dan Pendekar Rambut Besi pun mendadak muncul mengelilingi Tanaka sambil bersiap dengan jurus-ju

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   118. Perang Besar 4

    Seketika cahaya biru itu dilesatkan ke tubuh Tanaka. Tanaka pun yang masih berusaha mengeluarkan kobaran api dari tangannya terkena cahaya biru itu hingga tubuhnya terpental jauh ke belakang melewati benteng istana itu.Raja Nepis pun terbang mengejar Tanaka yang kini tersungkur di atas tumpukan mayat para prajurit itu. Tanaka terbelalak melihat kedatangan raja Nepis lalu berusaha bangkit. Kini bola api di tangannya telah keluar lalu segera dia lesatkan ke arah Raja Nepis, namun sayang, raja itu mampu mengelaknya hingga lolos dari serangan Tanaka.Kini Raja Nepis kembali melesat ke arah Tanaka dan hendak mendarat ke tubuhnya. Namun Tanaka mampu menghindarinya hingga kaki raja itu tak mampu mendorong dadanya. Tanaka pun akhirnya melesatkan golok hitamnya ke arah raja Nepis, namu raja Nepis mampu menangkap golok hitam itu dengan tangannya.Tanaka terbelalak melihat itu. Raja Nepis malah tertawa.“Aku sudah bilang kalau aku bukan tandinganmu!” geram raja Nepis.Tanaka semakin geram mende

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   119. Akhir Perang Besar

    Raja Nepis pun mengeluarkan cahaya biru itu kembali. Dia berniat untuk melesatkannya ke arah kereta kencana yang di dalamnya terdapat raja Saka. Dia ingin membunuh keturuan raja asli itu. Sementara roh-roh leluhur yang ada bersama mereka tidak dapat berbuat apa-apa.Pasukan raja Saka itu pun terus memacukan kudanya sebisanya. Seketika Raja Nepis langsung melesatkan cahaya birunya ke arah kereta kencana itu. Raja Nepis terbelalak melihat cahaya birunya terpental mengenai kubah cahaya yang melindungi pasukan raja Saka itu. Kini pasukan raja Saka sudah tidak terlihat lagi di matanya. Mereka melenyap di matanya. Sama seperti yang mereka lihat pada Tanaka.“Kemana mereka?! Siapa yang menyelamatkan musuh-musuhku?!!!” teriak raja Nepis dengan geramnya. “Siapapun kamu!!! Aku akan mencarimu dan akan menemukanmuuu!!!”Raja Nepis pun kembali melesat terbang menuju istananya. Sementara itu, raja Saka yang masih berada di dalam kereta kencana itu tampak heran melihat lesatan cahaya yang diarahkan

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   120. Gerbang Ke Dunia Peri

    Bimala berhasil membawa pasukan Raja Saka di hadapan air terjun itu. Air terjun itu tampak indah. Airnya sangat jernih. Di sekitar air terjun itu adalah hutan belantara yang ditumbuhi pepohon rimbun dan dibawahnya ditumbuhi semak-semak belukar. Bimala mendarat bersama pasukan perinya setelah terbang mengiringi pasukan raja Saka dengan menunggangi kuda masing-masing.Raja Saka dan Bari turun dari kereta kencananya. Begitupun dengan Pendekar Penggebrak Bumi dan para pendekar lainnya. Mereka turun dari kuda masing-masing.“Aku baru ini melihat air terjun seindah ini,” ucap Saka dengan takjubnya.“Sepertinya air terjun ini sangat tersembunyi hingga tidak terlihat bekas manusia yang pernah mengunjunginya,” sahut Bari.“Iya,” ucap Raja Saka. “Sepertinya kita akan aman bersembunyi di sini.”Tak lama kemudian terdengar suara harimau di dalam hutan sana. Raja Saka tampak ketakutan sementara para pendekarnya lalu mengelilingi raja Saka dan Bari untuk melindungi mereka.“Jangan takut,” ucap Bima

