Home / Romansa / Kaya Setelah Dibuang / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Kaya Setelah Dibuang : Chapter 91 - Chapter 100

193 Chapters

permintaan

"Mas, sudah bangun? Jangan banyak bergerak. Mas Bayu, tolong panggilkan dokter," perintah Arin pada Bayu. Bayu mengangguk dan segera keluar dari ruangan Arin."Mas, jangan paksakan berdiri. Arin juga nggak kuat kalau bangun, rebahan saja sepertinya lebih baik. Mas kepalanya pusing ya?" tanya Arin cemas. Sejatinya ia juga bingung kenapa ada di rumah sakit. Tadi hendak bertanya pada Kenzi namun ia belum memiliki daya."Kita di rumah sakit, Rin.""Iya."Kaisar melihat Arin dengan tangan yang diperban. Dia hendak bangun tapi lagi-lagi bagian kepalanya sangat sakit terutama di lehernya. Ia ingat kejadian tadi malam saat Arin terlihat begitu kacau dan mungkin ini akibat kejadian itu."Rin, tanganmu masih sakit?" Arin menggeleng. Ia lalu tersenyum lalu keduanya saling berpandangan.Dokter yang berjaga malam tadi masuk. Dokter lalu memeriksa keadaan keduanya. Kenzi juga terlihat ikut masuk ke ruangan Arin dan Kaisar."Kak? Alhamdulillah, sudah bangun. Bagaimana keadaan Kakak dan pacar saya, D
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Mati

Bayu akhirnya dapat bernafas lega. Kedatangannya kali ini ke rumah sakit tak sia-sia. Bahkan meski Narsih memaafkannya dengan terpaksa, namun Bayu bisa segera kembali ke rumah dengan tenang.Mobil sampai di pelataran. Bayu melihat bendera kuning berkibar di sisi jalan depan rumahnya. Rumahnya juga dipenuhi orang datang, hatinya mulai takut. Bayu terpatung di dalam mobil, enggan turun dan airmata deras membanjiri.Kaca mobil diketuk membuat Bayu tersadar dan akhirnya keluar dengan badan yang melemah. Pak Suradi tetangganya sampai membantu Bayu berjalan masuk ke rumah.Badan Reni yang tertutup kain jarik diatas ranjang membuat tangis Bayu pecah. Wisnu yang juga sama terpukulnya hanya bisa memandangi tubuh ibunya tanpa bisa berkata-kata."Sabar, Bay. Semoga Allah memberi tempat terbaik untuk Ibumu, semua sudah atas kehendakNya. Ikhlaskan, ini yang terbaik dan jangan sampai meratap seperti itu," ucap Ustad Zaki memberi nasihat."Ibu!! Bayu sudah minta maaf sama Arin, dia udah maafin kita,
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

kematian

"Pakai ponsel, hubungi mereka. Alangkah baiknya kabar duka ini kamu sampaikan lebih awal agar bisa mereka mengikhlaskan dan memberi maaf jika ibumu ada salah. Kita tidak tahu, perkataan mana yang bikin mereka sakit hati. Sebaiknya sekarang hubungi mereka semua.""Baik, Tad."Bayu mengambil ponsel yang sejak kemarin tak ia sentuh. Kematian ibunya membuat Bayu rapuh dan tak bisa menahan kesedihan.Panggilan pada orangtua Desti tersambung. Namun, lima panggilan tak terjawab dan setelah panggilan ke enam barulah diangkat."Assalamualaikum, Bah.""Waalaikumsalam, kenapa Bay telepon malam-malam?""Maaf, Bah kalau Bayu mengganggu tidur Abah. Bayu hanya ingin mengabarkan berita duka. Ibu meninggal tadi pagi dan Bayu mohon maaf jika selama ini ada perkataan mau perbuatan ibu yang menyakiti Abah dan Umi.""Innalillahiwainnailaihirojiun, Abah turut berduka ya, Bay. Semoga beliau dilapangkan kuburnya dan husnul khotimah, insyaAllah Abah dan Umi memaafkan.""Terimakasih, Bah. Agam sudah tidur ya,
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