Bab terbaru

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   158. Akhir Kisah

    Bimala dan Pelayan Minun tampak gelisah menantikan Tabib Istana bersama tabib-tabib lain yang sedang membantu Sang Ratu untuk melahirkan itu. Akhirnya hari itu telah tiba. Sang Ratu pun tak bisa lagi menahannya karena waktu kelahiran anak keduanya itu telah tiba.Sementara Bimala dan Pelayan Minun belum mendapat kabar dari Tanaka. Mereka tidak tahu apakah Tanaka sudah berhasil atau belum membunuh Baluku hingga kutukan itu terlepas dan tidak akan dialami oleh bayi yang sedang berusaha dikeluarkan oleh para tabib itu.Tak lama kemudian terdengar suara tangisan bayi. Bimala dan Pelayan Minun tampak haru bercampur was-was. Mereka was-was jikalau bayi itu akan terlahir buruk rupa juga seperti Tanaka.“Oh anakku!” teriak Sang Ratu di dalam sana terlihat menangis haru.Bimala dan Pelayan Minun saling menatap dengan ragu.“Apakah bayi itu juga terlahir buruk rupa?” bisik Pelayan Minun dengan penasaran pada Bimala.“Aku tidak tahu, Bi,” jawab Bimala dengan berbisik juga.“Bimala, Pelayan Setia

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   157. Tanaka VS Baluku

    Baluku terbelalak ketika pulau yang menjadi tempatnya dikurung para dewa itu sudah dikelilingi kapal-kapal yang berisi pasukan dari Tanaka. Baluku kini berdiri di atas puncak batu karang yang paling tinggi. Matanya kini tertuju pada Tanaka yang berdiri gagah di samping Roh Panglima.“Kami sudah datang, Tuan Guru!” teriak Tanaka.Baluku kian geram mendengarnya.“Panglima dan prajurit-prajurit keparat! Kenapa kalian lebih setia pada muridku dibanding denganku yang sudah membangkitkan kalian dari alam roh hingga bisa hidup seperti manusia lagi?!!! Harusnya kalian berpihak padaku, bukan pada manusia buruk rupa itu!!!” teriak Baluku dengan geramnya.“Bukan kah Yang Mulia membangkitkan kami untuk setia pada Tuan Tanaka? Bukan pada Yang Mulia?” jawab Roh Panglima.Baluku kian geram mendengarnya. Baluku pun mengangkat tangannya. Seketika batu-batu kecil di atas permukaan karang itu terangkat lalu tak lama kemudian batu-batu kecil itu menyalakan api yang tampak panas.Tanaka dan Roh Panglima p

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   156. Tanaka VS Roh Hitam

    Pelayan Minun berteriak memanggil Bimala saat melihat Sang Ratu sedang kesakitan memegangi perutnya yang besar itu. Bimala bergegas datang dengan panik.“Yang Mulia!” ucap Bimala mendekat ke kasurnya. “Yang Mulia kenapa?”“Perutku sakit sekali, Bimala. Aku sepertinya hendak melahirkan.”Bimala dan Pelayang Minun pun panik mendengarnya.“Tolong panggilkan Tabib, Bi,” pinta Bimala dengan panik pada Pelayan Minun.“Baik, Nona.”Pelayan Minun pun bergegas keluar untuk memanggil Tabib. Bimala pun memegangi tangan Sang Ratu untuk menguatkannya.“Tunggu sebentar lagi, Yang Mulia. Sebentar lagi Tabib akan segera datang.”“Tapi bagaimana jika seandainya sekarang anak ini berhasil dilahirkan sementara Tanaka belum berhasil membunuh Baluku? Apakah kutukan itu akan menghilang jika setelah anak ini lahir, Tanaka baru bisa memusnahkan Baluku?” tanya Ratu dengan bingung sambil menahan sakit di perutnya.“Apapun yang terjadi, sekarang pikirkan saja kesehatan Yang Mulia Ratu dan anaknya nanti. Meskipu

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   155. Tanaka VS Karan

    “Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Jabali dengan terbelalak tak percaya melihat dirinya, Tanaka, Roh Panglima dan para awak kapal layarnya sedang dibawa terbang berputar mengelilingi tentara mereka yang tengah bertarung di atas lautan itu.“Inilah kemampuanku sekarang, Jabali,” ucap Tanaka.Tanaka pun memandangi Roh Panglima.“Kau hadapai Panglima Setan itu dan aku akan menghadapi murid baru Raja Iblis itu,” perinta Tanaka pada Roh Panglima.“Siap, Tuan Tanaka!”Roh Panglima pun langsung terbang melesat menuju Panglima Setan untuk menyerangnya. Panglima Setan pun terkejut melihat kedatangan Roh Panglima yang tengah melesat ke arahnya itu. Dia pun lansung meninggalkan Karan di atas kapal itu kemudian bertarung dengan Roh Panglima di atas lautan itu dengan jurus meringankan tubuhnya.Sementara Karan di atas kapalnya itu terbelalak ketika mendapati Tanaka kini sudah berada di hadapannya. Karan mundur ke belakang karena ketakutan melihat wajah Tanaka yang menghitam. Dia seperti baru itu

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   154. Perang Satu Perguruan

    Tiba-tiba awak kapal tampak terbelalak ketika melihat kapal-kapal layar seperti menghadang di hadapan sana.“Tuan, Panglima! Tuan, Panglima!” teriak awak kapal itu.Tanaka dan Roh Panglima yang sedang berada di sisi kapal itu pun menoleh pada awak kapal itu.“Ada apa?” tanya Roh Panglima heran.“Di hadapan sana seperti ada puluhan kapal menghadang, Tuan,” jawab awak kapal itu.Roh Panglima dan Tanaka pun bergegas berjalan ke ujung kapal. Mereka berdua terbelalak melihat kapal-kapal di hadapan.“Tahan layarnya!!!!” teriak Roh Panglima saat melihat pasukan Karan tengah menghadang di hadapan sana dengan sepuluh kapal layar berkarangnya.Seluruh awak kapal Pasukan Tanaka pun mengatur layarnya agar kapal-kapal mereka berhenti berlayar. Saat kapal-kapal pasukan Tanaka berhenti, Tanaka berjalan ke ujung kapal lalu memperhatikan kapal-kapal pasukan Karan itu dengan jelas. Roh Panglima berdiri di sebelahnya.“Apakah benar yang berdiri paling depan di kapal layar terdepan itu murid baru Raja Ba

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   153. Menuju Baluku

    “Yang Mulia Ratu! Yang Mulia Ratu!” teriak pelayan setianya memasuki ruangan kediamannya. Dia tampak heran tidak melihat ada Ratu di sana.Sesaat kemudian Ratu tampak datang dari belakangnya.“Kau mencariku?” tanya Ratu heran.Pelayan Minun menatap Ratu dengan lega.“Bimala sudah datang, Yang Mulia!” ucap Pelayan Minun dengan lega.Ratu pun sangat senang mendengarnya.“Di mana dia sekarang?”“Dia ada depan gerbang kediamanmu ini, Yang Mulia,” jawab Pelayan Minum.“Suruh dia masuk! Tadi kenapa aku tidak melihatnya,” perintah Ratu.“Baik, Yang Mulia.”Pelayan Minun pun bergegas keluar dari ruangan itu. Ratu pun duduk di tempat duduknya dengan tidak sabar. Dia ingin tahu banyak bagaimana kabar Tanaka darinya. Tak lama kemudian Pelayan Minun datang bersama Bimala. Bimala langsung bersimpuh di hadapannya.“Maafkan aku, Yang Mulia,” ucap Bimala sembari meneteskan air mata. “Aku telah meninggalkan istanamu tidak pamit langsung di hadapanmu.”“Kau tak perlu merasa bersalah, Bimala. Sekarang c