sebuah

Hari ini Arin sudah diperbolehkan pulang. Kaisar dan Narsih juga pulang dengan catatan akan kembali chek up dua hari lagi. Setelah semalam menginap, kini mereka kembali ke rumah masing-masing. Kaisar tak ingin merepotkan Arin begitupun sebaliknya. Terlihat tak etis juga jika Kaisar menginap di rumah Arin karena keduanya bukanlah pasangan halal.Arin yang sedang rebahan di kamar meraih ponselnya yang sejak kemarin tak ia sentuh. Ia bahkan tak kepikiran memainkan ponsel sama sekali waktu itu.Ada banyak chat dari Melly dan beberapa karyawan percetakan. Tak luput mata Arin melihat chat dari Bayu. Matanya membulat sempurna melihat pesan yang dikirimkan padanya."Innalillahi, Ibu."Arin berulang kali mengucap kalimat istirja sambil mengingat-ingat kebaikan Reni. Tak ada terbesit rasa benci setelah sekian lama menjadi menantunya. Arin beranjak dengan pelan dan mencari ibunya untuk mengabari ini,Di kamar, Narsih sedang mencoba memejamkan matanya. Kepala yang terbentur kemarin menyisakan mem
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

kabar

"Ada hal yang hendak Abah Kyai sampaikan. Apa bisa, Bu?""Sekarang?""Kalau bisa, iya.""Baiklah, akan saya usahakan.""Terimakasih, Bu. Kami tunggu kehadirannya. Wassalamualaikum.""Nggih, Ukhti. Wa'alaikumsalam."Arin berpikir untuk segera pergi ke sana tanpa membangunkan ibunya. Ia tak ingin ibunya khawatir jika nanti kabar yang disampaikan pihak pesantren bukan kabar bahagia. Arin keluar kamar dengan hati-hati dan berjalan menuju gudang."Den, kamu sibuk nggak?" Deni yang sedang memeriksa barang di rak mendekat saat Arin memanggilnya."Tidak terlalu, Bu. Bagaimana? Apa ada yang bisa Deni bantu?""Kalau kamu nggak sibuk, antar saya ke pesantren Rani. Bisa?" "InsyaAllah bisa. Biar pekerjaan ini dilanjutkan Ahmad saja, hanya tinggal cek beberapa saja karena sudah diambil kemarin barang yang ready.""Baiklah. Kamu panaskan mobil, saya ganti baju sebentar.""Nggih, Bu."Arin segera kembali ke kamar untuk mengganti pakaiannya. Ia penasaran dengan hal apa yang hendak Abah kyai sampaikan
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

mengejutkan

"Jadi, sebenarnya ada apa, Bah?""Begini, Mbak. Kirani kemarin ikut olimpiade mewakili negara kita. Nah, besok akan ujian akhir sekolah. Pihak sekolah mendapat surat dari Kairo berisi beasiswa untuk kuliah di sana. Kami pihak pesantren tentu meminta izin pada orang tua. Sebenarnya ini harus dirembug dan surat beasiswa ini akan Abah serahkan pada pihak keluarga langsung. Mohon diterima," ucap Abah membuat Arin benar-benar kaget. Kemarin Arin sempat menelpon dan hanya meminta pada ibu dan dirinya untuk dimudahkan urusan menuntut ilmu. Ternyata ia telepon untuk pergi lomba olimpiade.Setahu Arin, Rani tak pernah bilang apapun. Bukan hanya olimpiade, lomba bahkan penghargaan tak pernah ia perbincangkan ketika di rumah. Ketika pulang, Rani terlihat masih seperti bocah biasa. Bermain bergurau dan tak ada wajah serius dan sok pintarnya membanggakan kepandaian pada siapapun.Arin menerima surat panggilan beasiswa Rani dengan tangan bergetar. Sungguh ini adalah Anugerah terbesar dan nikmat k
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

bahagia

"Iya, Mbak. Pakde juga sering datang ke sini, hanya ngasih makanan ringan dan negokin Rani katanya.""Sama bude atau Sekar?""Kemarin sama Bang Fai. Nggak tahu, katanya ada urusan dengan Abah."Mulut Arin hanya membentuk huruf O menanggapi ucapan Rani. Pakdenya itu memang kerap datang ke pesantren. Yang Arin pernah dengar, katanya Sekar hendak dijodohkan dengan anak Abah yang ada di Kairo juga. Entahlah, itu hanya kabar angin dan Arin tak ingin menanyakan hal lebih pribadi pada Pakde Supri meski mereka saudara dekat. Ada batasan sejauh mana memasuki masalah keluarga masing-masing."Kalau begitu, Mbak pulang dulu ya. Mbak tadi pamit pada Ibu hanya sebentar perginya. Pasti ngomel nanti kalau tahu Mbak dari sini nggak ajak-ajak," ucap Arin sambil tersenyum."Iya, Mbak. Makasih udah jengukin Rani."Arin mengeluarkan uang untuk Rani."Ini buat kamu bekal uang saku sekolah sama keperluan mengaji. Belajar yang rajin dan semoga ujian sekolahnya lancar. Pokoknya, semangat!" ucap Arin berseri k
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