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   152. Karan

    Baluku berdiri di hadapan seorang lelaki yang sedang berlutut padanya. Lelaki yang dahulu tidak sengaja terdampar di sana karena perahu yang dia naiki terpaksa pecah tergulung ombak hingga dia terdampar dan diselamatkan Baluku di sana. Dia menatap lelaki itu dengan lekat, dengan wajah tegasnya.“Hari ini kau telah berhasil mendapatkan semua ilmu dariku!” ucap Baluku padanya. “Kau sendiri yang bersedia memilih untuk menjadi muridku daripada mati di tanganku! Aku tidak pernah memaksamu untuk datang ke pulauku ini. Perahumu lah yang karam dan membuatmu terdampar di sini!”“Baik, Guru!” ucap Pemuda yang bernama Karan.“Dan untuk bisa bebas dariku,” lanjut Baluku. “Kau harus mendapatkan Pedang Perak Cahaya Merah itu dari mantan Muridku si Buruk Rupa itu. Aku merasakan pedang itu sudah ada pada dirinya saat ini. Dia tengah berada di negeri Nusantara.”“Baik, Guru,” sahut Karan sekali lagi.Baluku pun menatap sebuah kapal setan yang di atasnya sudah berdiri seorang Panglima Setan, Nakoda dan

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   151. Gerbang Peri

    Kapal-kapal yang dinaiki Tanaka bersama kaum Sakwa itu pun akhirnya berlabuh di pelabuhan Nusantara. Roh panglima bersama prajuritnya langsung menyambut kedatangan mereka. Bimala sudah tidak sabar lagi untuk segera bertemu dengan Tanaka. Begitu pun Sakwa. Dia ingin meminta maaf pada kaumnya yang telah meninggalkan mereka di negeri raksasa itu.Saat Tanaka dan kaum sakwa itu turun dari kapal layar masing-masing. Bimala langsung berlari menuju Tanaka lalu memeluknya dengan erat.“Apakah kau berhasil mengembalikan batu permata itu pada Yang Mulia Raja Sujana?” tanya Bimala penasaran.“Batu permata itu ternyata untukku, Bimala,” jawab Tanaka.Bimala terkejut mendengarnya. “Untukmu?”“Iya,” jawab Tanaka. “Raja Sajuna menghadiahkannya padaku! Dia tahu aku hendak membunuh Raja Iblis itu. Katanya batu permata itu akan sepadang dengan kekuatan yang dimiliki raja Iblis itu.”Bimala senang mendengarnya. Kini dia semakin tenang karena Tanaka akan memiliki kekuatan lebih untuk melawan Baluku. Dia

  • Legenda Pendekar Buruk Rupa   150. Tanaka Kembali

    “Ampun Yang Mulia! Jika kami memiliki kesalahan dan dosa hingga Yang Mulia berkunjung ke tempat sederhana kami ini, kami rela dihukum, Yang Mulia!” ucap ayah Numi yang tampak ketakutan melihat kedatangan Raja Saka yang secara mendadak itu.Begitu pun dengan Numi dan Ibunya, mereka pun memohon-mohon ampun pada Raja Saka. Raja Saka yang melihat itu tampak tidak enak hati dan merasa bersalah.“Berdirilah,” pinta Raja Saka.“Ampun, Yang Mulia. Berdiri di hadapan Raja adalah dosa besar bagi kami yang hanya sebagai rakyat jelata. Itu akan membuat leluhur mengutuk kami. Biarkan kampi bersimpuh begini Yang Mulia.”Numi dan Ibunya pun kembali memohon-mohon ampun pada Raja Saka. Sekarang Raja Saka tampak kebingungan sendiri. Dia pun menatap Panglimanya. Pendekar Penggebrak Bumi itu tampak kebingung. Dia tidak mengerti soal urusan asamara itu. Saat Raja Saja menatap Bari, Bari pun tampak mengangkat kedua bahunya. Sementara para warga di sekitar rumah Numi itu masih tampak berlutut di tempat masi

DMCA.com Protection Status