Hadiah

"Assalamualaikum," salam keluarga Agam yang baru tiba dari Bandung. Agam yang baru turun dari mobil langsung berlari ke arah Arin yang sudah menunggu dari sore tadi."Ibu…""Agam, alhamdulillah sampai dengan selamat. Abah, Umi, berangkat dari Bandung jam berapa?" tanya Arin lalu mencium takzim Abah dan Umi."Habis maghrib tadi, Ibu sehat?" tanya Abah pada Narsih yang juga ikut menyambut kedatangan tamu dari Bandung ini."Alhamdulillah, Pak. Mari masuk, kita berbincang di dalam. Sekalian istirahat, pasti lelah perjalanan dari Bandung ke Cilacap," kata Narsih mengajak Umi dan Abah masuk.Agam mengulurkan tangan pada Arin tetapi Arin ingat jika ia sedang terluka. "Bu, Agam kangen banget deh. Gendong ya?" ucap Agam manja."Hm, gendongnya nanti kalau Ibu sudah sembuh ya. Tangan Ibu sedang sakit," ucap Arin memperlihatkan tangannya yang diperban dan tertutup gamisnya."Astaghfirullah, ini kenapa, Bu?" tanya Agam meniup luka Arin. Agam begitu panik dan khawatir melihat luka Arin dan hal itu
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

dari Agam

"Oh, berarti Kakek sama Nenek hanya pindah alam ya, Bu?""Iya, makanya kita harus jadi orang baik. Biar nanti jika pindah alam kita nggak bingung bawa bekal karena ada amalan baik yang akan senantiasa membantu kita di sana.""Kalau yang nggak baik dan jahat, gimana, Bu?""Kalau orang jahat, nanti mereka akan kebingungan dan akan dihukum Allah karena di dunia tak mau menyiapkan bekal amal baik yang banyak. Mereka termasuk golongan orang-orang yang merugi," ucap Arin."Berarti Ayah merugi dong, Bu? Dia kan jahat," cetus Agam."Agam, nggak boleh gitu. Ayah itu baik, hanya sedang khilaf saja. Kita harus berdoa semoga Ayah diberi hidayah sama Allah dan kita semua selalu dilimpahkan kebaikan.""Aamiin. Ohya, Agam sampai lupa. Agam punya hadiah buat Ibu," ucap Agam semangat."Apa?""Ibu tutup matanya ya? Ini surpres."Arin tertawa mendengar kata surpres dan akhirnya mengikuti kemauan Agam untuk menutup mukanya dengan telapak tangan. Kemudian Arin merasa jika Agam menyiapkan sesuatu yang spes
last updateLast Updated : 2022-08-08
Read more

kesedihan

*Happy Reading*"Sudah siap, Rin?" tanya Narsih saat hendak ke rumah Bayu bersama keluarga Agam. "Bentar, Bu. Lagi pakein sabuk buat Agam," sahut Arin dari dalam kamar.Umi dan Abah sudah siap di luar. Arin menyusul dengan pakaian serba hitamnya. Agam juga memakai kemeja hitam dengan jeans yang sepadan. Cerai dari Bayu, Arin lebih menonjolkan sisi yang dulu terpendam. Dia lebih tahu fashion dan juga hal yang cocok untuk dipakai, hanya saja ia jarang memakai berlebih jika sedang tak bepergian.Untuk kali ini Arin sudah tak ada lagi rasa takut bertemu Bayu. Bahkan ingin pergi dan menghindari pun tidak. Baginya, kini Bayu hanyalah orang lain yang pernah menjadi masa lalunya."Bagernya cucu Opa , mau kemana ini?" Ledek Abah saat melihat Agam yang berkacamata hitam."Kok gelap ya, Bu?""Eta kacamata na, Agam. Kumaha, ya pasti gelap atuh," ucap Umi diiringi tawa semua orang."Ayo! Nanti keburu siang," ucap Arin.Semua naik ke dalam mobil Abah. Agam terlihat masih enggan bertemu ayahnya, ia
last updateLast Updated : 2022-08-10
Read more
PREV
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status